Estelle menatapku dengan tenang, tapi aku yang ada di depannya berusaha bertarung dengan keringat dingin.
“Edward, siswa kelas 1-B. Aku dengar 2 hari lalu kamu di serang, bukan?”
“Kenapa anda bisa tahu?”
Estelle mendengus kecil, “Kamu pikir aku siapa? Vintage, ksatria yang membantumu adalah ksatria yang kebetulan dekat denganku. Aku mendengar darinya jika salah satu siswa Arcadia diserang tapi anehnya dia tidak terluka sama sekali. Dari situlah aku tertarik.”
Aku menelan ludah, “Saya rasa tidak ada perlunya Putri kerajaan peduli dengan rakyat jelata seperti saya.”
Estelle menggelengkan kepala, “Apa maksudmu? Justru karena aku putri kerajaan aku perlu tahu keadaan dari rakyat tercintaku, terlepas dari kasta mereka.”
Aku terdiam mendengar kalimatnya. Seharusnya kalimatnya benar, tapi jika Estelle yang mengatakannya aku merasa jika dia hanya ingin bermain-main denganku.
“Bagaimana jika aku membantumu mencari pelakunya?” Tiba-tiba Estelle memberikan tawaran aneh.
Kenapa dia tiba-tiba menawarkan hal itu?
Estelle mendengus, “Jangan begitu waspada. Aku hanya menawarkan tawaran yang bisa membantumu. Bukankah ini tawaran yang bagus?”
Dia pikir aku akan percaya?
Estelle dideskripsikan sebagai karakter yang perhitungan dan jahil. Setiap tindakannya ada untuk benefitnya dan kerajaan. Apa yang berusaha dicapainya dengan membantuku?
Aku membuka mulutku perlahan, “...Apa yang anda mau?”
Estelle tersenyum mendengar pertanyaanku kemudian berkata, “Aku ingin meminjam otakmu itu.”
“Maaf, tapi otak saya tidak bisa dikeluarkan.”
“Aku tidak sedang bercanda. Aku butuh kemampuan dari siswa akademis terbaik di Arcadia.”
Estelle berbicara tentang Edward sebelum aku merasuki raganya. Lewat lembar siswa di administrasi Arcadia, aku tahu jika Edward memiliki otak yang sangat pintar sampai dia menjadi siswa terbaik di bidang akademis walaupun kemampuan praktiknya sangat buruk. “Jika anda meminta saya membantu, tindakan anda akan dipertanyakan oleh mereka tuan putri.” Aku melirik ke orang-orang yang bergosip.
Estelle mengikuti pandanganku dan berkata, “Mereka hanya iri melihat orang cemerlang, profesor Libert yang kalah dalam debat denganmu dan membesarkan perkaranya sampai membuatmu dibenci seperti ini seharusnya malu mencoreng nama Arcadia.”
Aku memiringkan kepala, “Profesor Libert?”
Kenapa nama bos di pertengahan semester 2 tiba-tiba muncul?
Mengedipkan matanya beberapa kali, Estelle berbicara, “Oh kamu lupa? Dia adalah profesor teoritis sihir yang membahas tentang biologi dari monster di benua kegelapan. Dia kalah dalam debat saat kamu baru pertama kali masuk ke Arcadia dan terus mengincarmu selama semester 1. Karena dia profesor yang cukup berada, dia berhasil membuat seluruh angkatan kelas 1 dan beberapa profesor menghindarimu.”
Aku bahkan tidak tahu jika ada kejadian seperti itu di semester 1. Tidak ada skrip atau apapun yang membahas tentang seorang profesor yang kalah debat dengan seorang murid di Chapter 1 Celestial Heroes Chronicles. Kalau ada seharusnya aku tahu nama Edward dari sana.
Kenapa aku merasa jika eksistensi Edward ini terlalu ganjil?
“Bagaimana?” Estelle sekali lagi bertanya.
Aku menarik napas, “...Baik, saya akan mendengar permintaan tuan putri.”
**
Setelah kami sarapan, Estelle membawaku ke ruangan osis. Hanya ada kami berdua di sana, sedangkan anggota lain masih pulang kampung atau masih belum datang karena masih pagi.
Estelle mengambil beberapa kertas yang ada di mejanya. Karena dia kebetulan adalah wakil ketua osis, dia punya peran yang cukup besar di Arcadia.
“Sebelum kita lanjutkan, aku perlu memberitahumu sesuatu.” Estelle meletakkan beberapa kertas itu dan melihatku dengan wajah serius.
“Apa itu?” Aku juga menghadapinya dengan wajah yang sama.
“Sekali kamu membaca tumpukan ini, kamu tidak pernah bisa menganggap perjanjian ini tidak ada. Walaupun memang aku yang menyeretmu, aku rasa kamu perlu tahu hal ini.”
Apakah ini ada hubungannya dengan kerajaan? Tapi kenapa dia meminta seorang murid untuk urusan itu.
Meskipun begitu aku tetap mengangguk. Karena Edward, seseorang yang kuambil hak tubuhnya tanpa izin diserang sebelum aku merasukinya. Paling tidak, aku ingin tahu alasan di balik itu walaupun keberadaannya ganjil. Bantuan dari putri kerajaan, yang punya berbagai akses informasi di seluruh kerajaan akan sangat penting di sini.
Estelle juga mengangguk, “Baiklah. Kalau begitu, bacalah semua dokumen ini dan berikan pendapatmu,” dan mendorong beberapa kertas itu kepadaku.
Dengan hati-hati, aku mengambil satu demi satu kertas. Aku yang punya waktu baca yang cepat, menghabiskan sedikit waktu melewati lembar demi kertas. Ingatanku yang sangat kuat pun tidak akan pernah lupa walaupun aku membacanya hanya sepersekian detik.
Yang bisa ku katakan adalah “Mengerikan. Jika semua yang tertulis di kertas ini adalah benar. Bukankah Arcadia sekarang ada pada saat yang benar-benar berbahaya?”
Estelle mengangguk, “Benar. Apalagi karena Arcadia mempunyai derajat yang sangat tinggi, jadi pihak kerajaan pun tidak bisa sembarangan ikut campur. Jika kerajaan semena-mena ikut campur, kami tidak bisa protes jika Arcadia menggugat kerajaan.”
Aku meletakkan tanganku di dagu, “Apakah benar begitu? Skala masalah ini saya yakin akan berpengaruh besar tidak hanya pada pihak kerajaan tapi banyak bangsawan. Bukankah Arcadia akan bekerjasama?”
Estelle menggelengkan kepala, “Tidak akan. Karena masalah ini terkait erat dengan bagian dalam Arcadia.”
Aku terdiam.
“Apakah putri yakin informasi ini valid?” tanyaku ragu.
“Seratus persen yakin. Aku tidak akan bercanda dengan pengkhianatan.”
Benar. Ada pengkhianat di antara staff-staff Arcadia dan itu tidak hanya 1 atau 2. Tapi ada puluhan orang yang bekerja sama dengan Organisasi penjahat bernama ‘Order’ dan kebetulan itu adalah organisasi yang berkaitan dengan Nova dari awal sampai akhir.
Lidahku sempat pahit melihat kata pengkhianat di kertas tadi tapi aku memendamnya.
Estelle berbicara, “Dilihat dari persiapannya, sepertinya mereka akan melaksanakan operasinya dalam waktu dekat. Sayangnya kami tidak tahu pastinya, jadi yang bisa kami lakukan hanyalah bersiap-siap.”
“Kami?” tanyaku.
Estelle mengangguk, “Benar. Selain kamu, aku telah meminta bantuan dari beberapa teman angkatan dan kakak kelas yang kupercaya.”
Aku ingin bertanya apakah berarti aku dipercaya tapi ku telan kembali. Daripada dipercaya, ini pasti hanya karena Edward adalah rakyat jelata dan terasingkan.
“Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan? Putri seharusnya sudah tahu, tapi saya tidak punya kemampuan bertarung atau semacamnya.”
Jika ini benar yang kupikirkan, kemungkinan operasi para pengkhianat itu akan dilaksanakan pada hari pertama semester kedua beberapa hari lagi. Karena pada waktu itu, event pertama di semester 2 akan dimulai. Saat itu, Sihir Pertahanan Arcadia akan dimatikan dari dalam dan lingkaran teleportasi akan muncul dan mengirimkan monster-monster sebagai pengecoh.
Kemudian di tengah kekacauan itu, pengkhianat-pengkhianat itu akan menyelinap ke tempat pengungsian murid dan berusaha mengorbankan murid di sana. Untungnya Nova yang ada di sana berusaha melindungi murid-murid, walaupun pada akhirnya terdapat korban jiwa yang cukup banyak.
Jika kuingat lebih detail, sepertinya Estelle dan beberapa orang juga berusaha bertarung di tempat yang berbeda. Kalau tidak salah mereka memburu para profesor lain yang berusaha mengaktifkan sihir bencana.
Jadi begitu ya…tindakan di gamenya berasal dari sini. Ada untungnya aku mendengar kalimat senior yang membunuhku.
“Kami sudah cukup dalam hal kekuatan. Yang kami perlukan adalah pendapatmu, kami berharap bahwa kamu yang lebih cemerlang daripada profesor-profesor mampu melihat sesuatu yang tidak kami lihat.”
Lebih Cemerlang katanya. Mungkin benar jika yang dibicarakannya adalah Edward, tapi aku tidak yakin bisa melewati ekspektasi Estelle.
Aku menghela napas, “Saya masih lebih yakin jika kerajaan perlu dilibatkan di perkara ini.”
Estelle terdiam sejenak dan bertanya, “Kenapa begitu?”
Aku melihat lurus ke mata Estelle, “Tuan Putri…Pengkhianatan itu tindakan paling rendah. Terlepas dari staff Arcadia yang lain yang belum tentu bisa di percaya. Kerajaan di lain sisi bisa membantu kita tanpa harus ikut campur tangan langsung daripada beberapa murid yang tidak berpengalaman.”
Aku memberi jeda dan berkata, “Hidup orang bukan angka yang bisa Anda gantikan semudah itu, Tuan Putri. Sebelum saya melanjutkan saya ingin bertanya, apakah anda benar-benar tidak ingin melibatkan kerajaan?”
Estelle mengangguk dan aku lanjutkan bertanya, “Kenapa?”
Aku menekan sesuatu yang bisa dibilang rasa sensitif dari Estelle. Secara garis besar, aku tahu alasan kenapa Estelle tidak ingin melibatkan kerajaan, tapi aku perlu Estelle mengucapkannya di depanku.
Estelle membuka mulutnya perlahan dengan wajah pahit, “...Aku perlu pencapaian yang lebih.”
“Baik. Kalau begitu saya akan membantu Anda.”
Estelle melihatku dengan wajah terkejut, “Kau tidak bertanya kenapa?”
Aku mengangkat pundak, “Sebagai rakyat jelata. Saya rasa tidak pantas untuk saya bertanya. Bukankah begitu?”
Estelle tersenyum tipis, “Baiklah. Kalau begitu, aku bersumpah untuk membantumu setelah ini semua selesai.”
Kami menunggu lebih lama di ruang osis sampai beberapa orang pun masuk. Karena beberapa siswa yang dipercaya oleh Estelle adalah anggota inti osis itu sendiri. Ada beberapa keraguan saat rakyat jelata sepertiku ikut rencana mereka, tapi semuanya menjadi reda saat mengetahui jika aku adalah Edward yang memenangkan debat dengan profesor Libert. Meskipun aneh, aku tidak bisa bertanya. “Kalau begitu, bagaimana pendapatmu?” tanya Ethan Nerve, ketua osis Arcadia setelah menjelaskan rencana mereka. Aku menjawab, “Saya hanya bisa tercengang. Apakah saya benar-benar dibutuhkan?” Ethan tertawa, “Sedikit memalukan tapi, ya kami butuh. Kami bahkan tidak bisa percaya pada profesor, dan kami juga perlu selektif saat memilih rekan.” Sepertinya mereka benar-benar butuh bantuan. Aku menghela napas, “Baik, kalau begitu saya akan berjuang sekerasnya.” Kemudian aku berdiri dan mengambil kapur dari atas meja. Beberapa orang sempat bingung saat aku mulai menggambar sesuatu, tapi mereka semua tetap d
Wow. Aku tamat. “Kau ingin bermain denganku, wahai anak manusia?” Suaranya begitu merdu tapi menusuk telinga saat aku memasuki bagian terpencil perpustakaan Arcadia di malam hari. Beberapa hari telah berlalu dan lusa sudah hari pertama semester 2. Rencana kami sudah lebih matang berkat Estelle dan yang lain, dan aku juga sudah memastikan ingatanku di berbagai tempat di Arcadia. Seperti biasanya, aku ada di perpustakaan utama Arcadia tapi lupa waktu dan berakhir dipanggil petugas untuk keluar perpustakaan. Merasa sayang, akhirnya aku menyelinap masuk ke perpustakaan untuk membaca buku lagi, tapi fokusku terhadap buku membawaku ke bagian terpencil di perpustakaan. Aku bertemu roh penjaga perpustakaan Arcadia, yang sudah bersemayam sejak Arcadia pertama kali di bangun. “Uhhh tidak. Aku ingin pergi.” Roh Penjaga, Bertha menggelengkan kepala, “Tidak bisa begitu. Aku terlanjur tertarik saat kau begitu fokus kepada buku jadi aku menculikmu ke sini.”Roh yang suka culik-culik anak-anak
“ーKalau begitu, nikmatilah semester genap ini para calon penyihir. Rasa ingin tahumu akan membimbingmu disini.” Kepala sekolah menyelesaikan pidatonya. Tapi yang berbeda adalah para murid tidak langsung dibubarkan dan diminta untuk duduk kembali. Kakak kelas yang belum pernah merasakan ini juga bingung, tapi aku dan para anggota yang tahu acara setelah ini semuanya memasang wajah tegang. Sebentar lagi akan dimulai. “Heh heh heh, sebelum kalian pergi. Ada hadiah dariku agar kalian semua semangat belajar.” Kepala sekolah tertawa jahil dan menjentikkan jarinya. Kemudian 20 benda melayang mengitari podium, baik profesor maupun murid semuanya tercengang. Tidak ada yang sebodoh itu sampai tidak tahu benda apa yang sekarang melayang. “Artefak!?” Suara mereka bersatu di seluruh auditorium. Aku yang hanya tahu artefak sebagai item game yang kudesain sendiri awalnya tidak terlalu tertarik, tapi begitu melihatnya secara langsung seperti ini aku merasakan rasa penasaran kepada benda-benda
“Jadi, apa kau sekarang ingin ke perpustakaan kuno?” tanya Bertha. Aku menggeleng kepala, “Maaf tidak memanggilmu selama 2 hari ini, ada beberapa alasan, kau tahu?” Bertha hanya melihatku dengan tatapan sinis, “Aku tahu.” “Huh? Apa?” Kenapa dia bisa tahu? Bertha menyilangkan tangannya dan mengintip ke balik pilar. “Apa dia musuhmu?” tanya Bertha. “Eh ah…iya. Maaf, tapi aku ingin mengganti hadiah ke perpustakaan kuno dengan kau membantuku. Apakah bisa?” tanyaku buru-buru. Bertha mendengus, “Tidak perlu mengganti. Hal semacam ini tidak sebanding dengan kemenanganmu.” Apa iya? Bertha berjalan keluar dari pilar dan Profesor Sinn yang melihatnya terlihat bingung. “Hum? Siapa kau? aku yakin tidak ada staff atau murid sepertimu di Arcadia.” Dia menyipitkan matanya kepada Bertha. Aku berbisik, “Hei! Kenapa kau keluar!?” Bertha mengabaikanku dan merentangkan tangannya, “Namaku Bertha sang penjaga perpustakaan kuno Arcadia. Manusia rendahan sepertimu hanya perlu tahu itu. Sekarang
“Edward!” Estelle yang kembali dari gedung utama berlari ke arahku yang duduk disamping auditorium. “Oh…Tuan putri. Syukurlah anda baik-baik saja.” “Huh? Kenapa kau tampak lesu? Apakah ada yang terjadi di bawah tanah auditorium?” Tanya Estelle melihat jawabanku yang tidak bersemangat. Aku menggeleng, “Tidak, tidak apa-apa.” Bertha sudah kembali ke perpustakaan tempatnya bersemayam beberapa waktu lalu. Kepala sekolah ingin mengatakan sesuatu kepadaku, tapi memutuskan untuk membiarkannya sementara. Kepala sekolah yang bersangkutan itu sekarang kembali ke wajah senyum santainya dan melihat ke arah pada murid dan profesor. Tidak ada murid yang tewas atau cedera berat, sedangkan beberapa profesor terikat oleh sihir dan tidak sadarkan diri. Kepala sekolah sekarang sedang memberikan pidato pendek kepada semua anggota Arcadia yang bersangkutan. Para profesor menggelengkan kepalanya, sedangkan para murid merasa kelelahan setelah seharian bertarung. Matahari sekarang bersinar tepat d
Apakah karena kemarin adalah hari pertama dan banyak yang fokus dengan artefak kepala sekolah? Pandangan mereka kepadaku hari ini jauh lebih banyak dan intens. Berusaha mengabaikan semua hal itu, aku berjalan sampai akhirnya ada di depan pintu kelas. Kreak Semua tatapan menuju ke arahku. “Huh.” Menghela napas singkat aku berjalan ke kursi yang tampak kosong dan jauh dari kerumunan. Baru setelah aku duduk mereka mengalihkan pandangan mereka. Sepertinya pilihanku benar. Beberapa menit kemudian wali kelas 1-B, Profesor Hubert, masuk ke dalam ruangan dia menjelaskan singkat kejadian kemarin dan melanjutkan kelas seperti tidak ada apa-apa. Sama seperti di game, Arcadia tidak ingin membahas perihal pengkhianatan ini secara terang-terangan. Dari kejadian kemarin aku mengetahui satu hal, yaitu betapa tidak sempurnanya informasi yang aku ketahui perihal skenarionya. Seberapa kuat ingatanmu, kau tidak akan bisa tahu apa yang belum pernah kau lihat. Yang artinya, aku merasa seperti berd
Walaupun kepala sekolah menyayangkan penolakanku, Bertha yang ada di sampingku membantuku meyakinkan kepala sekolah.Dengan senyum menyerah, kepala sekolah melepas kami berdua dan aku pun berjalan kembali ke asrama. Aku sendirian sejak Berha kembali ke perpustakaan sebelum aku keluar dari ruangan. Pada saat aku berjalan menuruni tangga, ada seorang perempuan dengan rambut putih bersih disana melihatku. Silhouette Cloak yang menggantung di pundaknya masih terlihat kaku dan canggung untuknya.Menundukkan kepala memberikan salam kepada Amelia, aku berjalan melewatinya berusaha menuruni tangga. Tapi saat kita saling sejajar dia memanggilku.“Edward. Kita sekelas bukan?”Walaupun terkejut aku menjawab, “Kamu…Amelia. Ya, kita sekelas.”Kemudian dia melirik saku kanan celanaku, “Di sakumu, terdapat artefak.”“Apa yang kau maksud?” tanyaku bingung.Amelia melihatku dengan tatapan tajam, “Tidak perlu bohong. Jubah ini bisa mendeteksi keberadaan artefak.”Aku tidak menyangka dia sudah bisa men
Hari demi hari berlalu kulalui dengan membantu anggota osis menyelesaikan masalahnya. Karena aku tidak punya kegiatan lain selain ke perpustakaan atau kelas, aku tidak begitu punya masalah. Aku juga tidak perlu khawatir mengganggu progres Nova karena osis seingatku tidak terlalu disinggung dalam gamenya. “Edward. Terima kasih selama 2 minggu ini.” Kata Ethan sambil memberikanku teh panas. Akhirnya setelah 2 minggu lamanya, permasalahan di hari pertama semester 2 mendekati akhirnya. “Terima kasih, ketua.” Aku menerima tehnya. Menyeruput teh panas itu dengan hati-hati aku merilekskan tubuhku di ruangan osis. Berkat aku yang setiap hari datang kesini setiap ada waktu luang, aku mengingat semua wajah dan nama para anggota osis. Hubunganku dengan para anggota inti osis juga menjadi lebih dekat selama 2 minggu. Rasanya aneh, aku bukan anggota osis tapi aku malah sering ke sini bagaikan orang dalam. Para anggota lain yang mengenal Edward sebelumnya juga menghindariku pada awalnya, t