Share

Chapter 4

Vintage melihatku dengan nada bingung dan menginterogasi, “Siapa kamu sebenarnya?”

“Apa?” tanyaku bingung.

“Coba katakan padaku, barusan kamu telah melakukan apa?” Vintage menekan bagian diantara matanya dengan nada lelah.

Aku memutar mataku mencari kalimat yang pas, “Aku menggambarkan kita peta Bertina?”

Brak!

Ini kedua kalinya aku melihat meja digebrak dengan sangat mudah. Aku sedikit terkejut saat Vintage melakukan hal yang sama dengan Rose.

“Kau tidak hanya menggambarkan kita peta Bertina, bodoh!? Kau menggambar seluruh area di Bertina dalam sekali duduk tanpa melihat referensi dan tidak menghabiskan lebih dari 3 jam. Apalagi detail seperti ini…Bagaimana kau bisa membuatnya?” Vintage mengambil peta yang sudah selesai aku gambar dan memandangnya dengan sangat heran.

Bertina adalah nama kota yang kami tinggali sekarang. Ibukota dari kerajaan Bertinia sekaligus tempat Arcadia berada. Kemarin saat aku ke perpustakaan, aku melihat peta Bertina untuk dicocokkan dengan ingatanku dan hasilnya adalah sungguh jelek. 

Kualitas petanya tidak memenuhi kriteriaku karena masih mengadaptasi peta CHC yang sudah di simplifikasi, jadi aku mencoba mengambil beberapa versi peta Bertina dan desain asli yang kubuat kemudian membentuk peta baru saat aku datang ke pos ksatria tempat Vintage berada.

Aku berkomentar, “Ada baiknya kamu memeriksanya sendiri dengan datang ke tempat-tempatnya. Sedetail apapun petanya kalau hanya karangan tidak ada gunanya.”

Ya, walaupun Bertina sebenarnya adalah peta karangan yang aku gambar.

Vintage menjawab, “Tidak, peta dengan detail seperti ini sudah ada.”

“Apa?” Aku terkejut dengan kalimat Vintage. Apa maksudnya?

Vintage meletakkan petanya dan terlihat rasa ragunya untuk memberitahuku yang dia maksud, “Dengarkan aku baik-baik Edward.”

“O-Oke?” Aku mengangguk tergesa-gesa karena nada Vintage begitu serius.

“Jangan buat peta ini lagi. Peta yang kamu buat ini biasanya hanya dimiliki bangsawan-bangsawan tinggi termasuk keluarga kerajaan. Aku juga punya, tapi itu karena aku masuk ke dalam bagian keamanan kerajaan.”

Aku menelan ludah, “Kenapa?”

“Karena peta detail seperti ini rawan untuk disalah gunakan. Jadi ada maksud dibalik peta yang disimplifikasi itu.”

Mengeluarkan suara, “Oooo…” seakan paham dengan maksud Vintage, aku langsung yakin di balik alasannya itu. Memang benar, jika peta terlalu detail akan ada banyak penjahat ataupun organisasi yang bisa menggunakannya untuk egonya sendiri.

“Oke, aku tidak akan membuatnya lagi. Tapi bagaimana dengan peta itu?” Peta yang terlanjur dibuat. Apakah harus dihancurkan?

“Hmm…kamu bisa menyimpannya, aku tahu kamu tidak akan menggunakannya untuk hal jahat. Tapi jangan pernah memberitahukannya kepada orang lain. Aku juga akan tutup mulut tentang perkara ini. Ayo kita anggap tidak terjadi apa-apa disini.” Aku dan Vintage menjalin sebuah janji di pagi hari yang cerah itu.

Menanamkan saran yang diberikan Vintage kepadaku. Aku membawa gulungan peta itu di pelukanku dan meletakkannya di kamar asramaku. Untungnya ini masih pagi, jadi tidak terlalu banyak orang yang ada di jalanan.

Menjalani rutinitas yang sama dengan kemarin, hari ini pun aku datang ke Cafetaria.

“Ah.”

“Oh kamu akhirnya tiba.”

Entah kenapa Putri Kerajaan Bertinia, Estelle Bertinia menungguku di depan pintu Cafeteria dengan kedua lengannya di pinggang. Ekspresinya seperti anak kecil yang mendapat mainan terbarunya.

Gawat, apa aku sarapan di tempat lain saja ya? Aku PD bisa tiba ke seluruh tempat makan yang buka di jam 8 pagi ini. Oke, waktunya kabur.

“Jangan kabur.”

“Ugh!?”

Estelle merapal sihir pengekang membuatku tidak bisa bergerak dari tempat itu. Dengan langkah yang pasti, dia meletakkan tangannya di pundakku. 

Dengan senyuman yang memukau dia berkata, “Bagaimana kalau kita sarapan bersama?”

Aku yang seorang rakyat jelata jelas tidak bisa berkata tidak.

**

  

“Hei, kenapa dia makan bersama dengan putri Estelle?”

“Aku juga tidak tahu. Saat aku datang mereka sudah duduk berhadapan seperti itu.”

“Apakah Putri Estelle tidak takut dengannya?”

“Kurasa tidak. Mungkin putri berpikir apa yang perlu ditakuti dari rakyat jelata sepertinya.”

“Tapi apakah itu baik-baik saja? Bukankah dia juga dibenci oleh profesor-profesor kita karena kemampuan akademiknya?”

“Jangan-jangan putri berusaha mengevaluasi kemampuannya sendiri?”

Banyak suara membicarakanku yang sarapan bersama putri kerajaan, Estelle Bertinia. Aku tidak bisa berkata benar atau salah karena sejak 15 menit kami duduk, tidak ada pembicaraan apapun diantara kami. Aku pun merasa keringat dingin membasahi punggungku sekarang.

Aku melirik Estelle yang ada di depanku.

Estelle Bertinia adalah karakter pembantu yang memiliki peran sebagai pengarah milik Nova. Dia dideskripsikan sebagai putri kerajaan berkharisma tinggi dengan aura misterius di sekitarnya. Terlihat tegas dan disegani, tapi saat sudah dekat dengannya dia akan mulai melembut dan menampilkan pesonanya yang lain.

Tapi yang menjadi fokus utamanya adalah kemampuan matanya. Dengan satu lirikan, dia bisa mengetahui kejujuran seseorang dari aliran Mananya. Menjadikannya karakter yang cocok untuk menginterogasi seseorang.

Gawat, apa yang harus kulakukan!?

“Sepertinya kamu dibenci ya?”

“Eh, ah…ya sepertinya begitu?”

Aku terkejut saat Estelle tiba-tiba membahas orang-orang yang terus begosip di sekitar kami. Kenapa Estelle mendekatiku? Apakah dia kesal karena kemarin aku kabur? Atau dia mendapat ketertarikan setelah bicara dengan Vintage? Bagaimana dengan Nova?

Klink

Estelle meletakkan cangkir tehnya kemudian melihatku dengan mata violetnya itu. Sama seperti kemarin aku merasa tidak nyaman dengan tatapan mata itu. Aku ingin kabur!! Tapi tidak bisa!!

“Pft,” Estelle tiba-tiba tertawa kecil, “Aku minta maaf. Tapi reaksimu sungguh menarik untuk dilihat.”

“Hahaha…” aku bisa merasakan mulutku yang berkedut berusaha tertawa. Aku juga ingat dia adalah karakter dengan kejahilan tinggi.

“Hei, apa yang kau lakukan di liburan musim panas ini?” Estelle mengikat jarinya dan melihatku.

“Mencari…jati diri.” Aku tidak bohong, karena aku tidak tahu siapa itu Edward, aku menghabiskan waktuku mengenal diriku sendiri dan dunia ini.

“Hmm…” Estelle memberikan reaksi berirama kepada jawabanku.

“Apa yang kau sembunyikan, Edward?” Pertanyaannya begitu horror untukku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status