Share

Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game
Transmigrasi Menjadi Karakter Paling Sampingan dalam Game
Author: Darashinai

Chapter 1

Aku merasakan sebuah pisau menusuk jantungku. Dengan senyuman lebar seolah rencananya berhasil, seniorku membiarkanku jatuh dengan pisau yang masih menancap.

“Makasih ya…Sekarang sudah waktunya kamu pergi.”

Psikopat, pikirku.

Tidak ada gestur menyesal ataupun keraguan tapi pengkhianatan yang sudah terstruktur. Kukira ada apa aku dipanggil ke gang kecil saat pesta perilisan game besar kami diadakan, tapi ternyata ini yang menantiku.

“Kenapa…?” tanyaku kecil.

“Kenapa? Karena aku tidak mau ada kau lagi di perusahaan ini. Bisa-bisanya hanya karena sekedar ingatanmu yang sedikit bagus itu aku disingkirkan dari desainer utama. Selama pengembangan aku sudah cukup menahan diri lho? Tapi sekarang aku sudah muak, maaf ya~”

Tidak ada perasaan maaf di kalimatnya. Melainkan hanyalah nada bercanda dan senyuman jahatnya saat melihatku tergeletak di tanah. Seniorku pun pergi dengan langkah ringan.

Sialan…Lagi-lagi karena kemampuan ingatanku aku dikhianati oleh orang yang kupercaya. Mereka pikir aku mau punya kemampuan ini? Semua hal yang kulihat, dengar, rasakan tidak akan pernah kulupakan. Termasuk rasa pisau yang menembus jantungku ini.

Aku yang seorang anak buangan sejak kecil hidup di panti asuhan di jauhi oleh teman sebayaku karena menganggap kemampuanku mengerikan. Menganggap aku aneh karena selalu mengingat semua hal yang terjadi padaku tidaklah normal katanya. Terus, normal itu apa? aku yang tidak tahu bagaimana perasaan melupakan sesuatu dianggap aneh.

Entah itu hal sepayah urutan langkah kaki semut yang kebetulan kulihat di tembok bangunan di jalan ataupun perasaan batu yang dilempar ke kepalaku untuk pertama kalinya lebih dari 20 tahun lalu selalu kuingat. 

Semua orang yang mengetahui kemampuan dari ingatanku awalnya kagum, perlahan menjadi keraguan, dan akhirnya berubah menjadi rasa jijik dan takut. Semuanya sama, aku mengingat semua wajah yang menunjukkan perubahan itu. Tidak ada yang kulupakan.

Berharap mendapatkan amnesia, aku membenturkan kepalaku berulang kali dengan banyak benda keras. Walaupun ada kalanya aku koma, tapi jangankan amnesia aku malah mengingat rasa sakit saat aku membenturkan kepalaku. Dipenuhi rasa takut, aku akhirnya menyerah.

Dalam sekejap setelah pisau menusuk jantungku, aku mengingat semua hal yang terjadi dalam 27 tahun umurku.

“Siapa juga yang mau…”

Air mata membasahi pipiku. 

Jika aku selamat pasti semua hal yang terjadi sekarang akan kuingat.

…Aku takut.

Posisi bintang-bintang, sakitnya pisau di dadaku, emosi yang menggumpal di hatiku, suhu dingin yang menusuk kulitku, perasaan darah yang keluar dari tubuhku, tubuhku yang semakin lama kehilangan rasanya, semuanya pasti kuingat.

Aku memejamkan mataku perlahan dan berdoa.

Kumohon, jika aku bangun kembali setidaknya izinkan aku melupakan ini.

**

Takdir seperti menertawakanku.

“Haha….”

Karena itulah aku juga ikut tertawa.

Aku tidak melupakan apapun. Aku mengingat semuanya. Haha…

Buk

Suara datar terdengar saat aku membenturkan kepalaku ke tembok di belakangku.

Buk

Tidak ada energi lebih, tapi terdengar keras.

Buk

Tidak ada emosi, tapi terlihat kasar.

Buk!!

Aku menghentikan tindakanku saat aku merasakan darah yang mengucur dari kepalaku. Aku tidak ingin mengingat rasa sakit di tindakanku setelahnya.

Aku melihat sekelilingku.

Aku berada di gang kecil, tapi gang ini berbeda dengan saat aku mati. Posisiku yang tadinya terlentang sekarang menjadi duduk. Bentuk bangunan dan jalannya juga bukan nuansa modern tapi lebih ke pertengahan eropa. Kemudian waktunya, yang tadinya malam sekarang menjadi siang. Kemudian udara yang biasanya sesak karena polusi udara, terasa bersih dan sejuk.

Ya, siapa yang peduli. 

“Hei nak!! Apa yang terjadi di sini?”

Tiba-tiba datang seseorang dengan nada bingung dan terkejut. Aku tidak melihat ke arahnya dan kembali menunduk.

“Tidak tahu.” jawabku singkat.

“Apa yang kau katakan!? Tidak mungkin anak yang duduk di atas genangan darah sepertimu tidak tahu apa-apa.” Dia sepertinya menunjuk genangan darah yang ada di sekitarku.

“Terserah.”

Dia yang kesal akan jawabanku mendecakkan lidahnya dan memperhatikan sekitar seolah menginvestigasi.

Kenapa aku masih ingat semuanya? Kenapa?

Hanya pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang terus berputar di kepalaku, aku tidak peduli dengan yang ksatria itu maksud.

“Apa…kenapa tubuhmu tidak mempunyai luka sama sekali? Dengan darah sebanyak ini seharusnya sekarang kamu sedang terluka parah.”

Tanpa kusadari, Seseorang itu menunduk dan melihat bajuku yang compang-camping dan kondisi tubuhku. Wajahnya yang tadi tidak kulihat, mau tidak mau masuk ke dalam pandanganku.

“Huh…?” Aku melihat wajahnya dengan seksama.

“Huh? Kenapa?” Dia yang menyadari suara bingung ku menatapku.

Apa…?

Kenapa wajah orang ini sangat mirip dengan karakter game yang aku desain?

Pikiranku yang berputar tadi seketika berhenti.

Aku membuka mulutku perlahan, “...Apakah anda Ksatria dari pasukan kerajaan divisi 3 bernama Vintage Regis?”

Ksatria itu membuka matanya lebar terkejut dan memiringkan kepala.

“Kamu mengenalku nak?”

Ternyata benar, dia adalah Vintage, seorang ksatria yang membantu protagonis dari game yang menjadi sumber kematianku. Seorang karakter yang kudesain dengan tanganku sendiri.

Berkharisma, kuat, lembut, dan perhatian. Dia adalah sosok yang menjadi panutan dari protagonis game kami, Nova. Mentor yang akan membawa protagonis menghadapi banyak rintangan di masa depan nanti.

Aku ingat dia. Dia yang seharusnya hanya ada di dalam monitor komputer sekarang ada di depanku dengan wajah yang sangat realistis berbeda dengan modelnya yang 3D kartun.

Aku reflek merentangkan tanganku ke wajahnya.

Tepis

Tanganku yang ingin merasakan tekstur wajahnya ditepis olehnya. Jelas, karena dia adalah ksatria elit, kewaspadaannya dengan kondisi sekarang sangat tinggi. Benar-benar seperti karakteristik yang kuingat.

“Haha…”

Entah kenapa aku tertawa.

“Hahahahaha…”

Vintage melihatku seperti melihat seseorang gangguan mental.

Tidak akan ku sangkal, karena aku juga akan memandang diriku sendiri dengan tatapan yang sama sepertinya.

Seperti cerita-cerita klise yang pernah kubaca sebelumnya.

Sepertinya aku berada di dalam dunia game yang kudesain. Game story RPG bernama, “Celestial Heroes Chronicles”.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status