"Jangan menyentuh istriku, Bajingan tua!" murka Zein, menghampiri Lucas dengan langsung melayangkan pukulan kuat ke wajah pria itu. Bug'Zein melayangkan pukulan ke arah wajah Lucas, begitu kuat dan penuh kemarahan. Itu membuat Lucas terjatuh lau berakhir terhempas di lantai. Zein tak puas begitu saja, dia ingin menghajar lebih brutal lagi, akan tetapi Zahra menariknya lalu mendorongnya kuat. "Zahra!" Zein menggeram penuh kesetanan ketika Zahra berlari ke arah Lucas kemudian membantu pria tua bangka itu berdiri. Zein langsung menyentak istrinya kemudian menyeretnya secara kasar dari sana. ***Bug'Setelah sampai di rumahnya, Zein mendorong Zahra cukup kasar ke atas ranjang kemudian tanpa membiarkan perempuan itu mengucapkan sepatah katapun, dia langsung menyetubuhinya. Setelah puas melampiaskannya pada Zahra, Zein memeluk perempuan itu–memaksa Zahra tidur dengannya. "Tidur!""Lepaskan aku! Hiks … kamu sangat bajingan, Zein Melviano. Kamu bajingan!" pekik Zahra, menangis dan berter
"Aku melakukannya demi Zein dan keluarga Melviano, Tante," bisik Belle manis, begitu meyakinkan–membuat Yolanda tersanjung dan terharu padanya. Yolanda balas berbisik, mengatakan perasaan bangganya pada Belle. "Kamu memang pantas menjadi menantuku, Sayang. Zein harus segera menikah denganmu," bisiknya dengan senyum manis pada Belle. "Tuan Lucas, silahkan duduk." Yolanda mempersilahkan Lucas duduk. Lucas bersedekap angkuh tetapi juga menurut untuk duduk di sebuah sofa yang ada di ruangan tersebut. Yolanda langsung menyuruh maid untuk menyiapkan jamuan istimewa pada Lucas, kemudian dia dan Belle mendekati pria yang sangat dihormati dikota ini. Lucas adalah sang legendaris di dunia bisnis, dia misterius dan ditakuti. "Tuan Lucas, saya senang anda datang." Belle berucap manis, tersenyum cukup menggoda untuk merayu Lucas. Dia duduk dengan anggun tetapi gestur tubuhnya melakukan hal lain, sedikit memajukan dada dan memberikan gerakan tipis supaya bagian tubuhnya tersebut terlihat
Zein menatap ke arah pintu, memperhatikan gerak-gerik Marcus yang datang dengan keadaan terburu-buru. "Kau tergesa-gesa karena apa?" tanya Zein saat Marcus telah menghadap padanya. Marcus menggaruk tengkuk, tersenyum malu pada tuannya. Dia tergesa-gesa bahkan tak sabar memberi tahu informasi yang dia bawa pada tuannya. Informasi tersebut akan sangat mengejutkan tetepi Zein mungkin senang mendengarnya. "Tuan Zein, saya sudah mendapatkan informasi mengenai bayi yang Nyonya kandung," ucap Marcus tiba-tiba. Dia mengeluarkan map berisi laporan kemudian menyerahkannya pada Zein. "Sebelumnya, selamat Tuan," tambah Marcus. Zein mengerutkan kening, mendongak lalu memberikan tatapan bingung pada Marcus. Dia meraih laporan tersebut, membuka map dan membaca isi laporan dengan ekspresi acuh tak acuh. Zahra dibawa paksa oleh Lucas, dan Zein kehilangan mood karena hal tersebut. Bukan tidak senang Zahra bertemu dengan ayahnya, setelah sekian lama. Zahra dulu pernah menceritakan tentang ayahnya y
Zahra mematikan telpon sepihak, meletakkan ponsel di atas meja kemudian kembali melanjutkan pekerjaan. Baru saja Zein menghubunginya, mengatakan jika pria itu akan segera datang menjemputnya. Zahra tak terlalu mempermasalahkan. Pertama, Zein tak tahu di mana Zahra berada dan yang kedua pria itu mungkin serius dengan perkataannya. Zein tak pernah mau repot-repot menemui Zahra karena pria itu tak pernah peduli padanya. Dulu, Zahra pernah meminta Zein untuk menyusulnya ke perusahaan mitra akan tetapi Zein menolak datang. Pernah juga Zahra meminta Zein menjemputnya ke supermarket karena Zahra ada di sana dan mobilnya mogok, Zein menolak dan menyuruh Zahra pulang naik taksi. Jadi sekarang, pria itu hanya mengancam. Mungkin supaya Zahra takut atau memikirkannya. "Nona muda." Tiba-tiba pintu ruangan kerja Zahra terbuka, memperlihatkan seorang bodyguard dengan tampang muka khawatir. Bodyguard tersebut membungkuk hormat pada Zahra lalu melapor. "Tuan Zein ada di ruang tamu, dia mengotot un
"Bukankah kau seperti sedang membuat rencana untuk mencuri keturunanku?!" Mata Zahra menbelalak lebar, langsung menatap Zein dengan raut muka kaget. Zein sudah tahu jika dia mengandung anak dari pria ini dan Zein menjadikan itu sebagai ancaman untuk Zahra. Bagaimana bisa Zein se kejam ini padanya? "Setelah melakukan kejahatan pada putriku, lalu tanpa tahu malu kau menuduh Zahra melakukan rencana pencurian terhadap keturunanmu? Bagaimana bisa kau seiblis ini, Tuan Zein?!" Lucas mengepalkan tangan, menahan amarah dalam diri yang siap meledak. Sedangkan Zahra, dia memanfaatkan keadaan. Melihat Zein sedikit lengah, Zahra kembali menyikut perut Zahra lalu segera bangkit dari pangkuan pria itu. Zahra bergegas berhambur pada pelukan ayahnya–berlinduhg dari Zein yang menurut Zahra sudah sangat keterlaluan. Semisal Zahra mengungkap kehamilannya saat itu, pasti Zein tak akan peduli. Mungkin lebih parah Zein akan menyuruhnya menggugurkan kandungannya. Lalu sekarang karena obsesi yang ingin Z
Brak'Zein menendang sebuah guci besar di rumah sehingga guci tersebut terjatuh lalu berakhir pecah. Zein melampiaskan kemarahannya pada benda apapun yang dia lihat. Lagi-lagi Zein tidak berhasil membawa Zahra ke sisinya dan itu semua karena Lucas."Zein, kamu kenapa?" Yolanda datang, begitu kaget lihat kondisi putranya yang mirip seperti Godzilla marah. Rumah sudah seperti kapal pecah, barang tergeletak di mana-mana dan banyak beling pecahan kaca. Zein menoleh ke arah ibunya, dia menatap marah lalu tanpa mengatakan apa-apa dia langsung beranjak dari sana. Yolanda terdiam, menatap kepergian putranya dengan air muka murung. Zein terlihat marah, bahkan padanya. Apa karena selama ini Yolanda tidak mendukung hubungan Zein dan Zahra? Tetapi perempuan itu licik, dia telah menjebak Zein tiga tahun yang lalu hanya demi menjadi nyonya Melviano. Yolanda menundukkan kepala, meremas tangan sendiri secara gelisah. "Tadi Belle mengatakan jika Tuan Lucas datang karena permintaannya. Tetepi ternyat
Setelah mengatakan hal itu, Zahra melanjutkan langkah. Namun, tiba-tiba saja makhluk yang sangat ia benci datang, langsung memeluk lengan Zein. "Zein." Suara manja Belle menyapa, dia menatap Zein dengan tatapan penuh cinta lalu beralih menatap Zahra dengan tatapan penuh kebencian. Belle tiba-tiba tersenyum culas, dia punya rencana untuk membuat nama Zahra kotor di kepala Zein. "Zahra, kamu akhir-akhir ini sering bersama, Paman Raka. Harusnya itu tidak terjadi karena kamu tahu bukan jika Paman Raka adalah Paman dari Zein. Kamu masih istri dari Tuan Zein, harusnya kamu bisa menjaga batasan. Dan … kamu harusnya menjaga batas--""Pardon me?!" Zahra langsung memotong, menatap tenang ke arah Belle. Mungkin dulu dia merasa tertindas dan insecure dengan Belle, perempuan ini nomor satu bagi suaminya. Namun sekarang, Belle bukan apa-apa bagi Zahra. Dia tidak akan terintimidasi lagi oleh kelicikan Belle, "maksudmu menjaga batasan agar tidak terus-terusan menempeli pria yang sudah berstatus istr
'Ck, kenapa dia harus datang sih.' batin Belle, menghentakkan kaki pelan ke lantai karena kesal melihat Zahra datang. Sedangkan Zein, dia langsung memeluk Zahra lalu membisikkan sesuatu pada perempuan itu. "Jangan mengatakan apapun pada Kakek mengenai hubungan kita," bisik Zein dengan penuh peringatan. Zahra menghela napas pelan lalu mendorong pundak Zein. "Tenang saja. Aku datang untuk merayakan ulang tahun Kakek, bukan mengacau," ucapnya, setelah itu berjalan menghampiri Brian. Zein mengikuti dari belakang. Setelah berada di hadapan Brian, Zahra langsung memberikan ucapan selamat ulang tahun. "Selamat ulang tahun, Kakek.""Terimakasih, Cucuku sayang," jawab Brian, tersenyum bahagia pada Zahra. "Aku selalu mendoakan supaya Kakek panjang umur, sehat selalu dan selalu dilimpahkan kebahagiaan," ucap Zahra sembari memberikan sebuah kado berukuran besar. "Anak yang baik." Brian mengusap pucuk kepala Zahra beberapa kali. Dia meraih kado dari Zahra lalu menyerahkan kado pemberian Belle