“Apaan ini?” pekik Arya, saat dirinya selesai membaca sebuah pesan yang baru saja masuk ke akun miliknya.
Penasaran, rekan satu timnya langsung menoleh dan mendekat kea rah Arya. Mereka pun membaca secara saksama isi pesan itu.
“Maksudnya apa? Besok tempat ini akan dilanda bencana kekeringan?” ujar Firman.
“Sepertinya begitu,” timpal Arya.
Menurut pesan yang baru saja Arya dapatkan, kekeringan akan melanda tempat ini besok. Semua persediaan air dan makanan tidak tersedia lagi. Itu berarti sumber kehidupan mereka akan hilang. Sedangkan, untuk memenuhi kebutuhan pangan, mereka harus memanfaatkan alam. Dalam misi kedua ini mereka tak menemukan toko sama sekali.
“Terus gimana dong?” keluh Dida. Bibirnya itu melengkuk ke bawah dan wajahnya pun nampak memelas.
Arya menarik napas dalam. Kedua bola matanya bergerak ke kanan dan ke kiri. Sesekali dia mengigit bibir bawahnya. Kemudian dia mencoba melihat
“Siapa yang beraninya mengambil makananku di sini!” teriaknya lagi.Arya terus mendongak, memindai daerah di sekitar hutan yang bisa terjangkau oleh pandangannya. Namun, dia tak menemukan apa pun. Hanya saja, dia merasa bahwa suara itu sangat dekat dengannya.Brug!Arya menoleh ke belakang, dan dia mendapati Dida tersungkur ke tanah. Dida mengangkat kepalaya dan mata hitamnya membelalak maksimal.“A-Arya,” ucapnya lirih. Telunjuknya itu di arahkan ke satu titik di atas sana. Tangan kanan Dida terlihat bergetar hebat.Arya langsung memperhatikan ke mana Dida menunjuk. Sontak mata Arya pun langsung membulat. Tubuhnya seketika menengang, sampai-sampai dia tidak bisa bergerak sama sekali.“Keluar kalian! Aku bisa mendengar suaramu!” raung makhluk itu lagi.Ternyata benar, sosok itu adalah seorang monster. Di lihat dari perwujudannya; kepala besar, mata dan mulut pun besar, gigi bertaring tajam. Arya men
Tak membantah perintah dari Arya, Dida pun hanya mengangguk dan langsung berlari dengan cepat. Sedangkan Arya dan Idun berhenti, lalu saling bertatapan.“Tes drive, lo keluarin satu item yang lo ambil dari hutan itu,” bisik Arya. Idun hanya mengangguk dan langsung mengeluarkan item yang baru saja diambil olehnya beberapa saat lalu. Sedetik kemudian dia langsung melemparkannya dengan sekuat tenaga. Mata monster itu bisa menangkap apa yang dilempar oleh Idun. Labu! Mata monster itu langsung berbinar. “MAKANANKU!” pekiknya, yang kemudian lidahnya itu terulur. Menangkap labu besar itu dengan cara melilitnya. Dengan cepat, buah labu itu ditarik oleh lidahnya yang ternyata bisa memanjang, dan dia langsung melahapnya.“Mana makananku yang lain?!” berang Tao-Tie. Monster itu tidak bodoh, dia tahu bahwa Arya dan Idun masih menyembunyikan sebagian besar makanan yang diambil tanpa seizinnya. Ah, lagi pula, jika mereka meminta izin
“Lo yang nyuruh dua jam, tapi lo yang telat tiga puluH menit!” Bukannya disambut dengan baik, Reza malah menyindir Arya. Dua anak laki-laki itu baru saja datang dan bergabung bersama dengan anggota timnya yang lain. “Ish! Aku, kan, udah bilang, Za. Kalau kita ini ketemu monster!” sanggah Dida. “Monster apa? Kita aman-aman aja, tuh?” Reza membandingkan dengan timnya. “Ah, udahlah, Bang Reza. Lo nggak lihat, Arya sama Idun mukanya kelelahan gitu?” timpal Angel. Dia mengeluarkan dua kendi botol dan diberikan pada Arya juga Idun. “Thanks,” ucap Arya. Dia langsung menengadahkan kepalanya dan segera meminum air dalam botol tersebut. Ah, rasanya segar sekali. “Arya, gimana persediaan makannya aman, kan?” tanya Dida sedikit khawatir. Mendapat pertanyaan itu, raut wajah Arya berubah. Dia hanya menghela napas. “Kenapa lo kayak hopeless gitu? Jangan-jangan lo nggak bawa apa-apa?” serang Reza lagi, kini nada bicaranya naik satu okt
Sejak diperjalan tadi, Arya terus merubah rute perjalanannya. Rekan satu timnya terus mempertanyakan hal itu. Namun, Arya hanya berkata bahwa mereka harus mengikuti perintahnya.Kesal, karena tak mendapat jawaban yang memuaskan. Angel pun marah pada Arya, dia menuntut penjelasan, kenapa Arya terus merubah rute perjalanannya. Padahal di dalam sistem sudah diberi tahu rute yang harus mereka tempuh, agar bisa sampai di tempat tujuan mereka, Kekaisaran Dainiku.“Ya, lo yakin, kan ini jalan yang bener?” tanya Angel ragu.Arya mengangguk. “Tenang, Jel. Ini jalan pintas yang gue maksud,” jawabnya.Angel mendadak tak yakin dengan ide Arya. Pasalnya sejauh mata memandang, dia hanya melihat laut lepas. Dia masih ingat betul, jika mereka mengikuti arahan sistem, mereka tidak akan menemui lautan, hanya sungai biasa.“Lo nggak berniat buat kita pakai jalur laut, kan?” tanya Angel lagi.“Sayangnya gue nggak bisa j
“Ini apa?” gumam Arya yang tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia mencoba memperbesar layarnya, guna mengetahui titik berwarna merah itu. “Wah! Ini titik tim lain!” pekik Arya.Ya, saat Arya mencoba memperbesar, dia bisa melihat tulisan Grim Reaper—yang ada di depan, dan Speed Hunter—yang ada di belakang. Berarti kalau begitu jarak antara ketiga tim ini sangat dekat. Dan satu hal yang membuat Arya senang, Ravens Destroyers lebih unggul dari Speed Hunter—ranking ke-2 saat misi kedua ini dimulai.Saat ini, memang leaderboard belum di-update, masih menampilkan data yang lama. Jadi, Ravens Destroyers masih berada diurutan ketiga. Walau begitu, mengetahui kondisinya saat ini, cukup membuat Arya senang. Untung saja dia bisa mencari jalan pintas.“Huek!” Tiba-tiba saja Dida memuntahkan isi perutnya. “Ahhh… sial! Kenapa harus muntah? Sayang, kan, ini makanan.” Dida meratapi isi perutnya yang sudah
Keesokan harinya mereka bangun sedikit terlambat, tak terkecuali Arya. Buru-buru dia mengecek keberadaan tim lain—Grim Reaper dan Speed Hunter. Arya berdecak, dia melihat sekarang ada tiga tanda merah di dalam petanya. Ia mencoba memperbesar ukuran peta, ingin mengetahui tim mana yang berada di dekatnya. Ternyata Speed Hunter kini menyalip mereka lagi, dan di belakang Ravens Destroyers terdeteksi dua tim dengan peringkat 4 dan 5—Demonic Slayer dan Kacil Liar.“Ah, sial! Kenapa kita pada kesiangan gini, sih?!” rutuk Arya sembari mengacak-acak rambutnya.“Udahlah, dari pada ngeluh mending kita langsung caw!” kata Firman yang beranjak dan merapikan pakaiannya.“Sebentar … tapi gue laper, Bang. Seenggaknya kita sarapan dulu, lima menit cukup,” sela Reza. Perutnya kini keroncongan. Padahal kemarin dia bisa menahan rasa lapar, tapi pagi ini perutnya itu meminta diisi.Bukan ide yang buruk. Lagi pula Arya ju
Perasaan marah Reza kini sudah berada di ubun-ubunnya, kepalanya terasa mau pecah. Belum lagi perutnya memang sedari tadi tidak bisa diajak kompromi. Semakin memuncaklah emosi Reza. Maka dari itu, kita jangan pernah sampai menyulut emosi orang yang sedang kelaparan. Akibat perasaan kesal dan marahnya sudah diujung tanduk. Tanpa disadari dia sudah mendatangkan petir lagi. Hal itu sontak membuat semua anggota tim terkejut dan merasakan aura pekat dari diri Reza. “Ma-maaf. Kamu nggak denger kalau aku udah minta maaf, Za? Iya, aku salah. Aku tahu itu.” Dida menangis, badannya terasa lemas sekarang. “Maaf? Gue nggak mau denger kata maaf dari lo!” tampik Reza. “Denger, ya, cewek rakus! Siapa, sih yang pengin kelaparan? Nggak ada! Tapi gue tahan keinginan dan hasrat untuk makan. Karena gue mikir, di sini gue nggak sendirian. “Makan seperlunya dan semampunya. Gue selalu nyadarin diri sendiri. Eh, tapi lo malah dengan enaknya memakan semua persediaan. Apa lo n
Idun panik, saat melihat sikap Dida yang tidak biasa. Walau dia tahu mereka sedang berada di dalam game, tapi tetap saja semuanya terasa nyata. Dia sampai menahan muntah, padahal perut dan tenggorokannya itu sudah terasa mual.Tidak bisa dibiarkan. Namun, apa daya, Idun sudah berusaha melarang Dida beberapa kali dan perempuan itu terus menepisnya. Tenaga perempuan itu tiba-tiba menjadi kuat, beberapa kali Idun terpental. Dengan perasaan khawatir yang mengakar, Idun langsung berlari mengejar Arya.“Arya! Gawat!” Idun berseru dengan keras, saat dia sampai di tempat Arya. Ia mencoba untuk mengatur napas dan menelan ludah secara kasar.“Kenapa?” Melihat Idun datang dengan tergesa-gesa, membuat Arya penasaran. Dia sepertinya sudah bisa memprediksi, bahwa sedang terjadi sesuatu.“Kak Dida, Arya. Kamu harus ikut, aku nggak bisa menahannya!” jawab Idun dengan panik.Arya langsung beranjak dan dia pun segera berlari. &ldq