Sejujurnya Shanaz tidak mengenal dengan lelaki yang mengaku sebagai mantan kekasihnya itu. Karena dia merupakan mantan kekasih Nabila, bukan dirinya. Dan kini Shanaz dihadapkan dengan kebingungan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Fernando tadi.Shanaz memutar otak dengan cepat. "Teman saya yang mengenalkan, Tuan," jawab Shanaz sekenanya. Sepertinya hanya jawaban itu yang cukup masuk akal."Sejak kapan kamu ingin tahu urusan orang lain? Kamu menjadi mirip dengan Ibumu," sindir ayah Fernando."Tidak, Ayah. Bukan seperti itu. Tapi–" Fernando tak jadi melanjutkan kalimatnya, karena malas berdebat dengan ayahnya.Ia lalu mengibas-ibaskan tangannya di udara. "Sudahlah, jangan bahas masalah tidak penting itu," imbuhnya.Lebih baik begitu. Shanaz bisa tenang karena tak harus memikirkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak Shanaz ketahui jawabannya. **Mobil Fernando sampai di perusahaan. Fernando kembali pada rutinitas pekerjaannya di perusahaan, sementara Shanaz pulang dengan ay
Shanaz membalikkan badannya mendengar seseorang memanggil nama Nabila. Sudah ada ibunya Nabila yang berdiri di ambang pintu gerbang yang belum ditutup oleh satpam. Dengan cepat satpam berjalan mendekat ke arah ibunya Nabila. "Maaf, tapi Ibu ini, siapanya Mbak Nabila, ya?" tanya satpam pada ibunya Nabila."Saya Ibunya Nabila, Pak," jawab ibunya Nabila menunjuk pada dirinya sendiri.Satpam langsung melirik ke arah Shanaz. Dia hanya ingin memastikan saja, bahwa apa yang dikatakan oleh wanita paruh baya yang ada di depannya ini memang jujur. "Benar Pak. Ini adalah Ibu saya." Kini Shanaz menunjuk dirinya sendiri. Satpam manggut-manggut mengerti. "Silakan masuk, Bu." Dan setelah Shanaz membenarkan satpam mempersilakan masuk. Lalu menutup lagi gerbangnya.Mata ibunya Nabila kini mengarah pada kaki putri semata wayangnya yang sedang sakit. Ia terkejut sampai lupa mengatupkan mulutnya. Ia langsung panik dan tangannya menunjuk ke kaki Nabila."Apa yang terjadi pada kakimu, Nabila?" Ibunya Na
Setelah berpikir dan menimbang, akhirnya ibunya Nabila merelakan anaknya tetap bekerja. Dia sangat mempercayai Fernando, karena dianggap sebagai majikan yang baik dan pengertian. Ibunya Nabila berpamitan pulang kepada keduanya 1 jam yang lalu."Saya akan siapkan kopi untuk Tuan Fernando," ucap Shanaz. Biasanya hal itu yang akan dilakukannya ketika Fernando pulang dari perusahaan."Jangan, jangan!" Fernando melarangnya. Shanaz membalikkan badannya lalu menatap wajah Fernando. "Kenapa jangan Tuan? Atau Tuan mau mandi dulu?" tanya Shanaz penasaran."Iya. Aku mau mandi dulu," jawab Fernando. Shanaz hendak membuka mulut. Berkata bahwa dia akan menyiapkan pakaian. Tetapi karena Fernando ingin kaki wanita di depannya ini cepat sembuh, jadi ia melarangnya. "Stop. Aku tahu apa yang ingin kamu katakan. Dan aku mohon jangan siapkan pakaianku dan kopi untukku."Meskipun sedikit kebingungan dengan larangan dari Fernando, tetapi Shanaz memilih mengiyakan dan tidak bertanya apa alasannya. Ia membu
3 orang yang ada di dalam mobil hampir saja terjungkal karena supir pribadi Fernando mengerem mendadak. Hal itu ia lakukan bukan tanpa alasan. Lelaki paruh baya itu menginjak rem dalam-dalam akibat teriakan dari majikannya yang mengatakan 'stop'. Mobil di depannya bahkan hampir tertabrak oleh mobil mereka.Shanaz sangat shock. Ini kali keduanya ia hampir mati karena kecelakaan mobil, dan lagi-lagi Fernando penyebabnya. Matanya membulat, jantungnya melesat dari tempatnya. Tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain diam membeku untuk beberapa saat. Sampai supir pribadi Fernando menyadarkannya. "Nabila. Kamu tidak apa-apa kan?" tanyanya sambil mengguncang-guncangkan lengan Shanaz. Shanaz bahkan tak mampu menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya pelan. Supir pribadi Fernando kini menanyakan penyebab dari perintah yang sangat membahayakan mereka dan pengguna jalan lainnya itu."Ada apa Tuan Fernando. Kenapa menyuruh saya stop mendadak?" tanya supir pribadi Fernando menolehkan kepalanya
Seorang bapak-bapak menegur aksi Fernando dan Shanaz yang dianggap mengganggu sekitar. Shanaz dan Fernando pun meminta maaf dengan tulus. "Saya minta maaf Pak," ucap Shanaz."Kami tidak akan mengulanginya lagi, Pak," imbuh Fernando. Ia kemudian mematikan ponselnya.Teguran dari laki-laki tadi belum seberapa. Yang lebih mengejutkan saat ada yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. "Kalau mau pacaran di rumah atau taman hiburan jangan di sini!" Sontak mata mereka membulat sempurna. Secara bersamaan lalu mereka bersitatap, dengan wajah yang sudah berubah menjadi memerah seperti tomat karena tersipu malu. Fernando tadinya ingin mengklarifikasi bahwa wanita yang ada di sampingnya ini bukan istrinya. Dan menjelaskan siapa Shanaz yang sebenarnya. "Bukan, dia bukan pacar saya, tapi–"Bibir Fernando kelu. Ia akhirnya menutup mulutnya dan tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Banyak hal yang berseliweran di kepalanya. Apakah mereka akan percaya, wanita secantik Nabila bekerja sebagai seorang
Shanaz menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak Tuan," sahutnya. Saking takutnya Shanaz cepat-cepat duduk dan malangnya kakinya yang sakit terkena bagian belakang kursi. Shanaz mencicit kesakitan. "Arrrgghhh!" Fernando membulatkan matanya. Mulutnya sampai lupa ia katupkan saking terkejutnya. Ia duduk di samping Shanaz lalu menatapnya dengan tatapan kasihan. Fernando mencebikkan bibirnya. "Kenapa kamu tidak hati-hati?" Shanaz tidak menyahut, masih merasakan kesakitan sambil mengepalkan kedua tangannya. Bahkan kini Fernando dapat melihat wajah wanita yang ada di sebelahnya ini memerah karena menahan sakit. Fernando menjadi merasa bersalah. "Pasti sakit ya?" tanya Fernando. Pertanyaan basa-basi yang benar-benar jadi basi. Sudah tahu sakit, masih saja ditanya. Ia lalu meminta maaf kepada gadis malang itu. "Aku–minta maaf ya," ucapnya dengan tulus. "Aku tidak sengaja tadi. Sungguh," imbuhnya. Setelah rasa sakitnya reda Shanaz menoleh ke samping. Menatap lelaki yang mengkhawatirkan
Yang dilakukan oleh Fernando ternyata mengambil kursi roda. Ia mendorongnya sampai di depan Shanaz lalu menyuruhnya untuk duduk. "Duduk."Shanaz mengerutkan keningnya. Mana mungkin dia sudi duduk di sana. Dia bukanlah orang cacat. Kakinya memang luka, akan tetapi ia masih bisa berdiri dan berjalan sendiri menggunakan kakinya. "Tidak perlu sampai seperti ini Tuan, saya masih bisa jalan sendiri," tolak Shanaz dengan nada sedikit jengkel."Menurut saja. Kamu tidak lihat usahaku mengambil kursi roda ini untukmu?" paksa Fernando sambil memajukan sedikit kursi roda yang ia bawa."Tidak usah Tuan. Nanti Anda akan repot karena harus mengembalikan lagi kursi rodanya," tolak Shanaz sekali lagi."Kenapa harus repot. Aku bisa menyuruh Pak Supir nanti," ucap Fernando. "Tinggal duduk saja. Kenapa kamu jadi membantah?" Kali ini Fernando hampir habis kesabarannya.Shanaz ciut melihat kilatan amarah pada mata Fernando. Ia menelan salivanya dengan susah payah, lalu dengan terpaksa dia duduk di kursi ro
Untuk beberapa saat waktu seperti terhenti. Shanaz dan Fernando terpaku dan saling bersitatap. Tak ada jarak satu sentipun diantara mereka berdua. Hingga Shanaz dapat mendengarkan detak jantung Fernando yang berdegup kencang seperti genderang perang. Pun dengan Fernando.Fernando sempat tak dapat mengendalikan diri ketika menatap manik bening milik Nabila. Shanaz sudah tak menginginkan lagi cinta dari Fernando. Namun ia menggunakan pesona yang dimiliki oleh Nabila, untuk menjerat mantan suaminya itu.Bunyi klakson kendaraan yang ada di belakang mereka membuat lamunan keduanya terhenyak. Fernando melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang ramping Nabila. "Woi. Jangan pacaran di jalan!" Teriak salah satu pengemudi mobil."Iya nih. Ganggu orang mau jalan saja!" Pengendara lain menimpali. Fernando mencari pengemudi motor yang tadi hampir menyerempet kepala pelayannya, tetapi sayangnya sudah tidak ia dapati keberadaannya karena sudah kabur. "Saya meminta maaf atas kesalahan kami,"