Aku memandang terkejut jemari yang terluka dan sakit. Di luar sana Mamak sedang bertengkar dengan seseorang, aku tidak tahu siapa tapi karenanya aku dihukum dan dimasukan ke gudang berukuran sempit yang ada di belakang rumah.Aku takut dan bertanya-tanya.Kapan aku akan keluar dari gudang gelap ini? Aku takut tidak bisa melihat. Aku sudah berjanji tak akan nakal lagi tapi Mamak seolah tuli."Mak! Buka! Hana takut! Mak!" Aku menggedor terus-menerus pintu gudang karena tikus mulai merayapi kakiku.Sangat mengerikan dan jijik. Aku tidak tahan bau gudang yang pengap ini."Mak tolong! Hana takut!" Aku terus menangis dan membuat keributan hingga pintu akhirnya terbuka. Wajah Mamak dengan warna merah menyala menyambutku. "Berisik ya kamu! Dasar anak kurang ajar!" Di luar dugaan anak lima tahun, tiba-tiba Mamak mengayunkan pukulan ke dadaku dan tanganku. Rupanya Mamak membuka pintu bukan untuk mengeluarkanku tapi menjadikan badanku biru.Buk. Buk. Buk. Mamak terus memukul secara membabi but
POV AuthorMeski permasalahan di Cikarang begitu pelik karena disinyalir ada campur tangan anak buah Wita yang langsung kabur setelah membakar pabrik, anehnya Tsabit terus kepikiran Hana. Padahal pria itu yakin Hana bukan anak kecil yang tidak bisa menjaga dirinya apalagi Hana adalah mantan preman. Namun, tetap saja ada perasaan yang tak nyaman selama dia ada di Cikarang. Terutama, baru beberapa menit yang lalu Ocim melaporkan kalau Surya disinyalir tengah membuntuti Hana.Setelah menyerahkan persoalan ke Reyhan dan anak buahnya, sore itu juga dia bergegas kembali ke Bandung untuk memeriksa keadaan. Firasatnya memburuk setelah mendengar kabar dari Ocim. Sebagai imam, Tsabit tidak mau terjadi apa-apa lagi pada Hana, dia menjadi sangat gelisah. Selama ini, Tsabit selalu kecolongan kalau Hana lagi ada masalah, terlebih setelah tragedi malam kemarin di mana Hana harus terkunci di toilet. Selayaknya pengusaha pria sukses yang banyak musuh, Tsabit harus senantiasa siaga dan menjaga Hana.
Benar yang dikatakan Ocim kalau Hana itu adalah wanita kuat yang perasa. Walau dia terlihat tegar tapi nyatanya hatinya mudah merasa bersalah dan tersentuh. Wajah Hana terlihat sedih ketika malam tadi dilecehkan oleh Surya, uniknya dia bersedih bukan karena memikirkan dirinya sendiri tapi dia memikirkan suaminya. Hana itu gadis yang punya harga diri tinggi, sudah sepantasnya dia teramat kecewa ketika ada lelaki yang menyentuhnya secara paksa selain Tsabit yang ia cintai. Sebenarnya, Tsabit agak kesal pada Hana karena dia juga gegabah. Seandainya Hana mau mendengarkan dan ditemani Tsania mungkin kejadian itu tidak akan melukainya. Namun, terlepas dari semua permasalahan itu, Tsabit akhirnya memahami kalau dia harus lebih posesif pada makhluk bernama Hana. Sifat Hana yang kadang suka gak enakan membuatnya memilih menghadapi masalah sendirian sehingga berakhir mudah dimanfaatkan.Tsabit membelai lembut rambut Hana seraya tersenyum. Pria itu menatap Hana yang sedang tertidur lelap di sa
Beberapa ronde bergulat dengan Tsabit membuat perasaanku sedikit lega. Rasa trauma akibat dilecehkan Surya seolah berangsur hilang begitu saja, walau pun masih ada ketakutan yang membelit tapi aku mencoba untuk melupakan dan memaafkannya.Dibanding jadi lemah dan menangis, sebaiknya aku akan mencari celah untuk menolong Tsabit menemukan Wita yang konon katanya telah kabur setelah membakar gudang di Cikarang. Aku akan memastikan kalau Tsabit tidak akan merasa rugi sedikit pun karena dia sudah cukup kesusahan ketika memilih bersamaku. Cukuplah Tsabit mengurusi persoalan tentang kemarahan Ibu mertuaku yang belum selesai, aku gak mau Tsabit dibayang-bayangi lagi oleh kejahatan Wita, Tari atau lainnya. Ini saatnya aku bertindak!Aku memasukkan buku-bukuku dengan capat ke dalam tas. Pasca insiden Surya kemarin malam aku memutuskan untuk lebih reaktif menyikapi semua kekacauan ini, termasuk aku berencana mencari sendiri keberadaan Wita yang kabur setelah membuat berbagai banyak kerugian.
"Jangan ditekan, Mas! Aduh, aduh sakit!"Hana mengaduh ketika Tsabit memberi kapas yang sudah dilumeri oleh betadin. Gadis itu ternyata agak kesakitan karena luka di dagu, pipi sampai beberapa bagian tubuhnya meradang.Setelah babak belur karena berantem dengan Wita, Hana gegas diamankan oleh Tsabit ke klinik temannya yang kebetulan gak jauh dari tempat kejadian.Bagi Tsabit, tindakan Hana ini sangat berbahaya karena beraninya mengendalikan wanita gila seperti Wita sendirian. Beruntung, Wita bisa dengan cepat diringkus dan dibawa ke kantor polisi oleh Reyhan agar bisa dimintai pertanggung-jawaban untuk kejahatan yang dia lakukan."Kamu sengaja mau buat saya marah, ya? Kenapa kamu selalu buat Mas cemas? Kamu tahu gak, kamu bisa saja diculik atau ... ah!" Tsabit menghentikan kalimatnya sendiri karena saking tak kuasanya membayangkan apa yang terjadi pada Hana. Demi menekan kemarahannya dia memilih diam dan mengobati luka Hana.Dalam hati pria itu menyayangkan sikap Hana yang sama sekali
Tanpa siapa pun ketahui, sebenarnya Tsabit sudah memperkirakan bagaimana cara menghadapi Wita. Selama dia menjadi pengusaha, dia sudah banyak bertemu dengan berbagai orang termasuk yang licik dan berotak kriminal seperti Wita. Sejujurnya, Tsabit sendiri tidak tahu alasan Wita jadi berubah membencinya padahal sebelumnya mereka adalah sahabat. Namun, meski pernah sama-sama membangun bisnis, seorang Tsabit tidak pernah memaafkan suatu pengkhiatan. Apalagi sekarang Wita bukanlah wanita yang punya pengaruh seperti dulu, dia tidak punya dekengan karena para petinggi yang mendukungnya sudah Tsabit kondisikan. Dengan kata lain, kini lebih mudah bagi Tsabit untuk menghukum Wita karena semua yang memihak Wita berbalik mendukungnya. "Sudahlah lebih baik kamu nyerah Wit. Di perusahaan gak ada yang mendukung kamu lagi. Sekarang saya tanya sebenarnya alasan kamu berbuat ini semua? Bukannya kita ini sahabat?" tanya Tsabit to the point. Tidak seperti biasanya, Tsabit memilih menggunakan panggilan '
Buggh!Satu pukulan mendarat tepat di salah satu bibir Tsabit saat Tsabit berhasil masuk dari lapang ke gedung tua yang ada di bukit golf dan jadi tempat persembunyian Surya. Darah segar pun mengalir di sana tapi Tsabit tak menyerah dengan sekali hentakan dia bisa memegang kedua lelaki kekar yang mengungkungnya. Tanpa ampun, Tsabit langsung menarik kepala salah satu mereka dan langsung meng-interogasinya."Bangsat! Gue bilang berhenti bermain-main, sekarang di mana bos lo?!" tanya Tsabit seraya mencengkram kerah leher si anggota geng payah yang memiliki panggilan Nemo itu. Si Nemo bertato itu meludah ke samping. "Cuih! Gue gak sudi jawab pertanyaan lo, set*n!""J*ncuk! Buruan! Panggil Bos lo, kalau Lo gak mau gue pukul lagi!" Bogem Tsabit sudah terangkat ke atas ketika suara berat milik Surya membuat perhatian Tsabit teralih ke depan."Hey, gue di sini. Lo nyari gue?" tanya Surya yang datang dengan pongahnya. Sudah Tsabit duga sebelumnya jika Tsabit menghardik anak buahnya, si ketua
POV HanaAku merasa ada yang berbeda dengan tubuhku akhir-akhir ini. Selama Tsabit dirawat, anehnya kejanggalan pada tubuhku seolah semakin nyata. Aku jadi sering mual dan tidak suka pada makanan tertentu. Namun, dikarenakan fokus pada kesehatan Tsabit yang belum tersadar pasca operasi, kuputuskan untuk tidak terlalu memperdulikannya. Jujur, melihat suamiku yang masih setia dengan tidur panjangnya dalam beberapa hari ini membuat perasaanku campur aduk. Tiap hari aku berdoa untuk menunggu kesadaran Tsabit, tak kuperdulikan raga yang sakit dan setia mengamati wajahnya yang penuh dengan perban. "Mas, kapan bangun? Mas, maafin Hana, ya?" ucapku sembari menggenggam tangan Tsabit yang pucat. "Cepat sembuh ya, Mas. Aku di sini nunggu Mas," lanjutku sambil mengusap air mata yang ada di sudut mata.Aku beranjak dari kursi lalu mencondongkan diri untuk mengecup kening suamiku cukup lama. Entah mengapa aku merasa rindu suaranya yang selalu mengomeliku. Tetapi demi Tsabit aku harus bertahan.