Share

7. Ternyata

Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...

*****

"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget

"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut.

"Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali

"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar."

"A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya

"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat.

"Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaskan kepadaku

"Tapi pak, aku tak bisa menerima uang sebanyak itu. Apalagi....." Kata-kataku menggantung, karna aku tak ingin mereka tau tentang kelakuan Mas Bowo yang rakus kalau tau aku bakal menjadi orang yang lebih kaya.

"Kenapa nduk? Kan kamu bisa buat buka usaha toko roti impian kamu." Emak pun ikut berbicara

"Lagian, Emak sama Bapak juga sudah tua. Kasian bapak mu harus mengerjakan sawah dan ladang yang cukup luas itu. Makanya Emak juga bersyukur kalau akhirnya bisa laku, apalagi dengan harga yang fantastis." Ucap Emak panjang lebar kepadaku

"Iya bu, bener kata Uti. Kita bisa mewujudkan mimpi ibu untuk punya toko roti sendiri. Apalagi pesanan kue ibu selalu laris manis." Tiba-tiba kulihat Anita putriku datang dari dapur dan memeluk ku dari belakang 

"Kita pikirkan lagi nanti ya Mak, Pak. Kan uangnya juga belum ada. Ida takut kalau Ida sudah berangan-angan tinggi, tapi entar kenyataanya zonk. Aduh ida gak sanggup Pak.. hihihi " Kataku sambil tertawa

"Hahaha iya juga sih nduk, tapi Bapak yakin itu sudah pasti. Karena Bapak dan Emak juga sudah tanda tangan persetujuan di balai desa bersama beberapa warga lainya. Bapak harap, kamu memikirkan usaha apa yang bisa kamu jalan kan dengan modal uang sebesar itu nduk." Kata Bapak

"Lagian juga, kita berdua sudah tua. Tak mungkin bakal hidup berdua terus-terusan. Pasti suatu saat kami bakal ikut serta dengan kamu. Tapi setidaknya, sebelum Emak Bapak ikut numpang hidup denganmu, Kita sudah memberikan tabungan yang sekiranya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mu. Jadi, biar kami tak merasa menyusahkan hidupmu." Timpal bapak kembali. Aku merasakan Bapak berucap dengan penuh kesedihan.

"Ya allah Pak, Bapak jangan kayak gitu lagi. Ida jadi merasa sedih dan bersalah. Walaupun Bapak dan Emak tak memberikan apapun padaku, insya Allah aku masih sangat sanggup menghidupi dan merawat Emak dan Bapak. Karena itu adalah bukti bakti ku pada kalian." Kulihat Emak menangis mendengar penuturan ku. Dan entah kenapa, akupun juga ikut menagis karena tak mampu menahan rasa haru.

"Uti sama Kakung tenang saja, Ibu pasti bakal merawat Uti sama Kakung dengan baik." Kata Anita menimpali dengan memeluk erat Emak. Kulihat juga Bapak ikut menyeka air matanya yang akan jatuh

"Yasudah, kalau gitu kita jamaah sholat isya' dulu. Baru kita istirahat." Kata Bapak menutup obrolan malam kita

Dan kita pun sama-sama bergegas mengambil wudhu dan menjalankan sholat isya' berjamaah.

******

Kurebahkan tubuhku diatas kasur, setelah semuanya sudah masuk ke kamar masing-masing. Kulihat sekeliling kamarku yang tak pernah berubah, tetap bersih dan rapi. Mungkin setiap hari Emak tak pernah lupa membersihkan dan mengganti sprei kamar putri tercintanya

Entah kenapa aku masih teringat ucapan Bapak tadi. Di mana aku bakal menerima uang yang tak ku duga dan benar-benar sangat besar nominalnya. Aku jadi berpikir, bagaimana aku bisa menyembunyikan hal ini pada Mas Bowo?? Karena jika dia tahu akan hal ini, pasti dia akan jadi semena-mena kepadaku. Dan pasti keluarganya akan lebih menjadikan ku sapi perah.

Tidak, itu tak boleh terjadi. Tapi bagaimana caranya?? Apalagi Bapak dan Emak tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tanggaku. Walaupun, ku rasa Bapak sudah tau dan ikut merasakan ketidakberesan di dalam rumah tanggaku.

Tok tok tok

Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Siapa...??" Tanyaku

"Bu, sudah tidur belum??" Oh ternyata Anita yang mengetuk pintu kamar ku..

"Belum nduk, sini masuk." Aku menyuruhnya masuk, dia membuka pintu kamar ku dan berajalan kearahku. Dengan tiba-tiba memeluk ku.

"Hei, kamu kenapa nduk?" Tanyaku dengan membelai lembut tambut putri cantik ku

"Bu, kenapa ibu tak pernah kelihatan sedih, padahal aku merasa sedih banget." Entah tiba-tiba putriku berbicara seperti itu, dan akupun tak tahu alasanya.

"Maksut kamu apa nduk? Kenapa ibu harus sedih? Kan sudah ada kamu, pelipur hati ibu. Jadi mana mungkin ibu sedih." Ucapku dengan terus membelai lembut Anita

"Kenapa Ayah jahat sama kita ya Bu? Padahal kita ber dua sangat sayang padanya. Apa salah kita. Ayah sudah berubah bu!!" Degh, entah kenapa aku merasakan sakit saat mendengar ucapan putriku.

Hingga ahirnya aku mendekap Anita yang tiba-tiba menangis memeluk ku, dan akupun juga tak kuasa menahan butiran air mataku agar tak jatuh.

Ya allah, apakah ini saatnya aku harus jujur pada putriku tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayah dan Ibunya? Apakah Anita akan mengerti dengan semua ini?

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
dan realita berkuarga..
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
crita bagus dan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status