Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...
*****"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut."Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar.""A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat."Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaskan kepadaku"Tapi pak, aku tak bisa menerima uang sebanyak itu. Apalagi....." Kata-kataku menggantung, karna aku tak ingin mereka tau tentang kelakuan Mas Bowo yang rakus kalau tau aku bakal menjadi orang yang lebih kaya."Kenapa nduk? Kan kamu bisa buat buka usaha toko roti impian kamu." Emak pun ikut berbicara"Lagian, Emak sama Bapak juga sudah tua. Kasian bapak mu harus mengerjakan sawah dan ladang yang cukup luas itu. Makanya Emak juga bersyukur kalau akhirnya bisa laku, apalagi dengan harga yang fantastis." Ucap Emak panjang lebar kepadaku"Iya bu, bener kata Uti. Kita bisa mewujudkan mimpi ibu untuk punya toko roti sendiri. Apalagi pesanan kue ibu selalu laris manis." Tiba-tiba kulihat Anita putriku datang dari dapur dan memeluk ku dari belakang "Kita pikirkan lagi nanti ya Mak, Pak. Kan uangnya juga belum ada. Ida takut kalau Ida sudah berangan-angan tinggi, tapi entar kenyataanya zonk. Aduh ida gak sanggup Pak.. hihihi " Kataku sambil tertawa"Hahaha iya juga sih nduk, tapi Bapak yakin itu sudah pasti. Karena Bapak dan Emak juga sudah tanda tangan persetujuan di balai desa bersama beberapa warga lainya. Bapak harap, kamu memikirkan usaha apa yang bisa kamu jalan kan dengan modal uang sebesar itu nduk." Kata Bapak"Lagian juga, kita berdua sudah tua. Tak mungkin bakal hidup berdua terus-terusan. Pasti suatu saat kami bakal ikut serta dengan kamu. Tapi setidaknya, sebelum Emak Bapak ikut numpang hidup denganmu, Kita sudah memberikan tabungan yang sekiranya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mu. Jadi, biar kami tak merasa menyusahkan hidupmu." Timpal bapak kembali. Aku merasakan Bapak berucap dengan penuh kesedihan."Ya allah Pak, Bapak jangan kayak gitu lagi. Ida jadi merasa sedih dan bersalah. Walaupun Bapak dan Emak tak memberikan apapun padaku, insya Allah aku masih sangat sanggup menghidupi dan merawat Emak dan Bapak. Karena itu adalah bukti bakti ku pada kalian." Kulihat Emak menangis mendengar penuturan ku. Dan entah kenapa, akupun juga ikut menagis karena tak mampu menahan rasa haru."Uti sama Kakung tenang saja, Ibu pasti bakal merawat Uti sama Kakung dengan baik." Kata Anita menimpali dengan memeluk erat Emak. Kulihat juga Bapak ikut menyeka air matanya yang akan jatuh"Yasudah, kalau gitu kita jamaah sholat isya' dulu. Baru kita istirahat." Kata Bapak menutup obrolan malam kitaDan kita pun sama-sama bergegas mengambil wudhu dan menjalankan sholat isya' berjamaah.******Kurebahkan tubuhku diatas kasur, setelah semuanya sudah masuk ke kamar masing-masing. Kulihat sekeliling kamarku yang tak pernah berubah, tetap bersih dan rapi. Mungkin setiap hari Emak tak pernah lupa membersihkan dan mengganti sprei kamar putri tercintanyaEntah kenapa aku masih teringat ucapan Bapak tadi. Di mana aku bakal menerima uang yang tak ku duga dan benar-benar sangat besar nominalnya. Aku jadi berpikir, bagaimana aku bisa menyembunyikan hal ini pada Mas Bowo?? Karena jika dia tahu akan hal ini, pasti dia akan jadi semena-mena kepadaku. Dan pasti keluarganya akan lebih menjadikan ku sapi perah.Tidak, itu tak boleh terjadi. Tapi bagaimana caranya?? Apalagi Bapak dan Emak tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tanggaku. Walaupun, ku rasa Bapak sudah tau dan ikut merasakan ketidakberesan di dalam rumah tanggaku.Tok tok tokKudengar seseorang mengetuk pintu kamarku."Siapa...??" Tanyaku"Bu, sudah tidur belum??" Oh ternyata Anita yang mengetuk pintu kamar ku.."Belum nduk, sini masuk." Aku menyuruhnya masuk, dia membuka pintu kamar ku dan berajalan kearahku. Dengan tiba-tiba memeluk ku."Hei, kamu kenapa nduk?" Tanyaku dengan membelai lembut tambut putri cantik ku"Bu, kenapa ibu tak pernah kelihatan sedih, padahal aku merasa sedih banget." Entah tiba-tiba putriku berbicara seperti itu, dan akupun tak tahu alasanya."Maksut kamu apa nduk? Kenapa ibu harus sedih? Kan sudah ada kamu, pelipur hati ibu. Jadi mana mungkin ibu sedih." Ucapku dengan terus membelai lembut Anita"Kenapa Ayah jahat sama kita ya Bu? Padahal kita ber dua sangat sayang padanya. Apa salah kita. Ayah sudah berubah bu!!" Degh, entah kenapa aku merasakan sakit saat mendengar ucapan putriku.Hingga ahirnya aku mendekap Anita yang tiba-tiba menangis memeluk ku, dan akupun juga tak kuasa menahan butiran air mataku agar tak jatuh.Ya allah, apakah ini saatnya aku harus jujur pada putriku tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayah dan Ibunya? Apakah Anita akan mengerti dengan semua ini?Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya.. happy reading dear ...****Keesokan hari aku melihat Emak sedang sibuk membuat kue bolu. Ya, memang bakat ku membuat kue turun dari Emak. Akan tetapi, kata orang masih enak buatan ku, hehehe."Sudah, Emak istirahat aja. Kuenya biar Ida yang bikinin." Ucapku pada beliau"Gak papa Da, Emak juga pingin sekali-kali buatin besan makanan buatan Emak sendiri." BalasnyaAku pun ikut membantu Emak yang sibuk didapur. Memang Emak sengaja membuat bolu untuk oleh-oleh mertuaku saat aku pulang nanti sore. Kulihat Anita juga sedang sibuk membantu menyapu dan mengepel ruang tamu. Sedangkan Bapak, mungkin beliau sedang disawah ataupun di ladang.Klunting...Klunting...Klunting...Kudengar berkali-kali suara notifikasi pesan masuk. Ya , mungkin itu pesan dari para pelanggang yang biasanya ingin memesan kue. Kuambil gawai, dan membaca satu persatu pesan masuk yang memang dari tadi malam tak ku jamah. Tapi aku begitu terkejut kala melihat sebuah pesan dari B
Jangan lupa like, follow dan beri ulasan rating dinovel aku ya... Happy reading...*******Akhirnya akupun kembali pulang ke rumah. Sesampainya dirumah, aku dan Anita langsung mandi. Tak kutemukan Mas Bowo berada di rumah Entah dia berada dimana, dengan siapa, dan sekarang berbuat apa... Selama aku berada di rumah Emak, Mas Bowo tak pernah menghubungiku, ataupun sekedar bertanya apa aku sudah sampai rumah Emak atau belum. Dia benar-benar acuh terhadapku dan juga putrinya. Hingga aku putuskan menghubunginya Aku mencoba menghubunginya berkali-kali, tapi tak ada respon darinya. Sampai akhirnya dia mengangkat telepon ku"Hallo kamu dimana mas? sampai ditelepon dari tadi ga diangkat-angkat." Tanyaku sedikit kesal"apa an sih, telepon-telepon isinya marah-marah melulu. Ni lagi nongkrong sama temen-temen." Jawabnya santai"Kamu tuh jadi suami keterlaluan tau ga. Masa dua harian gak ngabarin istri, berasa janda akutuh. Masih mending janda yang jelas-jelas ga punya suami. Lah aku??" Ucapku
Jangan lupa like, komen, subscribe dan beri ulasan ya.. Biar othor makin semangat .. Happy reading...*****"Baru bangun tidur Lus?" Tanya ku santai"Mmm uda dari tadi sih mbak." Jawabnya tapi tak berani menatapku"Hahh mana ada bangun dari tadi tapi belek masih nempel dimata." Lusi terkesiap mendengar ucapanku"Halah mbak Ida ini, pagi-pagi datang cuman buat menghinaku saja. Mending kalau ga ada perlu ga usah kesini." Kulihat Lusi tak suka dengan kedatanganku"Hahahah ya aku memang akan pergi. Buat apa juga aku berlama-lama disini. Gak penting juga. Lagian aku juga bersyukur lihat ibu sudah bisa jalan lagi. Jadi, gak ada lagi alasan Mas Bowo untuk memotong jatah bulanan ku secara berlebihan." Akupun berdiri sari duduk ku dan pergi meninggalkan mereka"Assalamualaikum..." Tak lupa juga ku ucapkan salam sebelum menjauh dari mereka.Saat aku berbalik kedepan, aku bertemu dengan Dendi suami Lusi yang juga baru bangun tidur."Looh mbak, uda lama disini?" Tanyanya saat aku berada didepan n
Aku berusaha menguatkan hatiku yang mungkin sudah tak berbentuk lagi. Seketika kurasakan pandangan ku menggelap, tubuhku terasa melemas tak mampu menahan berat badan ku sendiri. Ku pegang erta-erat rak barang didepan ku, agar aku tak kehilangan keseimbangan. Tidak, aku harus kuat menahan kenyataan ini. Aku tak boleh lemah. Ku ambil nafas panjang dan menghembuskanya pelan. Perlahan-lahan kutata kembali hatiku yang sudah remuk ini, dan ku paksakan untuk tersenyum ke arah Denisa."Oh iya, nanti aku tanyakan suamiku." Ucapku sambil tersenyum menahan sakit hati yang tak bisa ku ucapkan dengan kata-kata"Kalau gitu aku pamit dulu mbak mau ke kasir. Soalnya aku uda selesai belanjanya." Ucapnya yang ku balas dengan anggukan kepala ku. Kemudian dia pergi meinggalkan ku"Denisa tunggu..." Ucapku"Iya mbak ada apa?" Tanyanya kembali dan berbalik arah menghadapku"Ummm pulangnya mbak antar aja ya. Kasian kalau kamu harus nunggu ojek lama." "Gak usah mbak nanti ngerepotin, biar saya naik ojek sa
"Awalnya aku percaya aja mbak, sampai waktu kepengurusan surat-surat nikah di KUA itulah, baru ketahuan kalau dia masih suami orang lain." Ujarnya"Dan kamu masih mau Nis??" Aku masih terus bertanya padanya"Awalnya aku kecewa mbak, aku tidak ingin meneruskanya, tapi aku takut malu sama orang-orang yang sudah terlanjur tau bahwa aku akan menikah. Lagian, aku juga mencintainya..." Ucapnya penuh kejujuran di selingi dengan senyum manisnya. Membuat semakin kentara lesung dipipinya, hingga terlihat nampak begitu manis"Semoga pernikahan mu langgeng ya Nis..." Ucapku seraya meminum teh yang sudah dia hidangkan sampai habis."Kalau gitu mbak pulang dulu ya. Salam buat suamimu." Kata ku ujun diri seraya berdiri"Iya mbak, sebelumnya terimakasih lo mbak. Sudah mau repot-repot mengantarku dan Narendra pulang." Ucapnya kembali"Iya sama-sama. Yasudah Assalamualaikum..""Waalaikumsalam..."Ku pacu kembali sepedaku kembali kerumah. Disepanjang jalan, tak henti-hentinya air mata ini metes membasah
Memang sengaja aku mengirimkan foto surat itu tanpa memperlihatkan tanggal pembelian. Bisa gagal kalau sampai dia kalau membelinya sudah beberapa tahun sebelumnya. "Halah, cuman segitu aja mbak , aku juga bisa. Coba tunjukin kehebatan mbak lainya. Paling-paling juga masih hebatan aku. Hahahha." Balas Lusi lagi"Tunggu saja. Yang penting aku tak pernah bohong soal kesuksesanku. Oh ya satu lagi, kamu jangan iri ya ngelihatnya. Apalagi sampai bikin kamu jantunngan.hehehe." segera ku kirim juga balasan pesan darikuKutungu-tunggu balasan dari Lusi, tapi tak ada. Ku coba untuk melihat status-status orang-orang yang memang jarang sekali aku lihat, terpampang nyata status Lusi bertengger diatas yang isinya menghina ku, menghina kakak iparnya sendiri"Halah, cuman begitu aja sudah sok. Mending kayak aku, meskipun di rumah aja tetep bisa beli ini itu tanpa susah payah nge babu kayak kamu." Yaa seperti itulah bunyi statusnya. Akupun hanya tersenyum saat membacanya. Bahkan dalam hatiku aku mer
"Sudahlah Da, jangan buat aku yang capek kerja jadi makin marah sama kamu." Bentak Mas Bowo"Lagian sapa juga yang bikin kamu marah. Daaar kamunya aja yang terlalu kepo sama aku Mas!!" Ucapku"Harusnya kamu tuh jadi suami yang bersyukur, bukan aku. Masih mending aku gak menuntutmu terlalu dalam. Kamu kasih aku uang bulanan yang sedikit pun aku terima. Malah aku juga ikut capek mesti bantuin kerja, malah menuduhku yang bukan-bukan." Timpalku"Halah ngeles aja kamu tuh Da, atau jangan-jangan benar apa kataku tadi hah??" Kata Mas Bowo sambil mendekat kewajahku"Hahahaha hei Mas, harusnya aku yang bicara gitu sama kamu. Kemana semua gajimu selama ini?? Padahal kamu pun hanya memberikan ku secuil. Dan itupun kau minta lagi." Ucapku bengis"Kan kamu tau sendiri, uangnya aku kasih ke Ibu. Ibu sakit, dia butuh uang untuk berobat. Harusnya kamu paham akan hal itu.""Pppftttt,, hahahahaha..." Aku pun tak bisa menahan tawa melihat dia berbohong dengan mimik muka yang konyol"Mas, Mas.... Mbok ya
"Yaelah Bu, bukan mau beli baju. Tapi... Make up, hehehe..." Kulihat putriku tersenyum dan salah tingkah"Kamu masih kecil kok mau make-up an sih nduk, kan gak boleh juga sekolah dandan." Kataku"Cuman beli bedak, sabun muka, lipgloos sama parfum doang kok bu..." Jawabnya menjelaskan"Hahahaha yaudah yuuk, keburu malam juga nduk. Nanti kita sholat di Musholla mall aja ya, sekalian makan malam di food courtnya." Jelasku ke Anita"Oke bu, berangkaaaat..." Kulihat Anita sudah didudk diatas sepeda mengenakan helmnyaSegera aku berangkat menuju mall yang memang tak jauh dari rumah, karena memang rumahku yang berada dikotaSetengah jam kemudian aku sampai didepan mall, dan masuk kedalam parkiran. Ku parkirkan sepeda ku di lantal LG mall. Kemudian melangkahkan kaki memasuki mall besama Anita."Bu, langsung ketoko pink ya... Sekalian mau beli aksesoris nih.." Kata Anita"Boleh, ibu juga mau beli jepit rambut. Biar gak risih juga kalau lagi buat adonan." Aku pun berjalan di samping Anita yang