Share

Ibel adalah Perempuan Baik!

Terlihat Marvin berjalan ke kasurnya. Ia duduk di kasurnya sambil masih memegang ponselnya. Marvin termenung untuk beberapa saat.

Tangannya segera bergerak membuka instagramnya. Ia membaca DM yang ia terima sore tadi. Rasa kesal yang menggunung kembali menghinggapinya. Ia kesal dengan isi percakapannya dengan akun si Lily_Yang_Tersakiti tersebut. Sebutan naif dan jadilah cerdas sungguh mengganggu pikirannya.

Marvin menghembuskan nafas panjang beberapa kali. Ia berusaha menguasai kegelisahannya. Beberapa detik kemudian, terlihat ia berjalan menuju meja belajarnya.

Ia duduk di kursi meja belajarnya sambil meraih foto prewednya. Diamatinya foto-foto tadi sekali lagi. Marvin menatap foto Ibel secara seksama, mencoba mencari sesuatu.

Marvin menatap wajah Ibel untuk kesekian kalinya. Tak ada tanda-tanda wajah pembohong di mukanya. Marvin menghembuskan nafas panjang. Ia mencoba mengusir pikiran buruk yang menyelinap masuk.

”Ibel cewek baik-baik,” gumamnya kemudian.

Ibel adalah teman  sekolah Marvin sewaktu SMA. Banyak yang jatuh cinta dengannya.  Maklum, Ibel tak hanya cantik, tapi juga baik. Ia juga terbilang cerdas. Dengan pesona itu wajar kalau banyak yang jatuh cinta dengannya. Dan tak bisa dihindari jika banyak kaum hawa yang sirik dengannya.

Meski ia dan Ibel satu sekolah, bukan berarti keduanya pacaran sejak lama. Keduanya sama sekali tak terikat hubungan, hingga beberapa waktu yang lalu.

Ia dan Ibel baru ketemu lagi sekitar enam bulan lalu. Waktu itu, ada reuni di SMA mereka. Ia bertemu Ibel di sana. Keduanya lantas bertukar nomor ponsel. Setelah sebulan melakukan penyelidikan dan tahu kalau Ibel tak punya pacar, Marvin memberanikan diri menembak Ibel.

Setelah Ibel menerima, Marvin langsung menceritakan hubungan mereka pada orang tuanya. Papa Marvin bahkan langsung mengusulkan agar mereka untuk segera lamaran.

”Kalau bisa Minggu ini kamu sudah melamar dia ya, Vin!” usul Papanya kala itu.

”Apa nggak terlalu cepat pah? Kami belum genap seminggu pacaran!”

”Nunggu pacaran berapa lama dulu baru lamaran? Apa sih yang kamu tunggu?”

”Kami kan baru aja ketemu lagi, Pa? Apa nggak lebih baik belajar mengenal dulu?” kata Marvin beralasan.

”Halah! Kenapa pakai belajar lama-lama?  Niat baik kan harus disegerakan!”

”Disegerakan bukan berarti terburu-buru juga, kan, Pa?”

”Hadeehh ... kamu ini, ya! Pacar, nyari-nyari sendiri kok, bisa kayak orang ragu gitu disuruh ngelamar?”

”Bukan ragu, Pa. Cuma mencari kepastian aja.”

”Halah. Alasan kamu klasik!” balas Papa Marvin.

”Memang, kamu nggak yakin sama Ibel ya? Kalau nggak yakin, kenapa kamu pacari? Mending temenan aja kalau nggak serius gitu,” timpal Mamanya. Akhirnya sangat Ratu membuka suara.

”Lho ... aku serius kok.”

”Ya sudah. Lamar saja!” perintah Mamanya.

Marvin menghembuskan nafas panjang saat itu.

Ini bukan hal mudah. Ia memang sudah mengantongi izin dari orang tuanya. Akan tetapi, bagaimana dengan Ibel dan keluarganya? Marvin belum pernah bertemu orang tua Ibel. Mereka baru jadian tiga hari yang lalu!

”Memang, kamu masih setengah hati ya sama Ibel?” tanya Mamanya.

”Nggak kok, Ma. Sepenuh hati ini."

”Terus apa lagi yang ditunggu?”

Marvin kembali menghembuskan nafas panjang. Sulit menjelaskan segala sesuatunya kalau kedua ortunya sudah seperti ini.

”Jangan-jangan Ibel jelek mah. Makanya dia ragu-ragu,” seloroh Papanya asal.

”Nggak kok. Ibel itu cantik. Cantik banget malah,” bela Marvin.

Marvin tak berlebihan saat mengatakan Ibel sangat cantik. Secara fisik, Ibel memang begitu. Ia memiliki badan bak model iklan. Paras wajahnya sungguh cantik. Ia berhidung bangir. Beralis tebal dan rapi. Kulitnya putih. Rambutnya panjang sedikit coklat kemerahan alami. Konon, kakek buyut dari papanya Ibel berasal dari Belanda. Mungkin itu yang membuat Ibel memiliki ciri fisik yang agak kebule-bulean.

Papanya akhirnya bertanya, ”Kamu suka ibel,  kan?”

”Ya jelas dong, Pa. Kalau nggak suka, nggak mungkin aku pacarin dia.”

Marvin bersungguh-sungguh saat mengatakan itu. Jika mau jujur, rasa suka itu sudah ada sejak SMA. Siapa yang tak jatuh cinta dengan Ibel? Tapi sayangnya, Ibel saat itu sudah lebih dulu didekati oleh teman seangkatan Marvin juga, Rajendra.

Pria itu dulu ketua OSIS sekaligus bintang di sekolahnya. Tak hanya beken, Rajendra juga anak orang kaya. Pesona Ardan pasti langsung tenggelam kalau disandingkan dengan Rajendra. Ibel lebih cocok bersanding dengan Rajendra ketimbang dirinya.

”Ya, sudah. Segera lamar dia! Jangan sampai kamu keduluan cowok lain!” kata papanya memerintah.

Keesokan harinya, Marvin meminta Ibel segera memperkenalkan dia ke orang tua perempuan itu. Saat datang menemui orang tua Ibel, Marvin segera menyampaikan maksud kedatangannya.

Dua Minggu kemudian, lamaran pun berlangsung. Sebenarnya bisa lebih cepat lagi jika orang tua Ibel tidak menunggu seluruh keluarga besar mereka.

"Bib...bib...bib..." Ponsel Marvin berbunyi.

Ada telepon masuk. Marvin bergegas mengambil ponselnya. Nama Ibel tertera di layar ponsel. Segera saja, Marvin mengangkatnya.

Setelah mengucapkan salam dan disahuti oleh Marvin, terdengar Ibel meminta maaf.

”Maaf, tadi aku putus percakapannya!”

”Kamu tadi di mana?”

”Di apotek.”

”Apotek?”

”Iya. Lagi antri beli obat maag. Asam lambungku naik. Mual gitu. Makanya tadi mampir beli obat maag dulu.”

Marvin menghembuskan nafas lega. Namun, itu tidak bertahan lama. Ia segera teringat suara perempuan yang menyebut kata test pack tadi.

”Siapa yang ngomong soal test pack tadi?”

”Itu ... Mbak penjaga apoteknya. Dia lagi ngomong sama orang yang ada di depanku.”

”Ooohhh ... ” kembali Marvin menghembuskan nafas lega.

Pantas saja suaranya terdengar jelas. Ternyata, orang itu tengah berbicara dengan orang yang berada di dekat Ibel.

”Vin ... aku minum obat dulu ya? Mual banget nih.”

”Oh, iya. Istirahatlah! Kamu pasti capek sekali.”

”Iya. Mau minum obat. Terus, langsung mandi air anget. Siapa tahu bisa baikan.”

”Iya. Istirahatlah, Bel!”

Percakapan berakhir. Marvin kembali menghembuskan nafas lega.

Bibirnya bahkan membentuk senyuman tipis karena perasaan lega yang menyeruak di hatinya usai mendengar penjelasan Ibel barusan. Tak ada yang perlu dikhawatirkan, kan?  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status