Share

BAB 42. Tingkah Wak Tono.

“Mas, maaf ya, tadi saudara-saudaraku kelewatan,” ucapku pada Mas Danu dan aku berusaha untuk tersenyum semanis mungkin, aku tahu rasanya dikucilkan karena aku pun merasakannya.

“Sudah biasa, Dik. Kamu enggak usah merasa tidak enak begitu ini kan, bukan salahmu? Sini peluk Mas dulu.” Aku tahu meski bibir Mas Danu berucap demikian, tapi tidak dengan hatinya.

Dipeluk kekasih halalku rasanya nyaman sekali, tidak mengapa aku miskin harta asalkan kami saling sayang dan melengkapi semoga suatu hari nanti aku bisa seperti mereka kaya harta.

“Woi, asyik sekali siang-siang sayang-sayangan. Kerja Dan, usaha tuh, gimana caranya biar kakimu sembuh terus kerja dapat duit banyak. Ingat hutangmu sama kami masih ada,” ucap Wak Toni tiba-tiba dia sudah di ambang pintu depan.

Aku dan Mas Danu saling berpandangan tak mengerti kapan kami berhutang.

“Maaf Wak, kalau masuk rumah apa lagi rumah orang lain sebaiknya salam terlebih dahulu biar setannya enggak ikut masuk,” kataku kesal sekali.

“Beh, sudah bera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status