Share

Bab 90 : Pusing

Dengan ragu-ragu akhirnya aku pun menggeser logo hijau di layar ponsel. Takutnya malah Steven curiga kalau aku tidak menjawab teleponnya.

"Assalamualaikum ...," ucapku dengan irama jantung yang berdegup kencang.

Mas Wahyu mengalihkan pandangannya ke arah luar kantin.

"Wa alaikumus sallam. Kenapa lama angkat teleponnya?" tanya priaku dari seberang sana.

"A–aku lagi di rumah sakit," jawabku, "mmm ... Steve, Bibiku sudah sadar!" Dengan cepat aku bercerita. Agar pria bule itu tidak bertanya-tanya lagi.

"Oh ya? Bagus kalau begitu."

"Iya. Aku senang." Aku menyunggingkan senyuman, "kamu kapan ke bandara Supadio?" tanyaku.

"Ini aku baru selesai makan siang. Nanti jam dua-an baru ke bandara. Kamu sudah makan? Ingat, kamu mesti makan tepat waktu."

Walau dengan suara datar seperti itu, hatiku bahagia, suamiku ini masih perhatian kepada istrinya. Namun, aku menahan senyuman ketika sadar Mas Wahyu masih di depan. Meskipun aku tahu ia berpura-pura mengalihkan pandangan, tetapi aku sadar, dia tentu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status