Share

Diajak Nikah

Keluar dari restoran, wajah cantik nan ayu nan kinclong nan anu Wulan berubah muram. Ada apa gerangan? Apa karena saat makan tadi tak sempat aku menyuapinya? Atau karena dia cemburu ketika pelayan pengantar bon itu menatapku tak henti-henti.

Oh Pemirsa ... bantu aku mencari jawabnya.

“Lalan Cantik ....” Kupanggil dengan panggilan sayang “Lalan” dengan lembut, selembut tangannya sembari memamerkan senyuman ter-hot.

Tapi aneh, dia tetap diam.

“Lalannya Ambang ....” Sengaja menyebut diriku “Ambang” biar terkesan manja. Kucolek pula dagu lancipnya. Yes, bidadari Ambang menoleh.

“Napa, Mas?”

“Lalan kok cembelut aja sih? Cembulu, ya?”

Wulan tak menjawab, dengan bibir tersungging seperti wanita jahat di Indosair, wajah putih cantik berseri itu berpaling ke luar jendela mobil.

Cemburu yang sangat elegan dan tepat sasaran. Berbeda dengan cemburunya mantan istriku. Vania itu cemburu kalau aku main game lupa waktu dan memancing sampai subuh.

“Apa enaknya mancing sih, Mas? Mending dapet ikan? In
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status