Share

Ingat Mantan

Setelah melakukan diskusi yang alot dengan si bujang lapuk. Solusi yang dia berikan sangat tidak berbobot hingga tidak terjangkau oleh otak berlianku. Maka aku putuskan, untuk mengubur kembali dua ATM ke dalam tanah belakang rumah tengah malam nanti.

Mahardika keluar ruangan dengan langkah tak bersemangat, mungkin dia bersedih sebab ide yang menurutnya sangat berlian aku tolak mentah-mentah.

Tak berselang lama ponsel berbunyi. Minceu?

“Mayaaaang ... yey kenapa ingkar janji? Eyke nunggu yey dari bedug subuh ampe gini hari tapi belon juga nongol batang idung yey! aduuhh eyke pusiaaangg ....”

Buset! Suara toa si Minceu memekakakan gendang telinga.

“Tadi gue ke lampu merah. Lo nya gak ada.” Suara khas lelaki sejati menggema di sudut ruangan.

“Yey pasti bohong! Yey jahara Mayaaaang ....”

“Brisik lo!”

“Pokonya jam lima sore eyke tunggu di tempat biasa. Awas kalo yey gak datang!”

Klik!

***

Senja semakin merambat cepat. Tak terasa jarum di arloji mahalku sudah menunjukkan angka empat.

Me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status