Share

Bab 5: Standarisasi Luther

Perkataan Luther membuat Lola melongo. Dia sampai terus berpikir apa yang salah pada dirinya sehingga membuat Luther muak. Setelah kepergian Luther, kedua wanita lain masih mendiamkannya. Namun di antara mereka, Lilian lah yang lebih banyak bicara.

"Lihat, berkat sikapmu yang tidak berpendidikan membuat Tuan Luther marah," gerutu Lilian. "Aku heran. Apa sih yang Tuan Luther lihat darimu sehingga mau membawamu ke mansion ini?"

Lola tidak mempedulikan ucapan Lilian. Dia terlalu malas menimpalinya. Mata Lola beralih menatap Barbara yang masih tenang menghabiskan makanannya. Dia menyadari jika Barbara adalah mantan aktris dan bintang iklan televisi pada tahun 2000-an.

Lilian terlihat kesal karena Lola tidak menggubrisnya. Dia langsung berdiri dari tempatnya dan menggebrak meja di dekat Lola.

"Kau kurang ajar! Kau tidak menghormati aku yang lebih senior darimu? Aku ini Lilian, wanita yang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi nyonya di mansion ini!" bentaknya. "Aku wanita yang dijodohkan dengan Tuan Luther!"

"Oh, begitu." Lola malah menimpalinya dengan santai. Sejujurnya di dalam lubuk hatinya, dia tidak tertarik untuk menjadi salah seorang wanita simpanan Luther. Dirinya lebih peduli akan kebebasannya sendiri.

Lilian kini meradang. Dia mulai menarik baju Lola, membuat Lola tersedak karena lehernya tercekik.

"Apa... yang kau lakukan?" Lola berusaha menarik napas sebanyak-banyaknya.

"Kau memang harus diberikan pelajaran!" berang Lilian.

Barbara yang sedari tadi diam saja, kini bangkit dari kursinya. Dia menghampiri Lilian dan melerainya.

"Sudahlah. Jangan berlebihan begitu. Kamu bisa membuatnya kehabisan napas," ucap Barbara cepat.

Lilian mendengus, kemudian dia lepaskan Lola dengan kasar. Lilian langsung meninggalkan meja makan dan turun ke lantai bawah, menuju ke kamarnya sendiri. Kini di ruangan itu hanya ada Lola dan Barbara saja. Lola merasa lega karena ditolong oleh Barbara.

"Terima kasih karena sudah menolongku," ungkap Lola penuh rasa syukur.

"Jangan menganggap bantuanku adalah hal yang istimewa. Aku hanya tidak suka jika mansion ini gaduh," jawab Barbara santai. "Aku tidak tahu apa alasan Luther membawa wanita baru ke mansion ini. Tapi aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu."

Barbara mendekati Lola, menatapnya sangat dalam. "Jangan pernah jatuh hati pada Luther! Jangan!"

Lola tertawa mendengar peringatan dari Barbara. "Tenang saja. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Aku hanya ingin bebas dan meninggalkan dia secepatnya."

Barbara menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebelum akhirnya wanita itu pergi meninggalkan Lola seorang diri di sana.

"Apa-apaan semua orang yang ada di sini?" cibirnya. "Apa mungkin para wanita itu tak suka jika aku ada di sini? Pria itu juga tak bisa ditebak! Tiba-tiba marah dan mempermalukan aku."

Lola akhirnya menghabiskan makan malamnya. Setelah itu, dia langsung kembali lagi ke kamar untuk mandi sebelum kembali tidur. Dinyalakannya shower air panas dengan aliran sedang. Air itu kemudian mengalir membasahi sekujur tubuhnya. Uap panas menguar, menciptakan titik embun di permukaan kaca. Lola sangat menikmati relaksasi pribadinya.

Seketika, ekor matanya menangkap ada siluet seseorang yang mengintip dari pintu kamar mandi. Sontak Lola mematikan showernya karena terkejut.

"Siapa itu?" serunya.

Hening. Tak ada jawaban dari luar sana. Lola memutuskan untuk keluar. Dia hanya mengenakan kimono mandi dengan handuk membungkus kepalanya. Perlahan dia menyelinap sambil menatap awas ke sekeliling. Namun tak dia temukan siapa pun di kamarnya.

"Aneh. Apa aku berhalusinasi? Sepertinya aku sudah lelah," gumam Lola bingung.

Lola mau mengambil piyama miliknya, namun dia menemukan ada sesuatu yang sudah tersedia di atas tempat tidurnya. Lola ingat sekali jika sebelumnya, di atas tempat tidurnya sama sekali tidak ada barang apa pun. Sekarang, dia melihat ada pakaian tidur yang transparan tergeletak di sana.

"Ini gila! Perbuatan siapa ini? Apakah ada pelayan atau orang iseng yang masuk ke kamarku? Seingatku, aku sudah mengunci pintu," gerutu Lola lagi. Dia langsung menyingkirkan pakaian itu ke sembarang tempat. "Aku tidak mau memakai pakaian tidur seperti itu!"

Lola terpaksa membongkar kopernya untuk mencari piyama kesayangannya. Namun sepanjang dia membongkar barang-barangnya, Lola menemukan banyak barang baru di sana. Ada berbagai macam skincare, makeup, dan parfum mahal. Lalu deretan gaun dengan merk ternama. Terakhir ada berbagai macam pakaian dalam dan baju tidur seksi yang dia sendiri tak merasa pernah membelinya.

"Ke mana semua barang-barangku? Jangan-jangan ini ulah pria itu!" geram Lola.

Akhirnya Lola memakai pakaian yang menurutnya masih cocok dia kenakan. Dia langsung keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Luther yang sudah mempermainkannya. Lola menyusuri dari lantai satu sampai lantai tiga. Tapi Luther belum terlihat keberadaannya. Bahkan di ruang kerjanya pun tidak ada.

Dia malah terkena omelan dari Barbara dan Lilian karena telah menerobos masuk ke kamar mereka tanpa izin. Seketika Lola penasaran dengan lantai empat, lantai di atas kamarnya yang belum pernah dia masuki. Akhirnya Lola mulai menelusuri lantai empat di mansion itu.

Di lantai empat hanya terdapat satu ruangan besar. Lola langsung menerobos masuk ke dalamnya. Dia melotot mendapati Luther sedang menatap ke arah balkon dengan bertelanjang dada dan celana panjang yang hampir melorot.

"Aaaaaahhhhh!!!"

Teriakan Lola sontak membuat Luther juga terkejut. Kedatangan Lola tidak disangka-sangka olehnya.

"Pakai bajumu! Cepat!" Lola menutupi wajahnya karena malu melihat Luther dalam kondisi seperti itu.

Luther menaikan sebelah alisnya. Dia tidak mau menuruti keinginan Lola. Pria itu malah mendekati Lola dan sengaja memamerkan dada bidangnya pada gadis itu.

"Kamu sudah berubah pikiran?" bisik Luther. "Kamu merasa kesepian sehingga mau naik ke ranjangku malam ini?"

"Sembarangan! Aku datang mencarimu bukan untuk itu!" sembur Lola cepat, masih dengan menutupi wajahnya. "Kamu 'kan yang membuang barang-barangku dan menggantinya sesuai seleramu?"

Luther kini berpikir sejenak. "Oh, maksudmu berbagai piyama usang dan pakaian dalam yang tidak menggoda untuk dilihat itu? Iya, aku membuang semuanya! Kamu terlihat tidak bagus mengenakan itu semua."

"Jangan bercanda! Jangan berbuat seenaknya! Aku tidak memintamu melakukan itu!" pekik Lola tak terima.

"Jangan lupa juga jika kamu adalah wanitaku. Aku berhak mengaturmu, termasuk menentukan apa yang cocok atau tidak kau kenakan," sanggah Luther. "Semua wanitaku, harus mengikuti apa yang aku inginkan."

Lola melotot pada Luther. "Kau gila!"

"Lagipula, sekarang kehidupanmu sudah terjamin. Kau bukanlah Lola yang dulu. Jadi kau harus memperbaiki standard dirimu. Jangan menyetarakan dirimu dengan penampilan kampungan seperti biasanya."

Lola tidak bisa berkata-kata. Dia langsung meninggalkan kamar Luther menuju ke kamarnya lagi. Sepanjang perjalanan, tak hentinya dia menggerutu, merutuki sikap Luther yang menyebalkan.

"Gila, ini benar-benar gila!"

Lola mengunci pintu kamarnya. Dia merasa sehari berada di mansion itu, langsung bisa membuatnya tak waras.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status