Share

Menebak Perasaan Lian

“Kenapa tertawa? Gak merasa begitu?”

“Iya, sih! Mana tau boleh lebih kan.”

Mendadak, tenggorokanku seperti tersekat. Apa sih maksudnya?

“Aku ke toilet sebentar.” Lian berdiri dan pergi.

Selalu begini. Setiap kali selesai menyentil sesuatu yangmembingungkan, Lian pasti langsung pergi.

*

Tuntutan peran membuat aku dengan mas Mirza kembali dekat.Dalam artian sering berinteraksi dalam hal pekerjaan.

[Dek, bisa makan siang barengan?]

Sebuah pesan masuk saat aku dan Lian sudah sampai di depan rumahmama.

[Aku sudah pulang.]

Balasan yang kutulis pada pesan itu.

[Oke.]

“Siapa?”

Tiba-tiba Lian sudah berdiri di belakangku.

“Biasa,” jawabku.

“Masih suka basa-basi rupanya.” Usai berucap, dia langsungnyelonong masuk rumah. Terdengar pekikanZaki menyambut kedatangan Lian. Seperti itu mereka ketika saling bertemu.

Lian kerap uring-uringan usai aku berbalas pesan denganMirza. Jika sudah begitu, aku jadi ingat ucapan tante Liza. Benarkah wanita dibalik obrolan itu adalah aku? Lalu, kenapa Lian masih be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status