Share

Biang rusuh A

Pagi datang menyapa, aku menunggu bubur Isma, setelah beberapa hari dia tak berjualan, ku harap hari ini dia berjualan.

Kejadian semalam, masih segar dalam ingatan, tentang teror ancaman itu. Apalagi sekarang Yu Yati telah bebas dari penjara tanpa syarat, pasti makin songong dia.

"Rin, kamu pagi-pagi kok sudah nglamun," tegur Pakde Umar kepadaku yang duduk di teras L.

"Rini nungguin Isma, Pakde. Rini pengen makan bubur Isma, Pakde. Makanya Rini tunggu disini. Tapi kok belum lewat juga, apa dia nggak dagang?" tanyaku pada Pakde.

"Mungkin, ini belum datang. Tunggu didalam saja, disini dingin." Pakde menyuruh ku masuk.

Aku nurut sama ucapan Pakde, berjalan gontai menuju dapur, aku duduk malas di kursi ini. Roti tawar, selai, dan seduhan teh di teko terhidang di meja ini.

"Rin, kenapa mukanya kucel begitu?" Eis datang menyapa.

"Pengen bubur Isma, tapi kok nggak lewat juga," ucapku sedih.

"Datengin aja kerumahnya, mau ku anterin?" tawar Eis.

"Eh, Rini nggak boleh keluar rumah jauh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status