Share

44. Meledaknya Bom Waktu (2)

Perjalanan menuju indekos Juda dipenuhi kebisuan. Danis duduk di ujung kanan, sementara Juda berada di ujung kiri, seolah-olah jarak yang tidak sampai satu meter itu cukup berguna. Padahal, sesungguhnya Juda menjadi cemas sekali. Perlawanannya terhadap Danis dengan mudah berbalik menjadi bumerang yang terus-menerus menghantamnya. Juda tidak tahu harus bagaimana agar bisa membuat perasaan Danis menjadi lebih baik. Benar. Persetan dengan perasaannya. Karena saat ini perasaan Danis jauh lebih penting untuk ia pikirkan.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk sampai di depan indekos Juda yang bangunan tingkat tiga itu terlihat dari luar meski sudah dipasang pagar cukup tinggi.

Danis ikut turun dan membiarkan taksi yang mereka tumpangi beranjak pergi.

“Kita belum jadi makan,” kata Danis dengan tanpa ekspresi. Seolah-olah momen emosional tiga puluh menit yang lalu tidak pernah ada.

“Mau makan nasi goreng?” Juda mengendikkan dagu ke arah tenda yang disinari lampu remang-remang yang be
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status