Semua Bab Bintang untuk Angkasa : Bab 1 - Bab 10
50 Bab
1. Makanya Jangan Macam-macam
"Tuhan, bolehkah aku menjadi pengemis, kali ini? Bisakah aku kembali bersikap egois, detik ini? Tolong aku. Kembalikan dia ke dalam jangkauanku.  Aku ingin lebih lama menatap mata indahnya, senyum cantiknya, dan ketegarannya. Karena aku hanyalah sebuah kekosongan dan kegelapan, tanpa cahayanya."—Angkasa Yudhistira— "Saat jasad ini tak lagi bisa mereka jangkau, aku ingin menjelma jadi bintang paling terang di angkasa yang gelap. Biarkan mereka bisa memandangku ketika malam mulai menyapa. Aku akan hidup di langit mereka. Selamanya."
Baca selengkapnya
2. Awal Mula
Ada alasan kenapa aku begitu kesal dan tidak suka pada cowok itu. Memang belum bisa dibilang benci sih, soalnya aku bertemu dia juga cuma baru sekali–sebelum di koridor kemarin. Waktu itu, aku turun dari bus dan berjalan kaki seperti biasa dari halte menuju gedung sekolah. Aku sudah terbiasa datang paling pagi, karena itu aku tidak terlalu kaget melewati jalan yang biasanya setelah bel pulang berbunyi selalu ramai oleh kendaraan maupun pejalan kaki, namun masih sangat sepi sebelum pukul tujuh kurang lima belas menit. Bel masuk berbunyi pada pukul tujuh tepat karena itu mayoritas siswa dan guru sampai di sekolah
Baca selengkapnya
3. Kenalan
Setelah ulangan sejarah yang membahas tentang masa lalu, dilanjutkan dengan dua puluh lima soal latihan matematika yang rumitnya minta ampun, benar-benar membuat otak terasa berasap. "Kantin yuk, Bi."Aku mengacungkan jempol kemudian menumpuk buku-buku yang di atas meja dan kumasukkan ke dalam tas punggung. Memang seringnya aku malas ke kantin
Baca selengkapnya
4. Paksaan
Tepuk tangan serta sorak-sorai penonton yang menyaksikan pertandingan bola basket di lapangan sekolahku semakin terdengar keras saat tim sekolah kami mencetak angka. Ya, akhirnya aku menuruti permintaan Intan untuk ikut menyaksikan pertandingan itu. Selama jalannya pertandingan, sebenarnya pandanganku tidak terfokus pada pertandingan itu sendiri. Tapi justru pada cowok tinggi dengan kulit agak gelap yang juga ikut bertanding, tepatnya dari tim lawan sekolah kami.Galang Pradipta. Setiap gerak-geriknya tak kulewatkan sedikitpun. Postur tubuhnya, cara berjalannya, caranya menggiring bola, aku rindu semuanya yang ada pada dirinya. Sebulan
Baca selengkapnya
5. Buku
"Bintang, boleh minta tolong nggak?"Aku yang baru mendudukkan diri di kursi langsung menoleh pada Deni, si ketua kelas yang barusan bicara padaku. "Apa?" "Lo kan hari ini tugas piket, tolong ambilin buku paket bahasa Indonesia sama buku tugas anak-anak di meja Bu Ani, ya? Bisa kan?" 
Baca selengkapnya
6. I Want You
"Butuh obat?" Aku menoleh pada Mbak Erin, perawat di UKS yang baru saja meletakkan segelas air putih di atas nakas. "Enggak usah, Mbak. Cuma kecapekan aja kok. Tiduran bentar pasti udah baikan.""Ya udah, kamu istirahat aja. Saya tinggal dulu ya."
Baca selengkapnya
7. In Your Dream
Dengan wajah lesu dan kepala menunduk, aku melangkah keluar dari toko buku. Menghampiri Angkasa yang tengah terduduk santai di jok motornya yang terparkir di parkiran depan toko itu, sambil memainkan ponselnya. Saat aku sudah berada di depannya, dia menyimpan kembali ponsel berwarna putih itu ke dalam saku jaketnya dan mengangkat wajahnya ke arahku. Sebelah alisnya terangkat, seolah bertanya: "gimana?"
Baca selengkapnya
8. Labrakan
"Duh Tan, gimana dong?""Ya udahlah lo bilang aja apa adanya, kalo lo udah nyari kemana-mana tapi udah nggak ada yang jual."Aku dan Intan masih berdiri khawatir di depan ruang guru. Tadi saat pergantian jam pelajaran ketiga, Deni memberitahu bahwa aku disuruh menghadap Bu Ani saat jam istirahat kedua. Untuk apa lagi kalau bukan untuk menyerahkan buku paket se
Baca selengkapnya
9. Feel Alone
Langit di luar tampak mendung. Sebentar lagi kurasa hujan akan turun. Aku menghela napas, mengalihkan pandangan dari langit di luar jendela ke novel yang kuletakkan di atas meja.Ngomong-ngomong, ini sudah hampir seminggu sejak kejadian labrakan itu. Sehari dua hari setelah kejadian memalukan di kantin itu, telingaku harus panas setiap hari oleh kasak-kusuk yang membicarakan hal itu. Banyak yang memandangiku dengan sinis, terutama geng Anggi. Bintang yang tidak terlalu dikenal di sekolah ini mendadak jadi bahan pembicaraan karena dilabrak oleh geng Anggi yang terkenal itu. Tapi aku hanya menanggapinya deng
Baca selengkapnya
10. Sorry
"Papa, Bi dapat peringkat dua di kelas." Gadis kecil berusia sembilan tahun berlari ke arah pria berusia tiga puluh delapan tahun yang tengah membaca koran di ruang tamu. Sang ayah yang dipanggilnya sama sekali tidak menghiraukan kehadiran gadis itu dan tetap pada kegiatannya membaca koran."Papa, lihat! Nilai Bi d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status