Semua Bab Nikah Kontrak: Bab 101 - Bab 110
203 Bab
Makin Sayang
Angela bangun lebih awal ia menguncir rambutnya dan menggulungnya ke atas. Menjepitnya menggunakan penjepit rambut. Ia menatap kearah Verrel rasanya tidak tega membangunkannya. Dari raut wajahnya sepertinya ia sangat kelelahan. "Mau kemana? Kenapa rambutmu kau ikat seperti itu?" tanya Verrel yang tiba - tiba terbangun."Tidak. Aku tidak kemana - mana," jawab Angela kaget. Verrel menyandarkan punggungnya dengan bantal sebagai penyangganya."Kemarilah," tangan Verrel melambai kearah Angela. Wanita itu duduk di pinggir ranjang. Verrel menatap lembut kearah Angela. Ia pun tersipu malu.Muka bantal Verrel masih terlihat jelas, tapi malah justru semakin tampan dengan wajah bangun tidurnya. Angela sampai tak berkedip menatap ketampanan suaminya. Pantas saja banyak sekali wanita yang tergila-gila pada suaminya itu. Tapi Angela tidak ingin terlalu menunjukkan kekagumannya. Bisa-bisa Verrel menjadi besar kepala."Sayang, kenapa menatapku seperti itu? A
Baca selengkapnya
Kencan Di Rooftop
Angela mengajak Verrel kencan ala candle light di rooftop. Di sana ia bisa melihat puluhan cahaya lampu kerlap-kerlip menambah romantisnya suasana. Angin malam menerpa rambutnya yang terurai panjang, gaunnya juga berkibar terkena angin.  Wajah keduanya terlihat bersinar, terkena cahaya lampu. Suara alunan musik romantis mengiringi dansanya. Angela menarik tangan Verrel dan membawa pria itu menjadi pasangan dansanya."Malam ini, berdansalah denganku. Lepaskan semua beban yang mengekang semua pikiranmu. Hanya ada bahagia yang ada dalam pikiranmu." Angela mundur satu langkah sambil menatap lembut ke arah Verrel. Angela tersenyum  sebelum maju dan mengajak Verrel memulai aksi tarian dansa.Verrel terpesona melihat kecantikan Angela. Malam ini ia merasa perlakuan Angela sangat spesial.Verrel tahu gerakan tarian itu, dengan mudahnya lelaki itu memegang pinggang Angela dan mengikuti gerakan yang di inginkan Angela."Kau memang berbakat," ucap Angela seb
Baca selengkapnya
Melanjutkan Hasrat Di Pagi Hari
Tiba-tiba ponsel Verrel berbunyi,"Siapa?" tanya Angela."Felix." Verrel menunjukkan layar ponselnya kearah Angela."Kenapa kau abaikan, bagaimana kalau penting?" tanya Angela."Apa dia pernah bicara penting? Semua omongannya hanya omong kosong buatku," jawab Verrel. "Iya benar juga sih," imbuh Angela menyetujui perkataan Verrel."Yang terpenting adalah sekarang, hari ini kita menikmati liburan sepuasnya," ungkap Verrel.Lelaki itu mendudukkan Angela di pangkuannya ia memegang pinggang ramping Angela. Angela dapat merasakan nafas Verrel semakin memburu. Ia seperti harimau yang mau menerkam mangsanya."Aku mengantuk dan sangat lelah, bisakah kita lakukan besok saja," pinta Angela."Ayolah sayang, juniorku tidak mungkin bisa menunggu sampai pagi," bujuk Verrel. Lelaki itu membopong tubuh Angela masuk ke dalam kamar."Di luar sangat dingin," ujar Verrel membaringkan tubuh Angela. Perlahan ia menurunkan tali gau
Baca selengkapnya
Kejutan Dari Felix
"Sayang, kau akan terlambat," ucap Angela."Sebentar, lakukanlah sedikit lagi. Aku masih menikmatinya," Verrel mengusap kepala Angela yang berada di bawahnya sedang melumat miliknya. Lelaki itu mendesah luar biasa. Angela bangkit dari duduknya."Kenapa sudah selesai, sayang?" kata Verrel parau."Kau bisa terlambat jika seharian melakukan ini terus. Segera berpakaianlah," ucap Angela. Ia membuka almari dan mengeluarkan setelan pakaian untuk Verrel. Milik Verrel yang masih menegang membuat celananya sedikit sesak, Angela tersenyum kecil melihatnya."Kenapa hanya melirik saja, kau boleh memegangnya lagi." Verrel menarik tangan Angela memaksa memegang batang panjang itu.** Verrel dan Angela telah kembali ke Jakarta. Banyak hal yang perlu di kerjakan di kantor. Terutama Verrel, ia melihat banyak panggilan tak terjawab dari Felix dan asisten pribadinya.Saat tiba di kantor Verrel di kejutkan dengan adanya Felix yang menduduki
Baca selengkapnya
Angela Di Culik
Angela melihat ada dua orang laki-laki perpenampilan sangar sedang berdiri di depan butiknya. Dua lelaki yang memakai jas hitam dan kacamata serba hitam berjalan mondar-mandir. Mereka seperti sedang menunggu seseorang, tapi entah siapa yang mereka tunggu. Angela tidak peduli, sudah saatnya ia pulang untuk apa mengkhawatirkan kedua orang yang tidak jelas.Angela masuk ke dalam mobilnya, sudah sore waktunya pulang kerja. Biasanya Verrel menjemputnya, tapi semenjak Angela memiliki sopir pribadi mereka pulang sendiri.Di dalam mobil Angela merasa mobil hitam di belakangnya sedang membuntutinya. Perasaannya menjadi tidak enak. Ia menyuruh sopir pribadinya untuk mempercepat laju mobilnya. Tetap saja mobil di belakangnya bisa mengimbangi. "Pak, bisa cari rute lainnya agar cepat sampai di rumah?" tanya Angela."Bisa, Nyonya," jawab sopirnya.Angela memegang tasnya erat, ia agak cemas jika orang yang mengejarnya tadi adalah orang jahat. Ia teringat ji
Baca selengkapnya
Menyelamatkan Angela
Verrel menghidupkan kembali ponselnya. Ia melihat banyak sekali panggilan tak terjawab dan sebuah pesan singkat dari Angela. Verrel terhenyak kaget, ia membaca pesan singkat dari Angela."Aku di culik."Ia segera menelepon ponsel Angela, tapi sayang tidak ada yang mengangkat meskipun Verrel sudah menghubunginya berulang kali. Verrel  bingung harus bagaimana. Ia berjalan mondar-mandir ke sana kemari."Seharusnya aku segera charge ponselku!" sesal Verrel. Satu-satunya yang terpikirkan saat ini adalah minta tolong pada Mark, hanya dia saat ini seseorang yang dapat ia percayai. Mark kaget mendengar Angela di culik, ia yang sedang bermesraan dengan Clara segera meraih jasnya."Ada apa?" tanya Clara penasaran."Verrel menghubungiku mengatakan jika Angela di culik. Ia meminta tolong padaku, rekeningnya di bekukan oleh Felix kembarannya. Dia tidak bisa berkutik," terang Mark. **Verrel menyesal kenapa ia tidak memi
Baca selengkapnya
Pertolongan Tak Terduga
"Turunkan pistolmu! “Cepat!""Aku bisa membunuh istri dan mereka kapan saja!" Felix memberikan ancamannya pada Verrel, sialnya itu bukanlah sekedar ancaman main-main. Wajah Felix kelihatan serius, tangannya memegang pistol diarahkan ke kepala Angela. Wanita itu tampak gemetar, ingin rasanya ia pingsan tapi Angela berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.Verrel melemparkan pistolnya, ia tidak ingin mengambil resiko dengan tidak menuruti keinginan Felix. Nyawa istri dan orang tuanya bisa menjadi taruhan."Felix, aku adalah mamamu. Apa kau tega membunuh kami?" tangis Kamila."Hahaha, tentu saja. Kalian adalah penghalang utama bagiku. Selama kalian menyayangi putra kalian. Pasti kalian akan ragu mewariskan seluruh kekayaan padaku!" ucap Felix."Bagaimana, kami mewariskan kekayaan pada iblis seperti dirimu!" sentak Burhan.Felix tersinggung mendengar ucapan Burhan, ia langsung mencengkeram rahang Burhan dengan kuat."Berani berbicara b
Baca selengkapnya
Kembalinya Seorang Sahabat
Di rumah sakit Mark di rawat oleh tim medis, Clara sempat khawatir dengan luka tembak yang ada pada lengan Mark. Untung saja pelurunya dapat di keluarkan. Lengan Mark masih di perban, otomatis ia harus menjalani rawat inap untuk sementara di rumah sakit. Sambil berbaring Mark memandangi orang yang tengah menungguinya dengan perasaan cemas. Salah satu du antaranya adalah Verrel. Ia sangat berterima kasih pada pertolongan Mark yang datang tepat waktu. Kalau tidak, ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi selanjutnya."Jangan menatapku seperti itu, aku belum mati," kata Mark bercanda. Ia tahu sahabatnya tengah khawatir. Clara duduk di samping pembaringannya, ia menggenggam tangan Mark. Clara juga panik setengah mati ketika mendengar Mark masuk ke rumah sakit dengan luka tembak. Pikirannya saat itu sudah kemana-mana. Setelah melihat lengannya yang tertembak, perasaannya cukup lega sedikit. Pasalnya, bukan bagian vital yang terkena tembakan."Aku pikir kau m
Baca selengkapnya
Berita Mengejutkan
"Anak kita?" tanya Angela lagi."Iya sayang," jawab Verrel santai."Maksudmu, aku hamil?" tanya Angela lagi. Ia merasa Verrel tidak begitu serius mengatakannya."Iya, kau hamil buah cinta kita," jawab Verrel menggenggam tangan Angela."Benarkah?" Angela masih saja tidak mempercayainya. Ia sangat bersyukur masih di beri kesempatan untuk hamil lagi."Terima kasih Tuhan, Kau masih memberi kepercayaan padaku agar bisa hamil lagi," ucap Angela."Sayang, mulai saat ini kamu tidak boleh ke perusahaan dan butikmu. Kamu harus mengurangi kegiatanmu sering istirahat di rumah. Jika ingin apa-apa kamu bisa bilang kepadaku atau asisten rumah tangga di sini," perintah Verrel."Sayang, kau mau mengurungku di rumah? Aku tidak mau, itu pasti membosankan," kata Angela marah karena Verrel seakan mulai membatasi geraknya."Masalahnya, aku juga punya tanggung jawab di perusahaan mamaku dan butik itu. Aku tidak bisa seenaknya saja, " kata beralasan.
Baca selengkapnya
Mencumbuimu
Hari ini Angela di rumah, ia menurut Seperti apa yang telah di katakan oleh  Verrel. Tak ingin kejadian yang dulu menimpanya terulang lagi. Angela memilih bertindak lebih hati-hati. Ia menggambar desain yang sudah merupakan pekerjaannya di rumah. Jika ada sesuatu yang penting ia akan meminta Clara untuk datang dalam urusan tanda tangan. Untung saja ada Clara yang dapat ia andalkan. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Rasanya sudah terlalu lama ia duduk menggambar. Angela berpindah ke atas ranjangnya untuk beristirahat. Di atas meja nakas sudah ada makanan dan beberapa obat vitamin untuk penguat janinnya. Seorang dokter perempuan datang menghampiri Angela. "Nona, sebaiknya Anda makan dulu, dan minum obatnya. Kesehatan Anda dan bayi Bona sangatlah penting," kata dokter."Baiklah Dokter Elisa, aku tak akan bisa lolos dari pengamatanmu," kata Angela."Sudah jadi tugas saya, Nona." Dokter Elisa mendekatkan nampan yang ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
21
DMCA.com Protection Status