All Chapters of Cinta yang Terenggut: Chapter 41 - Chapter 50
98 Chapters
Menonton Bioskop Bersama Pujaan Hati
“Sebaiknya semua dokumen itu diberikan bersamaan, Pak. Supaya tidak ada yang tercecer dan mempercepat proses perceraian.”             “Baiklah kalau begitu. Saya usahakan dalam minggu ini semuanya sudah lengkap dan saya serahkan pada Ibu. Terima kasih banyak.”             “Sama-sama, Pak Jonathan. Silakan menghubungi saya lewat WA sewaktu-waktu kalau ada pertanyaan.”             Jonathan mengangguk mengiyakan. Ia lalu bangkit berdiri dan menyalami tangan pengacara cantik namun kelihatan tomboy itu. Ketika ia hampir membalikkan tubuhnya untuk melangkah keluar ruangan, tiba-tiba Lusia bertanya, “Oya, apakah Bapak sering bertemu dengan Mina?”             Jonathan terkejut. Ia lalu berpaling pada wanita itu lagi. Dijawabnya pertanya
Read more
I Love You, Karin
Sekretarisnya itu menghela napas panjang. Pandangannya masih lurus ke depan. Lalu dia mulai membuka mulutnya, “Besok saya akan mengajukan surat pengunduran diri. Menurut Bapak, apakah kepala HRD bersedia menerima pengunduran diri saya bersamaan dengan Bapak minggu depan?”             Jonathan terhenyak. Dia tiba-tiba merasa tak sanggup lagi melanjutkan mengemudi. Pelan-pelan dia membelokkan mobilnya memasuki parkiran sebuah supermarket.             “Kita mau ke mana, Pak?” tanya Karin kaget.             “Aku butuh tempat parkir, Rin. Supaya bisa konsentrasi bicara denganmu,” jawab laki-laki itu lugas.             “Oh,” cetus gadis itu singkat.          
Read more
Lusia Ternyata....
Lalu dituangkannya air panas ke dalam teko pada masing-masing mie instan tersebut. Dia memang rajin merebus air panas di dalam teko elektrik yang disediakan hotel agar sewaktu-waktu dapat langsung digunakan jika membutuhkan.           Sambil menunggu kedua mie instannya matang, lelaki itu memeriksa pesan-pesan dalam ponselnya. Tiba-tiba perangkat komunikasinya itu berbunyi. Tertera nama Mimin pada layarnya. “Lho, tumben Mimin nelepon aku di malam hari?” tanyanya pada diri sendiri. Diterimanya telepon sahabat perempuannya yang nyentrik itu dan berkata riang, “Halo, Min. Tumben jam segini nelepon?”           Terdengar suara di seberang sana terkekeh geli. Jujur Jonathan bersyukur sekali mempunyai sahabat seperti Mina. Teman SMA-nya  itu selalu membuat suasana menjadi ceria. Sejak dulu selalu begitu. Untung kami bisa
Read more
Hari yang Ditunggu-tunggu Tiba
“Mau nggak mau harus siap, Min. Aku udah nggak mungkin balikan sama There. Jadi buat apa tetap bekerja di perusahaan itu? Nggak pantaslah.”           “Terus kamu mau kerja apa, Jon?”           “Belum tahu. Aku belum mikir, sih. Masih menyelesaikan tanggung jawabku dulu di perusahaan-perusahaan itu. By the way, aku udah nemu apartemen yang cocok untuk  kutinggali. Udah deal. Tinggal nunggu transaksi di notaris saja.”           “Wow, cepat banget milihnya? Apartemen di mana?”           “Di atas D-Mall. Jadi praktis kalau mau nge-gym sama cari makan. Aku sama Karin baru melihatnya kemarin dan hari ini deal untuk s
Read more
Simon Akhirnya Tahu....
“Jadi begitulah, Pa,” pungkas sang menantu mengakhiri laporannya. “Semua kewajiban saya sudah selesai. Untuk sementara Karin dapat membantu Papa ataupun There kalau ada yang kurang dimengerti.”           Dahi Simon berkerut seketika. “Untuk sementara?”           Lawan bicaranya mengangguk. “Karin juga mengajukan pengunduran diri. Tapi kepala HRD memintanya untuk bertahan selama tiga bulan ke depan, Pa. Karena departemen HRD masih harus mencari penggantinya terlebih dahulu. Karin tidak keberatan menunggu.”           “Kenapa dia mau berhenti juga? Bukankah belum lama bekerja di sini? Dia keponakan Rosa, kan?”           “Betul, Pa. Karin kepo
Read more
Perpisahan yang Mengharukan
Simon melotot marah. Dibentaknya menantunya dengan kasar, “Apakah kau tidak mendengar ucapan sekretarismu itu barusan? Dia sudah menyebutkan nama orang yang tepat untuk menggantikannya. Sudahlah, aku tak mau mempertahankan orang yang hatinya sudah tidak berada di perusahaan ini. Pergilah kau dengan sekretaris tercintamu itu, Jon. Enyahlah kalian berdua dari kantor ini!”             Karin segera pergi meninggalkan tempat itu untuk mencari calon pengganti yang disebutnya tadi di departemen akunting. Sementara Jonathan masih bersitegang dengan ayah mertuanya.             “Maafkan Jonathan, Pa. Tapi terus terang Jon tidak mengerti maksud ucapan Papa barusan.”             Mata Simon berkilat-kilat marah. Ia berkata garang, “Aku ini sudah banyak makan asam garam kehidupan, Jon. K
Read more
Perusahan-perusahaan Simon Akan Dijual
Pendamping hidupnya yang sedang merangkai bunga di dalam vas itu terperangah. Langsung dihentikannya kegiatannya. Ia lalu menghampiri suaminya yang tengah duduk di sofa ruang keluarga.             “Mas, bukankah pabrik cat dan developer properti itu hasil jerih payahmu selama puluhan tahun? Kenapa mau dijual?” tanyanya keheranan.             Lawan bicaranya menghela napas panjang. Diraihnya tangan sang istri yang duduk di sebelahnya. Diremas-remasnya dalam pangkuannya untuk memberikan rasa tenang pada hatinya yang gundah.             “Apa artinya punya bisnis yang berhasil kalau tidak ada orang yang dapat kupercaya untuk meneruskannya?” sahutnya lirih. Ekspresi wajahnya tampak sedih. Ditatapnya wanita yang sangat dicintainya itu dengan sorot mata sendu. “Seandainya aku sepu
Read more
Karin Menemui Jonathan di Hotel
Sepulang dari gereja, Jonthan duduk merenung di dalam kamar hotelnya. “Urusan serah terima perusahaan sudah selesai. Besok pagi aku akan meninggalkan hotel ini untuk menandatangani akta sewa-menyewa apartemen di notaris. Setelah itu aku  pindah ke tempat tinggal yang baru. Akan kutata barang-barangku di sana dan membeli perlengkapan rumah tangga yang belum tersedia. Lalu…apa lagi, ya?” tanyanya pada dirinya sendiri.           Setelah berpikir sejenak, ia melanjutkan ucapannya, “Dokumen-dokumen untuk menggugat cerai sudah lengkap kuserahkan semua pada Lusia. Selanjutnya aku tinggal menunggu kabar darinya untuk menghadiri sidang di pengadilan. Dan kurasa sudah waktunya aku memikirkan mau bekerja apa. Uang tabunganku sudah berkurang banyak untuk membeli mobil dan menyewa apartemen. Belum lagi untuk membayar honor Lusia. Ah, kerja apa ya, yang profitable dan membutuhkan modal ya
Read more
Rencana Membuka Bisnis Baru
Kepala Jonathan bagaikan disiram air dingin. Segar sekali rasanya. Belum…, batinnya bersukacita. Berarti...akan, dong. Seulas senyum penuh harapan mulai tersungging di sudut bibirnya. Karin yang melihat pria itu tidak berkomentar apapun, langsung melanjutkan ceritanya.           “Pak Simon lalu menatap saya tajam sekali sampai saya merasa risih dan menunduk. Tak lama kemudian beliau berkata bahwa Pak Jon seorang pria yang baik. Bila sudah bercerai dengan Bu Theresia nanti, Pak Jon bebas dan berhak menjalin hubungan dengan wanita lain….”           Jonathan terkesiap mendengar penuturan gadis itu. Jadi…, batinnya terharu. Papa sudah menerima kenyataan bahwa aku menaruh hati pada Karin. Beliau tidak masalah jika setelah bercerai, aku melanjutkan hidupku….       &nb
Read more
Tiga Sahabat Bersatu
“Kamu…kamu tertarik terjun ke bisnis properti?” tanya Jonathan terbata-bata.             Mina langsung terpingkal-pingkal. “Jon, Jon…. Kamu kok kaget gitu. Memangnya aku nggak pantas ya berbisnis properti? Cocoknya cuma  bisnis kecantikan aja?” tanya perempuan itu kenes.             “Bu…bukan gitu, Min.”             “Terus apa?”             “Yah, selama ini kamu kan nggak pernah nyinggung-nyinggung soal properti. Jadi kupikir kamu nggak berminat sama sekali.”             “Ya, abis kalian nggak pernah ajak aku bahas tentang itu, sih.”             “Emang kamu ng
Read more
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status