All Chapters of MR. CINDERELLA (INDONESIA): Chapter 51 - Chapter 60
110 Chapters
Part 51
Motor yang Pram kendarai melaju keluar dari basement setelah tiga hari mengendap di parkiran khusus yang diperuntukkan bagi penghuni tetap di apartement, sepulangnya Pram dari Bandung untuk mendampingi Cinta menjalani aktivitas syuting selanjutnya.Sejurus kemudian, motor itu sudah membaur ke jalanan ibukota yang tampak lengang karena aktivitas yang mulai mereda di waktu malam.Tiga hari setelah Cinta menyatakan perasaan padanya, Pram seakan enggan untuk pulang ke kontrakan. Tak berbeda dengan seluruh manusia yang sedang jatuh cinta, Pram serasa tak ingin lama-lama berjauhan dari orang tersayang. Sedetik pun dia tak melihat sosok Cinta serasa dunianya gelap seketika.Begitupun dengan yang dialami Cinta. Ketika Pram minta ijin padanya untuk pulang sebentar ke kontrakan untuk mengambil beberapa pakaian, Cinta berusaha menahannya dengan merajuk manja.Walaupun tiga malam ini Pram tidur di sofa seperti biasanya jika dia menginap di sana, namun Cinta sudah mer
Read more
Part 52
Ternyata emosi yang menggila mampu mengalahkan rasa sakit dan perih yang menyerang sekujur tubuh. Bahkan kepala yang begitu berat karena nyeri yang hebat sama sekali tak terasa begitu angkara murka menguasai diri.Demikian yang Pram alami ketika amarahnya meledak dahsyat karena terpancing oleh perbuatan David bersama kedua temannya tadi. Semua jenis dan kadar rasa sakit yang bergumul di dalam tubuh itu benar-benar tak berarti ketika emosinya memberontak tak terkendali.Padahal luka menganga di atas pelipisnya mengucurkan darah yang cukup deras hingga membanjiri setengah wajahnya. Ditambah lagi bagian perut dan dada yang terasa begitu sesak seakan isi di dalamnya berantakan lantaran menerima serangan yang tak kenal belas kasihan.Namun sepanjang perjalanan pulang dan akhirnya tiba di depan rumah, barulah Pram merasakan sekujur tubuhnya seakan remuk redam dan segala jenis rasa sakit itu serasa menusuk-nusuk organ bagian dalam.  Dia parkirkan motornya
Read more
Part 53
“Pulanglah.” Pram mengulangi perintahnya. Walaupun diucapkan dengan lembut namun membuat hati Hani tertusuk.Hani mendesah sesaat, mengatur jantungnya agar berdetak normal. “Kalau dibolehkan, malam ini aku numpang tidur di sini, Mas. Aku nggak berani pulang,” ucapnya meminta ijin dengan suara lirih, menyingkirkan rasa malu yang sedari tadi hinggap di hati.Masih dengan wajah sedingin angin malam, Pram memaku tatapannya pada Hani dengan tajam. Lalu melempar pandangan ke luar rumah ketika bola mata Hani menyiratkan permohonan menatapnya.“Biar aku tidur di lantai ini, nggak apa-apa,” lanjut Hani berdesis.Pram menoleh lagi padanya, lalu bertanya, “Apa aku telepon orang tua kamu untuk jemput kamu?”Hani menggeleng lemah. “Ibu sama ayah lagi ada di Jogja, temanin kakakku lahiran di sana.”“Suamimu? Emang nggak nyariin?” Pram lugas menanyakan itu tanpa ragu. Aneh baginya jika
Read more
Part 54
Pembicaraan yang melibatkan emosi berdurasi satu jam itu akhirnya ditutup dengan tangisan Hani yang menderu. Cukup membuat kepala Pram serasa retak karena pusing yang menyerang.Bagaimana tidak, rasa sakit dan linu di sekujur tubuh akibat pengeroyokan David dan kedua temannya masih mencengkram, Hani menambahkan lagi dengan kedatangannya ke rumah dan mengadu tentang nasib rumah tangganya. Kepala Pram serasa mau pecah.Berkali-kali Pram mengusirnya, baik secara halus maupun terang-terangan, tapi Hani tetap bergeming, tak beranjak sedikit pun dari tempatnya. Tapi Pram bukanlah pria kasar yang sanggup menendang seorang wanita keluar dari rumahnya. Yang dia lakukan hanya menggeram sambil meremas rambutnya gemas, lalu memutuskan untuk mengetuk pintu kontrakan Bu Ocha di sebelah dan menumpang tidur di sana.Untuk malam itu, Pram merasa beruntung karena kebiasaan Bu Ocha yang selalu tidur larut malam itu ada gunanya juga. Di pukul satu dini hari, wanita setengah baya it
Read more
Part 55
Pramudya di antara gadis tercinta dan mantan terindah. Ketiganya berada dalam naungan atmosfere yang seketika terasa memanas. Terlebih yang dirasakan Hani. Serasa dirinya kini meleleh bagai botol plastik yang dilempar ke kobaran api ketika menyaksikan bagaimana Pram memperlakukan Cinta begitu manis dan penuh sayang. Seakan gadis itu benda berharga yang terbuat dari kristal dan rentan pecah. Sementara padanya, sangat jauh berbeda, bahkan Pram dengan tegas mengusirnya.Sebelum Cinta menempatkan dirinya di lantai berkarpet biru itu, Pram mengalasinya dengan bantal besar terlebih dulu. Setelah memastikan Cinta duduk dengan nyaman, Pram menempatkan diri di sebelahnya dan merapatkan bahunya pada bahu Cinta, lalu merapikan rok ruffle pendek yang Cinta kenakan agar tak tersingkap.Semua itu Pram lakukan di bawah tatapan Hani yang menyedihkan. Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu duduk berdekatan dan saling berpandangan mesra. Sedangkan dirinya hanya berdiri di tempatnya ber
Read more
Part 56
Sepeninggalan Hani, keduanya saling menatap mesra dengan hati berbunga-bunga memenuhi dada. Pram mengulum senyum menggoda Cinta yang menggigit bibir bawah karena gemas memandang wajah Pram yang dimatanya kini berkali-kali lipat lebih menawan.Ternyata cinta memang semenakjubkan itu. Walaupun ia datang dan bersemayam tanpa diduga, namun ia mampu menjungkirbalikkan dunia para insan yang memilikinya.Melihat bibir mungil itu, jantung Pram berdebar lebih cepat dari biasanya. Rasanya tulang-tulang dadanya akan rontok dan porak poranda. Dia berpikir, untuk menormalkan kerja jantungnya yang tidak wajar itu, tak ada cara lain kecuali mengecup bibir Cinta dan memeluk kekasihnya itu dengan erat.Tanpa permisi, Pram memajukan wajahnya, mengantar bibirnya ke hadapan Cinta, hingga mengecup lembut bibir gadisnya itu. Lama dan begitu dalam. Dia berharap debaran jantungnya kembali normal. Tapi ternyata tidak, justru kian kencang ketika Cinta mengulum bibirnya dan menyesapnya le
Read more
Part 57
Setelah melewati sedikit perdebatan, akhirnya Cinta mengalah pada keputusan Pram yang menolak penawarannya untuk menyewa satu unit apartement untuk Pram tempati. Pram beralasan selain karena pemborosan, juga karena prinsip pribadi yang tak ingin memanfaatkan uang wanita untuk kebutuhannya. Apalagi harga sewa satu unit hunian di apartement mewah itu tidaklah murah. Pastinya Pram tak akan mau Cinta menghamburkan uang begitu saja.Sebagai gantinya, malam ini Cinta ingin menginap di rumah kontrakan Pram yang sederhana itu. Walaupun setengah mati Pram membujuknya untuk pulang ketika Cinta merajuk, akhirnya dengan berat hati Pram mengijinkan juga.Bukan karena tak suka Cinta bermalam dirumahnya, tapi melihat siapa Cinta dengan segala kemewahan yang melekat di dirinya, tentu saja Pram ragu gadis itu akan bertahan di rumah sederhananya walau hanya satu malam saja. Tanpa pendingin ruangan, tempat tidur tanpa pegas empuk, dan juga kemungkinan besar kulit mulus Cinta
Read more
Part 58
Tempat tidur sudah dirapikan. Spreinya pun sudah berganti dengan yang lebih bersih. Harum parfum ruangan menyeruak di seantero kamar. Dan baju-baju yang bergelantungan di belakang pintu sudah teronggok di dalam keranjang baju kotor. Tak lupa pengusir nyamuk dan serangga pun sudah disemprotkan di berbagai sudut.Semua itu Pram lakukan ketika mereka sudah berada di rumah kontrakannya di pukul sepuluh malam, untuk memastikan Cinta-nya tidur dengan nyaman.Sambil menunggu Cinta yang tengah membersihkan diri di kamar mandi, Pram menyeduh dua cangkir kopi hitam, lalu dia letakkan di meja ruang tamu.Terdengar pintu kamar mandi terbuka, lalu suara langkah kaki Cinta menuju kamarnya.Sejurus kemudian, Cinta keluar dari kamar Pram dengan kaos putih miliknya yang kebesaran dan rambut yang basah. Wajahnya yang polos tampak segar merona merah muda. Wangi sabun dan sampo pun menyeruak dari tubuh Cinta, membuat kepala Pram berputar menoleh ke arahnya seketika itu juga.
Read more
Part 59
Dengan menyewa taksi online Pram mengantarkan Cinta pulang ke apartement setelah menghabiskan dua malam yang membahagiakan di rumah kontrakan sederhananya. Dua malam yang mereka lalui dengan penuh canda tawa, saling berbagi kemesraan dan bertukar cerita untuk mengenal pribadi masing-masing lebih dalam. Air mata Cinta sempat meleleh saat mendengar cerita masa kecil yang Pram lalui di panti asuhan di sebuah kabupaten di kota Bandung tanpa tahu siapa kedua orang tua kandungnya. Hingga dirinya harus berjuang hidup seorang sendiri di kota Jakarta sejak usia sembilan belas tahun. Dengan berbekal ijazah SMA dia melakoni beberapa profesi di berbagai tempat. Mulai dari pelayan restorant cepat saji, kurir ekspedisi dan terakhir menjadi security di hotel Swastika milik Pak Abraham, ayah Cinta. Dan keadaan ekonominya membaik sejak dirinya bekerja sebagai pengawal pribadi Cinta dengan penghasilan yang lumayan besar dari sebelum-sebelumnya. Namun keadaan yang sanga
Read more
Part 60
Salut untuk para wartawan infotainment. Mereka bekerja secepat cahaya. Terlebih saat mengendus desas-desus sensasional yang melibatkan artis atau publik figur ternama. Tanpa kenal lelah dan waktu mereka menunggu hanya untuk memburu berita.Cinta melipat tangan di depan dada seraya melempar pandangan ke arah para pewarta yang bergerumun di depan pintu studio lokasi pemotretannya untuk satu brand apparel wanita siang ini.Tatapannya datar saja. Tak sedikit pun tampak kilatan emosi di sana. Bahkan sesekali dia hanya bergedik malas dan tersenyum kecil.Biasanya, saat dia diserang gosip yang selalu mengidentikkan dirinya dengan sensasi, dia selalu menunjukkan emosi, walaupun hanya berupa umpatan atau gerutuan yang ditujukan pada para penggali informasi.Tapi kali ini sikapnya jauh berbeda. Sejak mengetahui dirinya kini menjadi pusat ghibah dunia infotainment tanah air, Cinta bersikap acuh tak acuh, menganggap itu bukan sesuatu yang bisa mempengaruhi hidupnya.
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status