All Chapters of Madu Untuk Istriku: Chapter 61 - Chapter 70
90 Chapters
Ada yang Panas 1
Dan tengah bersiap untuk berangkat kerja. Bukan lagi dengan pakaian seragam dan wangi seperti biasanya, tetapi hanya mengenakan kaos dan juga celana panjang kumal. Kehidupannya berubah begitu drastis kali ini. Biasanya dia akan bekerja di bawah atap dan tidak kepanasan, tidak dengan sekarang. Dia harus bergelut dengan debu dan cahaya matahari.  "Dani berangkat dulu, Bu!" Dani berangkat dari rumahnya. Semenjak diberhentikan dari pekerjaannya, Dani kini bekerja serabutan. Demi bisa makan dan juga memeriksakan kandungan Tari. Bahkan istri sahnya tidak dia pedulikan. "Iya. Hati-hati." Halimah sedang menyapu ketika Dani berangkat kerja. Dia menjadi pekerja bangunan sekarang. Itu lebih baik dari pada tidak bekerja. Beginilah hari-harinya sekarang. Gajiannya hanya cukup untuk makan dan juga periksa kandungan Tari tiap bulannya, juga untuk rokok tentunya. Bahkan Dani kini melupakan nafkah untuk istri sahnya. Dan tidak pernah menengoknya sekali pun. 
Read more
Ada yang Panas 2
Dani ingin segera menghampiri kedua orang yang telah membuatnya sakit mata. Jalanan lumayan rame jadi dia tidak bisa langsung menyeberang. Kedua orang yang ada di seberang sana telah masuk ke dalam mobil. Dani masih harus menahan amarah saat ini.Ingin rasanya melabrak kedua orang yang menurutnya tidak tahu malu itu. Sepertinya kaca di rumahnya kurang besar, jadi dia tidak bisa melihat ke diri sendiri.Setelah jalanan lumayan sepi, Dani segera berjalan menyeberang jalan untuk menemui Reni dan laki-laki itu. Namun sayang, saat dia hampir sampai mobil itu telah melaju dan tidak mengindahkan teriakannya."REN! RENI!" "Tin! Tin!" Dani segera menyingkir karena mendapat klakson dari arah belakang. "SIAL!" teriaknya. Tak ada yang menggubrisnya karena dirinya kini tengah berada di jalanan. Dia terlihat begitu marah melihat Reni tertawa bersama lelaki lain. Mungkin juga iri atau dengki, hanya hatinya dan Tuhan yang tahu.Dani kembali meny
Read more
Kebodohan Reni 1
Sebuah motor metik terparkir di sebuah halaman rumah sederhana. Hari sudah gelap saat Dani sampai di rumah itu. Dari luar, terdengar suara gelak tawa dari arah ruang tamu. Rupanya Reni tengah berkumpul bersama Zaki dan kedua orang tuanya. Jika jam segini, mereka telah berada di rumah dan menikmati waktu mereka. Warung makan hanya buka sampai jam 4 sore. Tak mau Reni berjualan hingga malam, karena itu sangat membuatnya lelah."Assalamu'alaikum." "Wa'laikumsalam," jawab keempatnya serentak. Raut wajah Reni mendadak mendung saat melihat siapa yang datang. Setelah berbulan-bulan tidak kelihatan batang hidungnya, mengapa suaminya itu tiba-tiba ingat untuk mengunjunginya? Tak hanya Reni, Bahkan kedua orang tuanya pun juga merasakan hal yang sama.Hanya Zaki yang bersikap wajar karena tidak tahu apa pun urusan kakaknya."Eh, Mas Dani! Jam berapa dari rumah, Mas?" Zaki berusaha beramah tamah dengan kakak iparnya itu. Zaki maju ke depan dan menc
Read more
Kebodohan Reni 2
"Aku tidak akan menceraikanmu, Ren. Jadi, mari kita pulang." Dani semakin menekankan kata-katanya. Sekali lagi dia ingin mengingatkan tentang kenyataan itu.Mendengar kalimat itu, Reni hanya terdiam. Dia tak tahu lagi harus menjawab apa. Seketika dia membenci status yang masih disandangnya."Nak Dani, biarkan Reni berada di sini dulu." Yanti melas melihat Reni yang seakan ingin menangis. Sungguh dia tak tega membiarkan anaknya itu kembali bersedih. Reni kembali ceria saat dia berada di rumah ini, apa yang akan terjadi jika dia kembali ke rumah Dani?"Bu, maaf. Bukannya saya tidak menghormati ibu, tapi ini masalah rumah tangga kami." Dani berusaha bersikap semanis mungkin. Satu sisi baik Dani yaitu begitu menghormati mertuanya. Dia menganggap mereka seperti orang tuanya sendiri."Tapi, Nak--." Bambang meremas tangan istrinya untuk tidak ikut campur. Memiliki anak perempuan yang sudah menikah itu rumit. Di satu sisi dia benar-benar anaknya, namun di sisi la
Read more
Hari Buruk Dimulai 1
Reni menarik napas panjang sebelum melangkahkan kaki ke dalam rumah. Dani nampak memberikan tangannya agar digandeng oleh Reni. Namun, sayang Reni lebih memilih mengabaikannya dan langsung masuk ke dalam rumah.'Reni ... tahanan beberapa bulan lagi.' Reni terus berusaha menguatkan hatinya untuk menerima takdirnya kali ini. Kenyataan yang menyakitkan, bahwa benar dirinya masih seorang istri. Reni menghampiri mertuanya yang tengah duduk bersama Karin, adik iparnya. Dia meraih tangannya untuk dia jabat. Meski benci, Reni tetap menghormati mertuanya. Ekspresi keduanya begitu datar terhadap Reni.Apa Reni peduli? Tidak sama sekali. Setelah menyalami Halimah dan Karin, Reni langsung masuk ke dalam kamar. Hari sudah malam dan Reni sudah sangat mengantuk. Dia segera merebahkan tubuhnya di atas kasur dan mencoba meredakan hatinya yang terasa sakit. Mertuanya itu sama sekali tidak menanyakan perihal kehamilannya."Ck! Istri kamu itu, Dan. Nggak ada sopannya.
Read more
Hari Buruk Dimulai 2
Reni segera bangkit dari tidurnya. Dia merasa jijik dengan sentuhan Dani. "Jangan sentuh, Mas!" Reni mendorong Dani pelan. Rasanya dia merasa jijik saat mengingat ada peluh tar di tubuh Dani."Ck! Aku suami kamu, Ren!" protes Dani. Dia merasa marah dengan penolakan Reni. Sunggung dia sangat merindukan istrinya itu. Ingin menyentuh dan juga menikmati tubuhnya. Mengecup bibir dan membuat penyatuan dengannya. Setidaknya itulah yang dia rasakan saat ini. Nafsunya benar-benar sudah di ubun-ubun."Aku bersedia pulang bukan berarti aku mau disentuh olehmu, Mas!" Reni tak kalah geram dengan Dani, "apa Mas pikir aku akan sama dengan selingkuhanmu itu? Yang sembarangan saja mau disentuh oleh laki-laki lain?""Tapi, aku bukan orang lain. Aku suami kamu!" bentak Dani. Saat ini, Dani merasa terhina dengan penolakan Reni. Bukankah seorang istri tidak boleh menolak ajakan suami? Sungguh bukan sebuah perbuatan yang terpuji sebagai seorang istri."Maaf, Mas.
Read more
Perlawanan Reni 1
Sudah sekitar 3 bulan Reni pulang ke rumah mertuanya, dan apa hubungan mereka membaik? Tentu tidak. Reni sengaja membentuk dinding penghalang antara keduanya. Dia benar-benar bertekad untuk tidak memaafkan Dani. Mungkin bisa dibilang dia bersalah dan berdosa, tapi luka dan perasaan kecewa yang terlanjur ada, tidak bisa dengan mudah dihilangkannya. Reni juga tidak peduli dengan omelan mertuanya yang dia dengar setiap hari. Dia hanya ingin membuat dirinya nyaman di tempat yang sama sekali tidak nyaman. "Ren! Nanti Tari mau ke sini." Entah apa yang ada dalam pikiran pria itu, membawa selingkuhannya ke rumah yang juga ditinggali oleh istrinya. "Buat apa?" Reni sedang berada di kamar, dengan tangan tengah memegang handphone mangontrol kedua usahanya lewat Zaki. Dia benar-benar bangga pada adiknya itu. Dia benar-benar bisa dipercaya dan sangat berbakat. Buktinya usahanya baik-baik saja dan malah semakin maju. Sepertinya dia harus memberikan 
Read more
Perlawanan Reni 2
"Sudah, Bu! Sudah! Kita keluar saja!" ajak Dani pada ibunya. Dani memegang bahu Halimah dan mendorong pelan ibunya itu ke luar kamar."Kamu kenapa, sih, Dan? Ibu itu mau ngajarin istri kamu biar nggak ngelawan sama orang tua. Malah kamu suruh ibu untuk keluar. Kenapa juga kemarin kamu ajak dia pulang ke rumah? Istri nggak bisa diandelin kayak gitu." Halimah mengeluarkan segala unek-uneknya pada Reni. Posisi mereka kini ada tepat di depan kamar Dani. Dan Reni bisa dengan jelas mendengarnya."Ssst ... Bu. Jangan keras-keras." Dani meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibirnya."Halah! Biar dia denger. Ibu lebih mending kamu nikah sama Tari dari pada ngajak pulang Reni."Reni hanya bisa menahan tangisnya kali ini. Sebenci itukah Halimah terhadapnya? Jika benar seperti itu, kenapa kemarin mengizinkan Dani membawanya pulang? Ini benar-benar membuatnya bertambah sakit. Tapi, ini tidak akan menjadikannya lemah, malah dia ingin semakin gencar membalas denda
Read more
Aku Tidak Lemah 1
"Hebat, ya, selingkuhannya kamu, Mas?" Reni menyeringai, "Apa kalian juga memikirkan perasaanku saat kalian membuat anak itu?" Ditanya seperti itu oleh Reni, baik Dani maupun Tari gelagapan. Tentu saja semua orang pasti tahu jawabannya. Dani dan Tari saling pandang, sedang Halimah lebih memilih untuk diam setelah mendapat sindiran dari Reni.Jangan dikira Reni bersedia pulang untuk menjadi lemah. Dia akan membalaskan segala sakit yang telah dia terima dari orang-orang ini."Berpikirlah sebagai seorang wanita, Mbak. Bagaimana jika Mbak berada dalam posisi saya?" Tari mulai histeris mengetahui Reni tak sedikit pun menunjukkan empati terhadapnya. Perutnya semakin membesar dan dia tidak memiliki status pernikahan."Berpikir sebagai seorang wanita?" Reni melipat kedua tangannya di dada. Dia tidak akan gentar kali ini, "Apa pikiran wanita yang Anda maksud itu menggoda suami orang?" Tatapan mereka bertemu, Reni seakan benar-benar ingin menghabisi wanita it
Read more
Aku Tidak Lemah 2
"Aku mesti gimana, Mas?" Mata Tari berkaca-kaca mengingat saat ini dia tidak akan menyandang status sebagai istri sah. Bagaimana status anaknya kelak? Tak ada jawaban dari Dani, karena dia juga tidak tahu mesti bagaimana. Tangannya terus berusaha menepuk punggung Tari agar wanita itu bisa tenang, meski tidak banyak membantu. Tari malah menangis semakin kencang.Dani merasa geram dengan sikap Reni yang dinilainya sangat keras kepala dan tidak memiliki hati nurani. Seharusnya sebegai sesama wanita, Reni bisa memikirkan jika dia dalam posisi Tari, bukan malah semakin memperburuk keadaan.'Apa susahnya tinggal memberi ijin untukku menikah lagi?' gerutu Dani dalam hati. Entah siapa yang mereka nilai tidak memiliki nurani? Para pengkhianat itu atau seorang istri yang sudah dikhianati?"Bu ... saya mesti gimana?" Kini Tari menatap ke arah Halimah. Wanita paruh baya itu juga tidak menjawab. Hanya menghela napas panjang dan setelahnya dia beranjak dari duduk
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status