Semua Bab Bad Blood: Bab 21 - Bab 30
111 Bab
Bab 20
Vlad RowmanKebodohan akan tetap menjadi sebuah kebodohan jika kau tak bisa mengubahnya. ...Sosok pemuda dengan kemeja biru tua dan celana denim panjangnya nampak menyipit melihat bangunan yang bediri didepannya. Sesekali ia berjinjit guna melihat ke arah jendela yang melubangi rumah itu. Disinilah. Sosok yang ia cari. Meski begitu, ia tak menemukan siluet sosok yang dicarinya. Hanya aromanya saja yang ia hirup berada tak jauh darinya, tepatnya disalah satu bangunan rumah yang kini berdiri didepannya. Di dalam sana, siapa yang menyangka kalau sosok yang dicarinya sudah berjalan jauh ke sana. Siapa sangka kalau sosok yang selama ini ia pantau bisa berakhir ditempat mengerikan seperti ini. Sungguh ironis. Setelah seminggu penuh mencari, kaki Max jatuh pada jantung kota Last Town, tempat terakhir yang ia yakini belum dicarinya. Setelah menghirup aroma tubuh sosok itu, Max semakin meyakini keyakinannya. Aroma tubuh
Baca selengkapnya
Bab 21
Bimbang..Kedua orang wanita dan satu bayi tengah berada dalam sebuah kamar yang luas. Kamar bernuansa merah marun itu nampak begitu memiliki nilai sensual yang terpancar. Cat dinding yang berwarna semerah darah itu merupakan salah satu dari semua kamar yang paling luas dirumah ini. Tentu, satu yang paling besar adalah milih sang Tuan rumah. Seorang gadis nampak mematut bayangan dirinya didepan cermin. Sesekali ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, melihat penampilan barunya yang telah disulap entah menjadi apa oleh Tatiana. Mayya memperhatikan penampilannya didepan cermin. Dengan pakaian yang ia kenakan saat ini, ia sedikit merasa aneh. Tak biasanya ia memilih untuk mengenakan model pakaian yang sedikitnya membuat jati dirinya sebagai seorang wanita terungkap. Lagi pula, rambutnya yang dulu pendek kini mulai memanjang. Mungkin pertumbuhan yang cepat untuk seorang wanita sepertinya. “Kau sangat cantik!” puji Tia. Wanit
Baca selengkapnya
Bab 22
Pria asingCinta tak pernah melarang siapapun untuk mencintai, tak peduli berapa usia yang membentang jarak diantaranya. ...Rowman dan Mark memutuskan untuk turun kebawah setelah pembicaraan antar sesama lelaki yang mereka lakukan. Baru saja turun dari dua undukkan anak tangga mereka dikejutkan dengan adanya suara lelaki lain yang ada di rumah itu. suara laki-laki itu terdengar tenang namun lantang hingga terdengar sampai ke penjuru rumah. “Aku tak pernah menyangka kalau kau tinggal ditempat ini, Mayya. Sungguh mengejutkan semi-vampir itu membawamu ke sini, tempat dimana seharusnya ia berada.”Rowman berhenti melangkah turun. Ia mendengar dengan jelas bagaimana lelaki asing itu mengutarakan kalimatnya, tentu didepan wajah Mayya. “Apa maksudmu?” Kedua pria yang kini berada dibelakang Mayya tak bisa melihat bagaimana perubahan raut wajah gadis itu. namun dari kalimat tanya yang ia ucapkan, tak bisa lagi disembunyikan s
Baca selengkapnya
Bab 23
Half..“Kalian para vampir dilarang untuk meminum darah half.” Kata Max dengan raut wajah datar. Mayya tersentak dari posisinya. Matanhya terbelalak saat mendengar uraian langsung itu dari Max. Apakah yang selama ini ia duga benar-benar terjadi. Apakah yang ia lihat dulu adalah sebuah kenyataan dan bukanlah sebuah ilusi..  Mayya sudah menduganya namun tak mau mencari kebenarannya. Ia terlalu takut mendengarnya lebih lanjut. Ingatan mengenai Mikhaela yang berubah menjadi sosok yang menyeramkan membuatnya takut. Dengan darah yang berada di sekitar bibirnya, ia melihat sendiri bahwa Mikhaela telah berubah. Apakah ini adalah alasannya Mikhaela pergi menjauhinya. Bukan karena kebutuhan materiil mereka?“Mikhaela...”Max menatap Mayya dengan tatapan datarnya. Dengan sabar ia menunggu hingga saat gadis itu bernapas dengan tenang. “Mikhaela adalah seorang vampir.. tepatnya Half, Mayya.”DEG“Jangan dekati
Baca selengkapnya
Bab 24
Mayya (Yang lain)..Mayya terduduk sendiri di sudut tempat tidur. Dipeluknya erat Jackson yang nampak tak begitu terusik akan isakkan sang ibu. Bayi mungil itu tetap setia memejamkan matanya. Entah sejak kapan, bayi itu sudah jatun tertidur dalam pelukan nyaman Mayya. Tatapan iris hazelnya terasa begitu kosong, tak tertuju oleh apapun. Mayya menatap kosong ruangan yang sudah menjadi kamar tidurnya selama berminggu-minggu. Seluruh tubuhnya serasa bergetar hebat ketika Max kembali mengungkit tentang kenangan itu. Disaat ia sudah bisa melupakannya, entah mengapa Max kembali melubangi sudut hatinya. Ia terlalu takut mendengar semua yang ia anggap sebagai mimpi buruk. Mikhaela..Half..Vampir..Sudah cukup ia menyadari bahwa hidupnya berada dalam garis tangan kehidupan Vampir. Ia sudah terjebak dalam situasi ini. Ia sudah tak mau melakukan hal yang lebih gila dari ini. Dan ingatan tentang bagaimana Mikhaela yang be
Baca selengkapnya
Bab 25
Argument..Max menunggu. Pria jangkung itu masih tetap berdiri diujung anak tangga. Tatapan matanya terus mengarah ke atas, menanti sosok pria yang berjanji akan membujuk Mayya turun dari sana. Rowman, pria itu sebelumnya memintanya untuk menceritakan semua hal detail tentang Mayya jika ia ingin tetap berada dirumah ini. Tentu, dengan senang hati ia akan menceritakannya. Entah mengapa Max cepat sekali menaruh rasa percayanya pada pria itu. ia merasa bahwa Rowman bisa menjaga anak asuhnya itu dan melindunginya. Percaya atau tidak, setiap firasat yang ia miliki benar-benar nyata dan akan terjadi. “Kau masih menunggu?”Max mengangguk. Wanita yang masih setia berdiri disampingnya terus berada disana. bahkan saat pria bernama Mark pamit untuk pulang, Tia tetap berdiri tepat disampingnya, tanpa menghiraukan Mark sedikit pun. Tia menyelipkan helaian rambutnya ke belakang daun telinga dan menjilat bibirnya. Jujur saja, baru kali
Baca selengkapnya
Bab 26
Sesosok pria berjas hitam nampak berjalan disekitaran lorong yang hanya bermandikan cahaya lampu lilin yang dipasang di beberapa sudut dinding bata hitam itu. Derap langkahnya yang menegas seolah membangunkan siapa saja untuk menyambut kehadirannya. Terlihat beberapa orang yang berlalu lalang di hadapannya menundukkan kepalanya, memberi hormat setinggi-tingginya pada sosok itu.     Langkah pria itu terhenti ketika ia sampai disebuah pintu yang menjadi puncak lorong tersebut. Sejenak ia tatapi pintu masuk yang terbuat dari kayu itu. Ia tak menapik meski sudah ratusan kali mendatangi tempat itu, namun hingga kini ia masih merasa gugup setengah mati. ia yakin sosok yang di dalam sana tengah menanti kehadirannya dan menunggu kabar baik yang keluar dari mulutnya.     Perlahan, ia menarik kenop pintu kayu tebal itu dengan gerakan maju. Bersamaan dengan itu bunyi nyaring gesekan kayu den
Baca selengkapnya
Bab 27
Fearless ..Malam yang gelap dan pekat, menyelimuti kota last Town. Udara yang berhembus pada Bulan Mei begitu menusuk kulit. Memang pada siang hari cuaca begitu cerah dengan angin yang berhembus santai. Namun ketika malam menjemput, semuanya kembali kelam seperti pada malam-malam pada musim dingin. Ketika malam tak lagi bersahabat, lantas hanya ada satu jalan untuk menaklukkannya, yakni menghadapinya dengan diri yang kosong. Mungkin itu adalah hal yang sama yang kini dilakukan seorang gadis berambut cepak dengan bayi yang ada didalam pelukkannya. Mayya berjalan di sepanjang hutan yang gelap. Hembusan udara yang dingin membuatnya menyesal mengapa ia tak melakukannya disiang hari. ini bukan tentangnya, melainkan tentang anaknya. Jika itu dirinya, ia masih bisa menahan dinginnya angin malam, sedangnya Jackson hanyalah bayi biasa yang mungkin bisa terkena flu luar biasa karena angin malam. Mata hazel Mayya melirik ke arah ana
Baca selengkapnya
Bab 28
Changed..“Harusnya kau bersikap seperti anak penurut selagi aku berbaik hati padamu.”Pasokan udara seolah mulai menipis, menyulitkan pria yang tengah berada dalam ambang batas kematian tak diijinkan lagi untuk hidup. Pria itu tak tahu apakah mungkin detik ini adalah ajalnya. Kematian kedua yang ia rasakan setelah sekian lama mengalami kematian abadi miliknya sendiri. Wanita didepannya, tetap mengencangkan tangan disekeliling lehernya. Mata merah pekatnya terasa seperti magnet yang mampu menyedot sispa saja. hal itu dirasakan oleh Shed ditengah kesakitannya. Mata semerah darah, bahkan lebih pekat itu hanya berjarak tak kurang dari dua pulu sentimeter. Membuat sendi-sendinya terasa mengambang dan hampa. Tak dirasakannya lagi perpiajakn antara kakinya dan juga tanah. “Kau merasakannya? Sebelum datang menjemput kematianmu, seharusnya kau tahu dengan siapa kau berhadapan.” Desis Mayya. Wanita itu melayangkan tatapan mematikan. Ia ingin
Baca selengkapnya
Bab 29
“Selamat tinggal, Mayya.” Aku mendengar bibirku sendiri mengucapkan tiga kalimat itu, bersamaan denganku yang keluar dari tempat persembunyianku. Aku tak tahu mengapa aku melakukan hal ini. Hanya saja instingku mengatakan bahwa aku harus bersembunyi. Dari sini, aku melihat matanya nanar menatap ke arah rumah. Aku tak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Meski aku bukanlah seorang peramal, aku tahu bahwa ia sedang merasakan gejolak dalam dirinya.    Aku memandangi bayangan punggungnya yang mengecil dari pandanganku. Entah apakah itu, aku merasa bahwa aku salah melakukannya. Tak seharusnya aku membiarkannya sendiri. Aku terbiasa hidup di bawah alam sadarku yang penuh dengan teori logika masuk akal. Namun setiap kali bersamanya, aku selalu lupa akan hal itu.    Mulai dari hal gila yang kuajukan. Aku merasa diriku tak benar. Berurusan dengan manusia, makhluk fana itu tentu bu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status