All Chapters of Andai Semua Berbeda: Chapter 91 - Chapter 100
237 Chapters
90. Tamu Tak Diundang
"Aku pergi. Kamu baik-baik di kantor. Jangan mikir yang lain, ingat aku saja." Fea melihat Arnon, lalu turun dari mobil. "Iya. Janji, aku kirim pesan setiap dua jam. Oke?" Arnon tersenyum lebar. Fea melambai. Mobil Arnon meninggalkan kantor Fea. Arnon pagi ini akan ke kantor lebih dulu sebelum ke resto. Ada pertemuan penting dengan para pimpinan untuk persiapan akhir event yang akan mereka lakukan. Arnon senang tapi juga tidak. Senang, sebab semua planning mereka berjalan baik. Tidak senang, karena dia akan bertemu dengan Soraya. Sejak kejadian di apartemen, Arnon tidak meladeni Soraya sama sekali. Baik pesan atau telpon Arnon tidak mau gubris. Dia berkomunikasi di group saja. Jika ada urusan mendesak, Arnon minta mereka yang punya kaitan dengan urusan itu yang dia minta berkomunikasi dengan Soraya. Tiba di kantor, Arnon langsung menuju ruang rapat. Semua sudah hadir. Segera Arnon memulai pertemuan itu, memastikan semua akan berjalan sesuai target mereka. Soraya sangat profesional
Read more
91. What A Wonderful Day
Mata Fea melirik ke arah kanannya. Arnon berjalan di sisinya, menggandeng tangannya sambil berjalan masuk ke gedung megah, gereja tempat dia dan Arnon menikah. Melangkah masuk ke dalamnya, seolah hari luar biasa menegangkan dan penuh kejutan itu hadir lagi. Rasa degdegan sedikit menggulung di hatinya. Dia eratkan pegangan pada Arnon. Pria itu sekarang adalah suaminya. Dan sampai kapanpu akan tetap begitu. "Apa yang kamu rasa?" Arnon sedikit mendekatkan wajahnya melihat Fea, sementara mereka melangkah menuju bangku di depannya. Fea tersenyum. Dia mengambil tempat, Arnon duduk di sisinya. "Nervous. Hari pernikahan kita terpampang di mataku." "Stefi memang nakal. Dia memakai gedung ini juga untuk dia dan Irvan menikah. Aku yakin bulan madunya akan ke tujuan yang sama, Italia." Arnon ikut tersenyum. "Kenapa memang? Di sana tempat yang sangat bagus. Semuanya menakjubkan." Fea teringat bulan madunya bersama Arnon.  Arnon meraih tangan Fea, meng
Read more
92. Sakit yang Menyenangkan
Dengan cepat Arnon mengikuti perawat yang memanggilnya masuk ke dalam ruangan. Di dalam dokter wanita yang masih relatif muda ada di sisi tempat tidur, bicara dengan senyum manis pada Fea. Mata Arnon tertuju pada Fea. Dia masih terlihat sedikit pucat. Arnon mendekat, memegang tangan Fea dengan tatapan matanya yang cemas terus terarah pada istrinya. "Sayang, kamu gimana?" tanya Arnon. "Saya senang sekali bisa melayani Tuan dan Nyonya Arnon Hendrawan. Tidak saya kira, pasien saya istimewa hari ini." Dokter manis itu tersenyum pada Arnon. "Dok, istri saya kenapa?" Arnon tidak memperhatikan kegembiraan dokter yang senang bertemu Arnon dan Fea. "Tiba-tiba pingsan. Ada sesuatu yang serius?" Dokter itu memandang pada Fea. Dia bisa melihat ada cinta yang besar di mata Fea buat Arnon dan sebaliknya. Ingin sekali dia mengerjai Arnon agar makin keluar aura cinta pria itu. Mata Arnon masih lurus memandang dokter, ingin segera mendapat penjelasan. "Eh ... Begini, Mas ... Aku panggil Mas ga apa
Read more
93. Pertemuan Dengan Pria Misterius Lagi
Geram rasanya Arnon melihat itu. Belum sehari kenapa sudah beredar berita tidak jelas di media. Entah siapa yang usil merekam kejadian saat Fea pingsan di pernikahan Irvan dan Stefi. Judul berita yang muncul membuat gerah saja, 'Belum move on, istri Arnon pingsan saat pernikahan sang mantan'. "Sial! Ada saja yang bikin senewen!" umpat Arnon dalam hati. Dia letakkan nampan makanan di nakas sebelah tempat tidur, dia matikan TV. Belum sampai mendekat kepada Fea, bunyi notif berulang kali masuk di ponselnya. Arnon melihat siapa yang ribut mengirim pesan di sana. Arnella. Arnon tersenyum kecut. Riko. Ah, chef terbaiknya itu juga ikut bersuara? Arnon mengabaikan pesan dari Arnella, dia buka chat Riko. - Arnon, kamu sudah lihat yang media sedang hebohkan? Tolong istrimu. Jangan cuek kali ini. Arnon menghela napas. Riko sangat sayang padanya dan Fea. Dia tidak pernah mau Fea mengalami hal yang buruk. Benar-benar seperti ayah Fea saja. Tapi kali ini Riko benar. Selama ini dia memilih diam,
Read more
94. Klarifikasi Wajib!
"Ada sesuatu, Pak?" tanya Arnon pada Lukman. "Ya, aku minta maaf, aku harus pergi sekarang. Tapi aku berjanji ini bukan akhir pertemuan kita, aku akan kontak kalian, secepatnya." Lukman menyalami Arnon dan Fea, lalu bergegas dia melangkah keluar rumah. Arnon dan Fea mengantar ke depan hingga taksi online yang mengantar Lukman datang menjemputnya. Setelah Lukman pergi, Fea dan Arnon masuk kembali ke dalam rumah. Keduanya masih termangu dengan kisah yang Lukman tuturkan. Pria itu belum tuntas bicara. Ada yang masih Arnon ingin tahu lebih jauh. Lukman pergi dengan tergesa-gesa, Arnon berharap jika itu masalah serius, Lukman dapat segera menyelesaikannya. Fea meneruskan makan. Arnon hanya duduk mematung, terbawa pikirannya. Sesekali Fea melihat Arnon sambil terus menghabiskan makanan di piringnya. Tuutttt!!! Dering ponsel Arnon. Arnon tersentak dari lamunannya dan segera mengangkat telpon. Arnella yang menghubunginya. "Halo. Kenapa, Ma?" tanya Arnon datar. Pasti sesuatu yang tidak me
Read more
95. Jebakan Soraya
"Kamu benar-benar tidak berguna! Apa yang aku perintahkan sama kamu kurang jelas? Satu kali saja buat jebakan lalu aku akan urus selanjutnya. Kalau sampai lusa aku belum dapat kabar apapun, bersiaplah. Hidupmu akan jadi neraka!" Soraya bergidik mendengar itu. Dia harus menjebak Arnon. Satu kali peristiwa dan berhasil menghancurkan dia. Seperti apa? Sekarang saja dia tidak digubris oleh Arnon. Tapi jika dia tidak melakukannya, Soraya akan dijual pada pria hidung belang dan entah akan seperti apa nasibnya kemudian. "Ya ampun, kenapa seburuk ini hidupku? Bukan kesalahanku tapi aku harus menghadapi kekacauan ini!!" Soraya menghempaskan tubuhnya keras ke atas kasur. Dia bingung sekali harus berbuat apa. Soraya memejamkan matanya. Peristiwa dua bulan lalu, kembali terpampang di matanya. Kakaknya, terbelit hutang karena judi. Dia juga kena kasus penipuan. Kakaknya menemui Ardan, meminta bantuan. Ardan bersedia, tapi dengan syarat, dia mau Soraya melakukan misi untuknya. Sedang kakak Soraya
Read more
96. Kejutan Soraya Sekali Lagi
Mata Fea masih tajam terarah pada dua orang di depannya itu! Rasanya tak tahu harus berkata apa. Arnon melotot pada Fea. Dia sangat terkejut dengan kejadian tiba-tiba ini. Benar-benar bencana. Apa yang Fea akan pikirkan kali ini? "Kenapa kamu selalu saja bikin masalah?!" Arnon berkata dengan nada marah pada Soraya. Gadis itu seperti tidak tahu malu. Arnon makin yakin dia wanita tidak beres.  "Pak, aku tidak bisa jauh dari Pak Arnon. Aku sangat rindu ..."  "Gila! Keluar kamu dari sini! Sekarang!" Arnon makin geram dengan yang Soraya ucapkan. Wajahnya merah padam. Dadanya seperti mau meledak.  "Tapi, Pak Arnon!" Soraya mencoba mendekati Arnon.  "Didin! Marko! Bawa perempuan ini keluar dari sini, cepat!!" Arnon benar-benar tidak bisa menahan diri lagi. Dia panggil pegawainya untuk menyeret Soraya keluar dari ruangan itu.  Soraya tak bisa berbuat apa-apa. Dia terpaksa menurut saat dua pegawai Arnon memaksa dia perg
Read more
97. Tak Bisa Bergeming Lagi
Pintu apartemen Arnon di depan mata. Fea mengulurkan tangannya membuka kode untuk masuk ke sana. Ternyata masih sama. Fea melangkah ke dalam apartemen. Rania ada di belakangnya. Mata kedua ibu muda itu melebar tak percaya. Apartemen Arnon berantakan!  Pakaian bertebaran di sofa. Plastik bekas makanan berserakan di sana sini. Dan sepi, tidak terdengar suara apapun. Apakah Soraya sudah pergi? Dengan cepat Fea melangkah menuju ke kamar utama. Kamar Arnon. Pintu kamar sedikit terbuka. Fea makin mendekat. Tampak ada gerakan di kamar itu. Ya, Soraya di dalam kamar. Segera Fea mendorong pintu dengan lebar. Soraya seketika menoleh cepat merasa ada yang datang ke kamar itu. "Kamu?!" Mata Soraya melotot menatap Fea. Dia sampai menjatuhkan beberapa lembar pakaian yang dia pegang. "Bagus, kamu masih di sini." Fea membalas tatapan Soraya. Kali ini Fea menguatkan hati. Dia tidak boleh lemah menghadapi perempuan tidak jelas yang ingin merusak pernikahannya.&nbs
Read more
98. Tempat Persembunyian
Fea dan Soraya masih berhadapan. Keduanya saling menatap dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Fea meminta Soraya ikut dengannya. Sedang Soraya, dia ingin segera kabur secepatnya agar Ardan tidak akan menemukan dirinya.  "Kamu ikut aku atau kamu akan menyesal?!" Fea menantang Soraya.  Rania cukup terkejut tapi juga salut dengan keberanian Fea kali ini. Rania mengenal Fea sebagai wanita yang lembut yang banyak mengalah asal tidak ada pertikaian. Tapi yang dia lihat kali ini sangat berbeda. Seolah-olah bukan Fea saja yang sedang ada di depannya.  Soraya berpikir keras. Jika dia menolak, resiko tertawan Ardan akan lebih besar. Jika dia ikut Fea, dia tidak tahu, dia akan masuk ke perangkap apa setelah ini. Namun, sepertinya lebih baik memilih Fea ketimbang ditemukan Ardan dan hidupnya akan masuk bencana yang Ardan siapkan untuknya.  "Baiklah. Aku ikut denganmu." Soraya akhirnya memutuskan.  "Bagus. Kita pergi sekarang."
Read more
99. Sebuah Misteri Mulai Terbuka
Fea melambai pada Arnon, mengantar suaminya berangkat ke kantor. Pagi ini dia akan mengurus pergantian posisi yang kosong karena Arnon memecat Soraya. Arnon dengan tegas, setengah emosi meminta Juno dan Alim memecat Soraya tanpa ampun. Tentu saja keduanya terkejut. Saat Arnon beritahu alasannya mereka merasa bersalah karena ternyata kecolongan. Apalagi saat mereka lihat video Arnon dan Soraya yang beredar. Mulai media mengejar Arnon meminta klarifikasi. Sementara mereka tidak menemukan jejak Soraya. Sama seperti Ardan, tidak bisa menemukan di mana Soraya. Dia ngamuk pas anak buahnya. Tapi Soraya sudah lebih cepat bergerak. Nomor ponselnya tidak terdeteksi lagi. Fea menemui Melia yang sedang mencuci di belakang. Fea mengatakan ada keperluan dan harus bergegas pergi. Melia agak terkejut karena pesan Arnon Melia harus menemani Fea di rumah. "Aku baik-baik saja, Mbak. Arnon saja yang berlebihan kuatir.  Sebelum makan siang aku usahakan sudah b
Read more
PREV
1
...
89101112
...
24
DMCA.com Protection Status