All Chapters of LOVE BROTHER: Chapter 61 - Chapter 70
134 Chapters
Ch 61
Evanya yang sedari pagi menunggu Brian sudah lelah. Wanita itu berulang kali mengumpat karena panggilannya selalu di tolak oleh Brian. Umpatannya terhenti berganti dengan senyum saat nama Brian muncul pada layar ponselnya.   'Bonjour tampan.' Evanya menjawab dengan desahan dan tingkah menggoda seakan Brian ada di depan matanya.   'Kau selalu saja mengganggu ketenanganku, ada apa?'   'Aku punya sebuah kabar untuk mu, dan beberapa pertanyaan yang harus kau jawab.'   'Aku sedang tidak ingin mendengar atau mengatakan apapun,' ucap Brian datar dan itu membuat Evanya kesal hingga memutar kedua bola matanya.   'Randika terluka.'   'What! apa terjadi sesuatu yang tidak aku tahu?'   'No, dia memukuli dinding bar mu hingga tangannya mengeluarkan banyak darah.'   'Dinding bar? Maksudmu bar milik ku!'   'Tent
Read more
Ch 62
Pagi yang cerah, suara burung begitu ramai di luar sana. Mereka bersiul menemani sang matahari yang sedang naik ke peraduannya. Randika baru tersadar saat mendapatkan telepon deringan pada ponselnya.   Evanya, nama si pemanggil tertera di sana, sudah seharian dia menolak panggilan wanita itu, kini dia memutuskan untuk mengangkatnya. Sebelum menekan tombol hijau, tatapan Randika beralih pada perempuan yang tertidur pulas di sampingnya.   Dia mengecup sebentar pada puncak kepala kekasihnya lalu berjalan menuju pintu keluar untuk mengangkat telepon.   "Hallo Evanya."   "Kau baik-baik saja?"   "Yah."   "Aku mengkhawatirkanmu, bolehkah aku berkunjung ke Mansion untuk melihat keadaanmu?   "Tidak perlu Evanya? Aku baik-baik saja."   "Ayolah Sayang, apa kau tidak merindukan ku? aku menunggumu, merindukanmu dan ingin melihatmu
Read more
Ch 63
"Arumi?""Ran."Perempuan yang sedang mencicipi teh herbal itu menengok, menatap kekasihnya yang baru saja datang. "Dari mana saja kau?""Olahraga, aku berlari di sekitaran Mansion untuk mendapatkan sedikit keringat.""Apa tanganmu sudah membaik?""Tentu saja, berkat ciuman mu, ini sembuh dengan cepat."Randika meraih kursi dan duduk di samping Arumi, pria bermanik hitam itu menatap lamat wajah tunangannya hingga akhirnya memberi satu kecupan pada pipinya yang sedikit terasa dingin karena hembusan angin musim gugur."Apa yang kau lakukan di sini?""Minum teh.""Itu saja?""Aku sedang mendengar burung-burung kecil itu bernyanyi. Suaranya cukup bising, tapi aku menikmatinya.""Kau ingin aku menangkap mereka untukmu?""No! Biarkan mereka hidup bebas, mereka akan tersiksa di sangkar jika tertangkap.""Baiklah."Randika menengok menatap Arumi yang sedang asyik melihat burung-burung yang bete
Read more
Ch 64
"Di mana kau.""Aku ... di Apartemen.""Kau berbohong! katakan di mana kau.""Aku sedang di Apartemen, memangnya ada apa?""Seseorang mengatakan melihat mu di sekitar Mansion milik Randika, apa yang kau lakukan di sana?"Evanya berdecak. "Kau menyewa orang untuk membuntutiku?"Brian mejamkan mata sejenak, menetralkan emosinya yang sebentar lagi akan meluap. Berbicara dengan wanita berambut pirang itu membutuhkan kesabaran. "Katakan, apa yang kau lakukan di sekitar Mansion.""Kau Sangat ingin tahu Tampan.""Evanya!!""Okey ... okey .... Aku mengunjungi Randika, kau tahu kan dia sedang terluka.""Untuk apa kau kesana. Arumi bisa melihatmu dan itu akan memperburuk hubungan mereka.""Nyatanya Randika mau menemuiku.""What?""Apa yang di pikirkan pria bodoh itu, apa dia akan membiarkan Arumi melihat kedekatannya dengan Evanya?"Hallo Brian, Brian apa kau masih di sana?" Evanya mengerutkan da
Read more
Ch 65
Ekspresi Rilan tidak seperti yang Randika bayangkan, pria bermanik cokelat itu tetap tenang tanpa ada rasa penasaran di raut wajahnya."Ada apa, kau terlihat biasa saja. apa kau sudah tahu apa yang akan aku ceritakan?""Obati dulu tanganmu."Rilan melakukannya dengan tenang. Kali ini dia sungguh berperan sebagai sahabatnya dekatnya."Apa yang kau ketahui.""Semuanya.""Clarisa memberi tahumu?""Tidak, Jenny bilang kau membutuhkan seseorang sebagai pelindungmu. Dia ingin aku mengawasimu agar kau tidak terpedaya oleh rayuan Evanya. Dan aku membayar seorang informan, dia cukup ahli dalam mencari informasih, meski sedikit tempramental.""Mom? apa yang dia katakan padamu?""Dia mengatakan kalau dia yang telah menghancurkan karier Evanya, dia juga membayar beberapa orang untuk mengusik keluarganya."Randika menyeringai, "Dia mengakui kesalahannya dengan baik, tanpa berfikir akan akibat yang akan aku tanggung.""D
Read more
Ch 66
"Apa yang kalian lakukan." ucap Grassy saat mendapati kedua pria tampan yang sedang berpelukan di hadapannya."Diam kau, katakan ada apa kau mandatangi kamarku.""Nona Arumi tidak berada di kamarnya Tuan.""Apa maksudmu tidak ada di kamarnya.""Ini sudah jam makan siang, aku pikir karena Nona tidak sarapan aku berniat membawakan makan siang untuknya, tapi saat membuka pintu aku tidak menemukan Nona di mana-mana. "Randika terlihat panik begitupun dengan Rilan. Kedua pria tampan itu berjalan tergesah-gesah menuju kamar Arumi untuk memastikan. Sambil berjalan Randika memberikan beberapa pertanyaan yang langsung di jawab oleh Grassy."Apa kau sudah mencarinya ke kamar mandi?""Sudah Tuan, tapi Nona tidak ada.""Apa Claudia ada.""Nona Clau sedang mengunjungi Toronto..""What? untuk apa dia ke sana.""Nyona Jenny menyuruhnya untuk menjengguk sahabat lamanya yang sedang sakit Tuan."Randika dan Rilan term
Read more
Ch 67
Menikmati angin pantai yang sangat menyejukan dari atas bukit De La Reine adalah keputusan yang tepat. Di tempat ini Arumi sering menghabiskan waktu untuk mengeluarkan segala keluh kesahnya.Bedanya hari ini dia datang masih terlalu siang, matahari masih sedang terik-teriknya  hingga membuat mata Arumi sesekali harus memejamkan mata karena panasnya terik matahari yang menembus kulitnya. Wanita berambut cokelat itu bahkan tidak menyadari seseorang telah mendekatinya."Kenapa dia melakukannya?"Wanita bermanik cokelat itu kembali memejamkan mata hanyut dengan perasaan yang sedang kacau. Dia kembali membuka mata dan terkejut saat tangan seorang menyentuhnya. "Hei! Siapa ka--- Aaaaaa." Bugh. Wanita itu dengan kuat mendorongnya dari atas bukit hingga terpental dan menabrak sebuah mobil soprt hitam yang melintas dengan kecepatan tinggi. "Oh Mon Dieu! Ai-je frappé quelqu'un?
Read more
Ch 68
"Oh astaga kau membuatku kesal Brian. Kenapa ponselmu tidak bisa di hubungi." "Ada apa?" "Brian, dia tiba-tiba tidak bisa di hubungi." "Mungkin dia sedang dalam perjalanan." "Entahlah." Randika dan Rilan pun bergegas ke Apartemen Circa Condos untuk memeriksa apakah Arumi kembali ke san atau tidak. Beberapa kali Randika dan Rilan bergantian menekan bel tapi sama sekali tidak ada tanda-tanda wanita itu berada di sana. "Sepertinya dia tidak ke sini." "Tidak mungkin, ini satu-satunya tempat pelariannya, jika tidak di sini lalu kemana dia?" "Apa kita berpencar saja?" Sesaat dalam keadaan sedang memikirkan di mana lagi tempat yang akan Arumi datangi, ponsel Rilan berdering. "Hallo Brian, ke mana saja kau. Aku menghubungimu dari tadi." 'Rilan, katakan pada Randika tolong aktifkan telepon genggamnya.' Rilan menoleh sebentar pada Randika. "Apa ponselmu tidak aktif? Brian menyuruhmu untuk mengaktif
Read more
Ch 69
Jam sudah menunjuk-kan pukul 6 sore saat Arumi terbangun, ternyata dia sadar lebih awal dari waktu yang di perkirakan Aurela. Arumi membuka matanya perlahan, silaunya lampu membuat dia merasa masih hidup.Wanita bermanik cokelat itu mengedarkan pandangan melihat sekeliling yang tampak asing baginya, ruangan dengan perpaduan warna putih dan biru, dekorasi ini mirip sekali dengan sebuah ruang VIP rumah sakit.Jantung Arumi berdetak kencang karena merasa kakinya seperti tidak bisa di gerakan, dia juga merasakan sakit yang teramat pada sekujur tubuhnya. Arumi terus mendengus kesakitan Hingga suara seseorang membuka pintu terdengar olehnya. Dia berusaha bangun untuk melihat siapa yang masuk. Namun, pusing kepalanya membuat dia kembali bersandar pada bantal.Aurela, nama wanita yang selalu memakai jubah putih itu sengaja masuk untuk melihat keadaannya. "Maaf apa aku mengganggu tidurmu?""Apa aku di rumah sakit?""Non, ini klinik ku. Brian membawamu padak
Read more
Ch 70
Brian keluar setelah menyelimuti Arumi, dia tidak berkata apa-apa setelah kepergian kedua pria itu, hingga akhirnya dia lelah memandang jendela besar itu dan kembali tertidur."Apa yang kalian bicarakan di dalam sana?"Brian menggelang."Apa dia tidak mengatakan apapun?"Brian masih menggelang dan itu membuat Rilan kesal."Brian!!"Brian tertawa, sudah cukup lama menjalin hubungan dengan wanita, dan banyak hal yang sudah dia lalui. Namun, kali ini adalah keadaan yang sangat membingungkan. Saat Brian hendak berucap Rilan menyela. "Katakan kenapa sampai kau menabraknya.""Dimana Randika?""Dia sedang menenangkan diri.""Bersama Evanya?""I do not know."Brian tersenyum. "Pria bodoh itu benar-benar tidak tahu apa-apa.""Katakan Brian, jangan berbelit-belit.""Okey ... okey .... tapi Randika harus mengetahuinya.""Aurela sudah mengatakan kau pelakunya Brian."Kini Brian beralih menat
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status