All Chapters of Terpaksa Menikah karena Wasiat: Chapter 81 - Chapter 90
133 Chapters
Asal Mila Bahagia
Akhirnya ada kesempatan Mila untuk menulis bab. Sampah kemasan makanan ringan berceceran di meja hingga lantai. Ia bahkan belum mandi sejak pagi sebab termakan jalan cerita yang semakin menarik dan memacu adrenalin. Hari ini Diaz lembur lagi, jadi Mila diberi ruang dan waktu untuk menebus kekosongan yang sempat melanda hatinya dengan mengisi waktu luang. Apalagi novel yang ditulis Monica Prayoga berjudul "Find Me" memakai warna merah dan cover pria tampan dengan masker hitam menutupi sebagian wajahnya meracuni pikiran Mila selama 3 hari ini. Kalau diamati baik-baik, rasanya ilustrasi pria yang membuat kaum perempuan memaafkan karakter psikopat yang gemar memutilasi korban familiar bagi Mila.Untuk pembaca serial kriminal, psikopat, atau sejenis thriller memang mempunyai prinsip 'Benci karakter, bukan tokohnya' , ditambah visual yang memukau dia jelas termaafkan.Mila sendiri tidak peduli korban dimutilasi 10 atau 20 bagian, yang penting menikmati cerita. "
Read more
Rindu Pergi Bersama
"Menurut lo mana film yang bagus?" "Gak ada yang bagus.""Masa gak ada? Coba lo liat lagi dong." Mila menunjuk layar IPad milik Vio yang lama tidak dipakai.Vio menyingkirkan benda itu dari pandangannya. "Gue sama Farel aja gak pernah ke Bioskop, terlalu berisik." Mila merengut kesal. Vio dengan Diaz duduk di satu sofa yang sama namun memunggungi satu sama lain. Mereka sibuk memainkan ponsel, parahnya lagi Mila ikut diabaikan."Hhh, padahal gue mau weekend kita jalan-jalan bertiga. Tapi kalau lo berdua musuhan tiap hari gimana mau pergi bareng?" Vio mendesah malas setelah Mila mengeluh. "Lo jalan aja sendiri, lagian gue gak akan pergi ke Bioskop." Diaz terkikik geli mendengar alasan adiknya. "Bilang aja kamu takut bioskop karena takut ada hantu muncul di sebelah kursi, gelap." "Oh pantesan... " Kalau alasannya diperjelas Mila bisa mengerti. Daritadi Vio hanya mengatakan tidak bisa ke sana tanpa ket
Read more
Mila x Farel
Vio melihat jarum jam tangannya yang terus bergerak sampai lelah menunggu Mila dan Diaz keluar dari kamar. "Masih lama?" Vio menggeleng tidak tahu atas pertanyaan Farel, sepertinya bukan cuma Vio yang malas menunggu.Sampai akhirnya pasangan tersebut kompak keluar dari kamar. Tidak ada yang menonjol dari mereka dalam berpakaian, semua normal walaupun mereka bisa memakai setelan yang lebih bagus dan mewah."Gue udah beli 4 tiket, tapi gue sengaja pilih jam yang agak sore supaya kita bisa belanja sebentar buat perempuan." Farel memberitahu mereka agar kegiatan hari ini berlalu dengan santai."Bagus. Ya udah kita berangkat sekarang keburu makin panas," ujar Mila sambil menarik baju Diaz.Diaz langsung meraih pergelangan tangan Mila, dia pikir dirinya kucing ditarik-tarik?Farel dan Vio lantas berlalu diikuti mereka untuk masuk mobil Diaz. Mereka sepakat untuk bergantian mengemudi, saat berangkat Diaz, lalu pulangnya Farel.
Read more
Vio x Diaz
Diaz menyodorkan es krim untuk Vio. Adiknya sangat suka membeli satu kardus dan bisa dihabiskan satu pekan. "Selera lo beneran udah tua," cerca Vio melihat es krim varian yang dipilih kakaknya."Kacang merah, enak." "Not me." Akhirnya Vio sendiri yang mengambil es krim favoritnya. Membiarkan Diaz merupakan kesalahan terbesar karena mereka berbeda selera. "Persis Papa," imbuhnya lirih.Mereka lebih terlihat bapak dan anak daripada kakak dan adik karena Diaz berjalan di belakangnya untuk menjaga Vio. Vio balik badan untuk menyeret Diaz agar berjalan di sampingnya. "Lo bukan pengawal gue, berdiri di samping." Diaz tersenyum padanya. "Iya. Makasih.""Makasih?" Fakta bahwa Diaz semakin tua benar adanya. "Untung Mila bukan jalan sama Eric. Tau gak lo, Mila demen sama asistennya Monica?" "Mila cuma berusaha cari laki-laki yang lebih ganteng dari Kakak," alibi Diaz. "Es krimnya mau dimakan kapan? Keburu me
Read more
Kebetulan?
"Eric, lo liat apa?" Monica masuk kamar Eric karena sejak tadi dipanggil tidak kunjung datang. Eric sedang melihat suatu hal yang tidak seharusnya ditonton. Monica heran mengapa dia masih memeriksa cctv tempat kejadian saat mobil ayah Diaz dan Mila kecelakaan. Ditambah lagi saat suara Monica mengudara, Eric langsung menutup kasar layar laptop.Monica mengamati keanehan Eric yang sedang tersenyum namun napasnya tertahan begitu membalikkan kursi. "Kenapa gugup gitu?" Dia menggerakkan kursi roda dan mengambil langsung laptop Eric, walaupun sempat dipertahankan.Eric masih diam membiarkan Monica melihat rekaman video."Lo pernah periksa sehari setelah mereka kecelakaan dan bilang gak ada yang mencurigakan. Terus kenapa lo periksa lagi?" "Memang sebelumnya saya pikir biasa aja. Tapi, pas kita mau ke rumah Diaz, saya liat seseorang.""Seseorang?" Eric mengangguk. "Yang diklakson mobil lain karena nyeberang pas lampu hijau.
Read more
Liburan dan Kerja
Telah tiba hari Diaz akan melakukan pekerjaan di Bandung. Pantulan istrinya yang baru masuk kamar setelah menggantung setelan pakaian di mobil membuat Diaz tersenyum. "Jangan lupa sarapan, tidur nyenyak, camilan udah gue masukin ke tas warna pink." Mila berdiri memerhatikan di belakangnya selagi merapikan kerah leher dan memakai dasi. "Pink?"  "Biar lo inget gue kalau ada cewek seksi yang ikut audisi," celetuk Mila bertransformasi menjadi wanita posesif. Bukannya takut mendengar peringatan Mila, Diaz justru berbalik dan tertawa ringan sembari menangkup wajah istrinya. "Saya suruh audisi pakai jaket nanti."  Mila mengangkat dua jempol tangannya. "Setuju."  "Kamu hari ke berapa nyusul saya?"  "Mungkin 2 atau 3, atau bisa juga gue gak ke sana." "Kenapa?" "Monica udah kabarin gue. Dia undang gue ke rumahnya, mungkin nanti kalau gue gak ke Bandung berarti pas ke rumah dia." "Kamu l
Read more
Menuju Kediaman Monica dan Melewati Hamparan Laut Biru
"Gue gak boleh ikut nih? Mumpung besok gak sibuk."  Farel yang mengantar mereka ke Pelabuhan mendadak ingin ikut. Pertama kalinya mereka naik kapal, otomatis semua menjadi hal baru. Namun mengingat kembali nama Monica dirumorkan membenci pria selain asistennya, juga macam cerita telah sampai ke telinga, itu cukup kuat menghalangi keinginan Farel. "Gak sibuk juga lo banyak pertemuan sama orang-orang penting. Jangan lupa, nanti nikah banyak kebutuhan." Vio memperingatinya. Farel terkekeh. "Liat tuh kakak ipar kebanggaan lo malah sibuk foto-foto." "Biarin aja. Dia gak mau Diaz khawatir." Mila semalam geger harus menempati ruangan yang luas dan terang jIka tidak menyusahkannya. Kalau Mila kumat, Vio ambil jalan pintas. Tinggalkan Mila di dalam sana atau ceburkan saja ke pantai. Farel mengangguk lalu memeluk Vio dengan satu tangannya. "Jagain Mila, umurnya setahun lebih muda dari lo walaupun jadinya kakak ipar." "Mana mau gue jagain,"
Read more
Snorkeling dan Audisi
Baik Mila ataupun Vio sama sekali tidak mengerti urutan memakai perlengkapan snorkeling walau sudah disiapkan Eric. Beruntungnya, dengan sekali arahan mereka langsung paham memakai semuanya tanpa kurang satu alat pun. Monica yang di setiap tempat berperan menjadi ratu tinggal menunggu mereka menaiki boat dan menyelam ke tengah laut. Monica tidak punya keinginan bisa menyelam seperti orang lain. Selain alasan tidak bisa berdiri dengan kedua kakinya yaitu dia tidak suka basah-basahan."Jangan lupa naik ya. Jangan lama-lama juga," ujar Monica sembari membetulkan topi pantainya dan kacamata hitam. Harusnya mereka memilih bersantai di tepi membangun tenda sampai malam di Pulau Perak, tetapi karena Mila ke sini untuk menyelam, dia tidak bisa melarang."Gue bisa berenang. Lo pegangin Mila barangkali keseret ombak," suruh Vio membuat Eric terkekeh pelan."Lo kira gue plankton, keseret ombak pasrah?" "Makanya gue minta tolong Eric b
Read more
20.00
Masih berada di Pulau Perak, hingga malam mereka mendirikan tenda dan api unggun untuk membakar ikan. Monica duduk menekuk kakinya menunggu Eric memilah daging ikan agar durinya tidak ikut termakan. Suasana sepi sama sekali tidak membuat mereka takut. Vio yang sangat benci gelap karena membayangkan adanya makhluk gaib, entah hilang ke mana pikiran itu sebab bermain-main bersama Mila. Mereka berdua bekerja sama membakar ikan karena percobaan pertama gagal, alias gosong sebelah."Lo harus makan juga." Monica menyodorkan piring kecil untuk Eric.Eric mengangguk dan mulai makan bersama mereka. "Kalian berniat tinggal di sini?" tanyanya tertuju pada Mila dan Vio yang sibuk menikmati ikan bakar yang dibawa mentah dari rumah menggunakan cooler box.Tingkah mereka yang meramaikan tiap percakapan tidak pernah terbayang oleh Monica setelah orang tuanya tiada. Monica tidak ingin meminta hal aneh pada Eric untuk berbuat hal semacam ini karena pasti merepotkan.
Read more
Giliran Gita yang Terjebak
Mila tidak sengaja masuk kamar Monica yang pintunya terbuka lebar. Akibat ulahnya, Monica terkejut hingga menoleh tak ramah. "Gue keluar ya... " Mila hampir menutup pintu, namun tidak jadi. Ia justru masuk dan mengunci kamar."Ngapain lo masuk tanpa izin?" sarkas Monica melihat gerak-gerik Mila yang aneh.Mila takjub dengan isi kamar Monica, tampak seperti kamar putri kerajaan dengan pintu khas ukiran kayu berwarna emas. Sejajar dengan tempat tidur terdapat lampu hias dengan cahaya normal, tidak akan menyakiti mata.Anehnya, hanya ada foto Monica sedang duduk di kursi dan Eric yang berdiri di sampingnya dengan background taman berwarna gelap. Mirip keadaan sesungguhnya."Lo suka sama Eric?" Mila bertanya tiba-tiba.Monica berdecak malas. "Kalau gak suka, gue memperlakukan dia persis gue memperlakukan lo." "Berarti ada kemungkinan lo jatuh cinta sama Eric dong!" pekik Mila ikut senang mendengarnya entah mengapa."Jan
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status