All Chapters of Terpaksa Menikah karena Wasiat: Chapter 71 - Chapter 80
133 Chapters
Mencurigai Diaz
Monica kembali pada Eric untuk membahas mereka. "Gimana menurut lo? Gue keterlaluan?" Eric bersandar sembari berpikir cukup lama. "Hm, bukannya kamu biasa keterlaluan setiap bicara?" ejeknya.Monica memukul paha Eric. Beraninya mengatakan tiap buka suara dia keterlaluan. "Gak setiap hari," kilahnya.Eric mencondongkan tubuhnya ke depan lalu mengatakan, "Jangan terlalu jelas, mereka mudah goyah."Monica mendecih lalu tersenyum singkat. "Bukan urusan kita.""Lo senyum lagi," kata Vio dari lantai atas setelah memperhatikan mereka. Dasar aneh. Monica tidak bisa lepas dari Eric namun memintanya menikah. Dia pikir rumahnya penampungan pasangan asisten? Harusnya kalau suka katakan saja supaya jelas.Monica mendongak ke atas lalu memarahi Eric seperti sebelumnya. "Gue masih marah, mana mungkin senyum!" tangkis Monica lalu menggerakkan kursi roda menuju halaman belakang.Eric ikut menengadah ke atas lalu berkata, "Kamu selalu buat Monica
Read more
Kita Bisa Bahagia
"Diaz." Mila tersenyum tatkala Diaz beralih menatapnya saat sedang mengurus pekerjaan kantor."Kenapa kamu tiba-tiba senyum?" Diaz menopang dagunya dengan tangan sebelah. Jarang sekali Mila tersenyum setelah memanggilnya."Menurut lo, apa arti pernikahan kita?"Mila ingin dengar jawaban Diaz untuk menenangkan badai yang sedang mengguncang hatinya setelah Monica menuduhnya sebagai alat Diaz agar bisa melupakan Irene. Diaz tidak terlihat pria jahat seperti bajing*n di luar sana."Pertanyaan aneh macam apa itu... " "Aneh, kan?" lirih Mila. Mengapa juga ia percaya dengan ucapan Monica yang jelas membenci Diaz dari segala sisi. Melihat ekspresinya yang tertawa pelan usai mengetahui pertanyaan barusan, Mila menepis keraguan atas yang dilakukan pria itu."Kamu mau dengar jawabannya atau nggak?""Kalau lo gak mau jawab, simpan dulu sampai gue tagih suatu saat nanti." Mila akan tidur cepat. Tidak ada aktivitas yang menarik untuk dilakuka
Read more
Kebahagiaan Menyeluruh
Eric mengemas beberapa perlengkapan Monica, gadis itu seperti biasa memperhatikannya sambil mewarnai kuku di seberang tempat tidur dan mengajak bicara."Lo gak mau lebih lama di sini?" tanya Monica tanpa melihat Eric.Eric menggeleng. "Sebelum kamu mengada-ngada. Kamu sebetulnya peduli, tapi kenapa ragu?" "Gue selalu apa adanya.""Do you feel cross the line?" Eric tertawa pelan setelah bertanya. Dialog mereka tidak pernah serius selain bertengkar. "Gue rasa Diaz beneran cinta sama Mila," gumam Monica lantaran tidak sengaja  mendengar percakapan mereka dari depan kamar. "Harusnya mereka buat kamar lebih kedap suara," imbuhnya."Sekarang kamu lebih banyak monolog.""Suka-suka gue."Tok Tok TokMonica yang pertama menoleh dan terkesiap Mila datang langsung memeluknya erat. Eric mengangkat dagu seolah bertanya 'Mila kenapa?' namun Monica menggeleng tak tahu apa yang merasuki Mila.Monica langsung mend
Read more
Tidak Perlu Izin, Diaz Suaminya
Sudah 1 bulan sejak kecelakaan menimpa Mila. Hari ini ia akan memulai aktivitas yang telah lama ditunggu-tunggu.Seperti hal baru bagi Mila menyentuh papan ketik dan memeluk monitor komputer sampai kabelnya ikut tertarik. Ia meregangkan jari-jari dan perlahan menyentuh papan ketik. Drrrtt drrrtListrik mendadak mati menjadikan rumah tuan besar Diaz Prayoga gelap total seperti kehidupan penghuninya. "Orang kaya pernah lupa bayar listrik juga?"Mila meraih ponselnya dan membaca pesan yang rupanya berasal dari operator. Di samping kamar, Vio mengutuk rumahnya sendiri. Dia memang sangat emosional, rumah tidak salah apa-apa mendengar teriakannya yang frustasi.Ia menggunakan senter ponsel untuk keluar. Bukankah sekarang mirip uji nyali yang dulu tayang di televisi? Ternyata kalau berjalan sendiri dalam kegelapan tidak begitu mudah."Vio!" Langkah kasar seorang Vio keluar dari kamar membawa lilin panjang untuk mener
Read more
Mengapa Diaz Takut?
Diaz memikirkan sesuatu yang dia lihat saat perjalanan pulang ke rumah. Kebetulan Diaz melihat Om Hanif berjalan menepi di samping kantor saat listrik mati, namun dia tak bisa menjamin apakah benar Om Hanif orang yang dilihat sebab gelap dan juga memakai topi hitam. Tidak mungkin, Om Hanif mengacau listrik perusahaan kedua kalinya. Tidak masuk akal, saat Diaz mendatanginya Om Hanif mengakui dengan tulus dan penuh rasa sesal sebab tidak sengaja melukai Mila juga.Rentang waktunya tidak jauh ketika listrik mati, Diaz keluar untuk mencari makanan untuk teknisi yang sebentar lagi datang. Mungkin sedang buru-buru pula, kemungkinan Diaz salah lihat dan teringat pelaku sebelumnya. Baiklah, tidak mungkin dia orangnya.Diaz menahan sesuatu yang bergelayut di punggungnya padahal sibuk berpikir. Mila sedang usil usai menulis 2 jam dan diabaikan oleh Diaz, jadi begini kegiatannya.Mila menarik tangannya hingga Diaz tercekik dari belakang. Diaz melirik ke belaka
Read more
Alasan Sesungguhnya Diaz Menikahi Mila
Diaz menarik kemejanya agar terlepas dari cengkeraman Mila. Istrinya semakin tidak terduga dan bisa membaca ekspresi wajahnya sebab merasa ada banyak yang disembunyikan darinya.Mila melepaskan tangannya juga, ia perempuan yang tak bisa diajak main-main. Dari gelagat dan pengalihan obrolan Mila tahu Diaz mempunyai sesuatu yang tidak ia ketahui.Diaz melihat bahunya yang ditepuk Mila. "Sejujurnya... ""Apa?" "Saya juga terpaksa menikahi kamu," imbuh Diaz.Mila mengernyit heran. Memang mereka terpaksa, tidak ada yang mencintai sepihak apalagi keduanya. "Ayah kita ... Gak pernah kasih wasiat menikahkan anaknya. Saya menikahi kamu karena merasa bersalah. Saya pikir, akibatnya kalau membiarkan mereka meninggal hubungan keluarga kita juga akan renggang karena kamu membenci keluarga saya." Diaz mempasrahkan apa yang Mila lakukan setelah mendengar pengakuan yang dijadikan kebohongan agar tak ada yang tersakiti baik sebelum a
Read more
Diaz Menyesali
Untuk mengembalikan seperti awal sudah tidak ada harapan yang tersisa. Langkah kedepannya yang akan dilakukan mereka adalah terus melanjutkan pernikahan tanpa kebohongan lain.Mila tidak akan memaafkan Diaz jika nanti ada rahasia lain terkuak lain waktu. Kesempatan terakhir sudah ia berikan hari-hari sebelumnya. Mereka sepakat untuk menjalani hidup seperti biasa dengan pura-pura tidak terjadi apa pun di depan Meida, Fila, Vio, dan lainnya. Aktivitas Mila terhambat. Ia tidak bisa menulis novel sejak 2 jam yang lalu, hanya duduk di kursi menatap rentetan komentar bab terakhir novelnya yang diunggah kemarin sore. Matanya hampir jenuh, tetapi jika menatap Diaz akan lebih lelah. Dalam satu malam, mereka kembali asing di dalam kamar.Pesan dari Stephen juga Mila abaikan. Dia mungkin khawatir tidak mendapat balasan 'Y' atau 'Oh' dari Mila sejak 3 hari lalu. Mila tahu dia akan mengadakan pertunangan bersama Kenzie 2 hari lagi. Pernikahannya sendiri merenggang, tet
Read more
Permintaan Diaz untuk Kiara
Beberapa menit lagi Mila selesai menata diri untuk menghadiri acara pertunangan Stephen dan Kenzie. Cermin tidak pernah salah memantulkan bayangan, bahkan refleksi wajah manusia. Hari ini mereka mengadakan sandiwara yang tak terbayangkan, yaitu kebahagiaan semu. Perbuatan mereka tidak dapat dikatakan jahat, tetapi tidak ada manfaat sama sekali untuk dilakukan. Jika mereka menunjukkan masalah pada semua orang yang berada di sana, itu akan menimbulkan kecurigaan, termasuk Stephen.Mereka tidak berdua, Vio dan Farel ikut meramaikan acara sebab turut mendapat undangan. Meida sudah berada di rumah Fila agar bertemu di sana.Diaz juga mengikuti sandiwara yang dimulai Mila. Mereka melangkah keluar rumah dan masuk mobil. Farel dan Vio menaiki mobil berbeda, mereka mengikuti dari belakang. Butuh waktu setidaknya 15 menit untuk sampai ke rumah keluarga Kenzie. Rumah besar yang didominasi warna putih dan kuning keemasan menambah kemegahan. Lengkungan ban
Read more
Bangga Menoyor Kiara
Baru membuka mulut, Mila sudah digandeng Diaz untuk menjauh dari mereka."Biar urusan mereka," kata Diaz.Mila tidak harus mendengar apa yang terjadi selanjutnya pada mereka. Terlebih hubungan yang diawali Kiara bertujuan untuk menjauhkan Mila dari Revan. Jika berani membuat awalan, harusnya dia tak takut mengakhiri hubungan demi kebaikannya pula.Mila meraih lengan Diaz supaya berjalan seimbang. Diaz mengajaknya menemui Stephen dan Kenzie."Lo berdua ke mana aja?" Stephen menunggu mereka cukup lama."Emangnya mau ngapain? Kan lo yang tunangan, bukan kita." Mila tersenyum ke arah Kenzie yang terlihat sangat cantik."Kita foto bareng," ujar Stephen.Stephen menarik Diaz, lalu Kenzie menarik Mila. Mereka berempat berjajar untuk difoto. Stephen ingin punya foto bersama mereka, walaupun sebelumnya pernah, saat mereka menikah, tetapi Mila saat itu sangat menjengkelkan karena malah adu mulut dengan Diaz.Stephen tersenyum lantas mena
Read more
Dibilang Skandal
Eric mencolek meja untuk memastikan tidak ada debu yang menempel sebab Monica setelah pembelajaran melalui panggilan video adalah makan siang.Ponsel milik Monica bergetar, tertera panggilan dari nomor yang tidak disimpan. Salah satu anggota keluarga Monica pasti menghubunginya. Mengingat baru-baru ini mendatangi kediaman Meida, mungkin salah satu dari mereka."Siang." Eric tahu suara siapa ini, sekian lama Monica tidak pernah terima telepon dari Diaz. Kali ini pasti dia mau bicara.Eric mendatangi Monica di kamarnya yang rupanya baru selesai belajar. Hanya dengan sekali menatap Eric, Monica tahu dia mendapat telepon dari siapa. Ia menengadahkan tangan untuk mendengar apa yang Diaz ucapkan.Eric meninggalkan mereka agar melindungi privasi dan Monica bisa menjadi dirinya sendiri."Gue mau makan siang, jangan lama-lama. Langsung ke intinya."'Saya berterima kasih sama kamu, Monica'"Gue gak mau lo korbanin perasaan Mila," b
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status