All Chapters of Cinta CEO dalam Jebakan: Chapter 141 - Chapter 150
356 Chapters
141. Kau Membuatku Kuat
Semua tercengang melihat kotak super besar yang diangkut oleh beberapa orang pria di balik kursi roda Herbert. Setelah mendapat arahan, mereka kompak menurunkan kotak berat itu di sudut ruang.“Apa yang Papa berikan kepada Gaby? Itu tampak berat sekali,” desah Max yang lupa menyapa karena terlalu takjub.“Itu sesuatu yang seharusnya sudah Papa kembalikan sejak dulu,” sahut si pria tua dengan lengkung bibir penuh arti.Mendapat petunjuk semacam itu, mata sang wanita sontak melebar. “Apakah itu pianoku?”Sedetik kemudian, Herbert mengangkat bahu. “Bukalah! Kau akan tahu.”Dengan hati yang berdebar, Gabriella mendekat ke arah hadiah. Ketika bungkusan biru selesai disingkirkan, helaan napas tak percaya otomatis terdengar.“Ini memang pianoku,” desahnya dengan mata berkaca-kaca.Setelah tersenyum ke arah Max, wanita itu beralih kepada sang mertua. “Terima kasih banyak, Pa.&r
Read more
142. Tidak Polos Lagi
Herbert menghela napas lega melihat Max berdansa bersama Gabriella. Pasangan itu tak henti-hentinya tersenyum dan tertawa, menebar kebahagiaan kepada siapa saja yang menyaksikan mereka.“Bukankah mereka sangat serasi?” gumam si pria tua kepada pelayan muda yang duduk di dekatnya.“Ya, Tuan,” sahut sang gadis seraya mengangguk.Sembari menjaga lengkung bibir, Herbert terus memandangi kemeriahan acara. “Sepertinya, aku bisa tenang sekarang,” pikirnya sambil memeriksa ingatan.Selang beberapa saat, raut wajah si pria tua kembali datar. Benda yang baru dikembalikan oleh Julian lagi-lagi mengganjal dalam hatinya.“Tolong ambilkan ponsel hitam yang tadi kau simpan,” pinta Herbert sontak membuat sang pelayan meraih tas yang tergantung di kursi roda.Ketika ponsel itu tiba dalam genggaman, si pria tua langsung menekan tombol on. “Ada apa dengan ponsel ini? Kenapa aku menitipkannya kepada Julian?&
Read more
143. Undangan untuk Pangeran Kecil
Tiba-tiba, seseorang mengetuk pintu. Mendapat kunjungan tak terduga itu, lengkung bibir Max seketika menciut.“Siapa yang berani mengganggu kesenanganku?” gerutu pria itu sebelum beranjak dari ranjang. Ketika membuka pintu, ia gagal menyembunyikan ketidaksenangannya. “Ada apa?”“Maaf, Tuan. Apakah Nyonya sudah meminum obat herbalnya?” tanya seorang pelayan dengan alis melukiskan cemas.Hanya dalam sekejap, kekesalan Max berubah menjadi kekhawatiran. “Sudah. Apakah ada masalah?”Ringisan sang pelayan sontak menambah ketegangan. “Maaf, Tuan. Saya salah memberikan tanaman herbal. Yang diminum Nyonya adalah obat titipan kakak saya.”“Obat apa itu? Apakah bisa membahayakan kesehatan Gabriella?” tanya sang pria dengan mata terbelalak.“Tidak, Tuan. Hanya saja, itu obat untuk meningkatkan ... gairah.”Mendengar jawaban tersebut, suara tawa hampir saja lolos d
Read more
144. Menyambut Pangeran Kecil
“Ingat, Nyonya. Kalau ternyata bayi dalam kandungan itu adalah perempuan, Anda tidak boleh kecewa.” Tangan sang wanita spontan meremas jemari Max lebih kencang. Kata-kata Minnie yang terngiang-ngiang dalam benaknya telah menambah sesak dalam dada. Sambil terpejam, Gabriella mencoba menarik napas dalam. “Jangan khawatir, Gaby,” bisik Max sembari balas menggenggam, memberi sinyal bahwa dirinya mengirimkan dukungan. “Kenapa Nyonya tegang sekali? Pemeriksaan USG tidak menimbulkan rasa sakit,” ucap sang dokter sembari tersenyum. Gabriella tidak mampu menjawab. Ia hanya mengembalikan pandangan sambil terus mengatur napas. Gemas melihat sang istri, Max tiba-tiba mendengus ringan. Sambil menggenggam jemari yang terasa dingin itu, ia membelai kepala sang wanita dengan tangan lain. “Gaby,” bisik pria itu mencuri perhatian. Begitu sang istri membalas tatapannya, secepat kilat ia membentangkan senyum dan mengangguk. “Tidak apa-apa,” ucapnya hanya
Read more
145. Cayden Evans
Max berulang kali menarik napas lalu mengembuskannya dengan konstan. Ia berharap sang istri dapat mengikutinya. Akan tetapi, si wanita berwajah pucat tidak bisa lagi mengendalikan paru-paru. Rasa sakit telah melilit perutnya. “Sakit, Max,” rintih Gabriella sembari mencengkeram tangan sang suami lebih kuat. “Sabar, Gaby. Kamu belum boleh mendorong. Tunggu aba-aba dari dokter. Mengerti?” terang sang pria sembari mengusap keringat yang membanjiri wajah istrinya. “Sekarang, atur napas bersamaku.” Dengan air mata yang hampir tumpah, sang wanita terus menatap suaminya. “Tarik, embuskan ... tarik, embuskan.” Gabriella berusaha untuk patuh. Akan tetapi, lima detik berlalu, ia menggeleng, menyatakan dirinya sudah di ambang kesabaran. “Aku tidak bisa lagi, Max. Tidak bisa,” desah wanita itu sambil meringis. Merasa tak tega, pria itu mengecup kening sang istri. “Bertahanlah, Gaby. Demi Pangeran Kecil kita,” bisiknya. Sambil memeja
Read more
BONUS: Jalan-Jalan Pertama
“Yeay! Hari ini, Pangeran Kecil jalan-jalan ke taman,” seru Gabriella sembari memakaikan tudung jumpsuit panda di kepala putranya.Seolah mengerti dengan apa yang diucapkan oleh sang ibu, Cayden tersenyum sambil menyatukan tangan. Mata bulatnya terlihat berbinar-binar.Menyaksikan respon semacam itu, sang ayah yang memperhatikan putranya sedari tadi pun tertawa. “Dia terlihat sangat senang,” ucap Max sambil membiarkan Cayden menggenggam telunjuknya.“Tentu saja. Ini jalan-jalan pertamanya,” sahut Gabriella sembari memeriksa perlengkapan di sisi ranjang. Selang beberapa saat, ia menutup tas lalu menyandangnya. “Semua sudah siap. Ayo berangkat.”“Apakah Bibi jadi ikut?” tanya Max seraya mengangkat Cayden dalam dekapan.“Tidak. Bibi mengeluh kalau lututnya sakit. Jadi, Lena yang menemani kita,” jawab Gabriella sambil membukakan pintu kamar dan menutupnya ketika sang suami sudah le
Read more
BONUS: Di Mana Cayden?
“Kira-kira rasa apa yang akan disukai Cayden? Vanila atau teh hijau? Atau jangan-jangan, dia memiliki selera yang berbeda dari orang tuanya?” gumam Gabriella seraya melihat sekotak es krim yang penuh dengan warna.“Ah, semoga saja perutnya tidak apa-apa. Dia hanya boleh mencicipi seujung sendok saja kalau rasanya sebanyak ini,” pikir wanita itu sebelum mempercepat langkah. Ia tidak sabar ingin melihat wajah bahagia Pangeran Kecil.Namun, ketika pandangannya terarah pada bangku, lengkung bibir Gabriella mendadak hilang. Ia hanya melihat seorang pelayan duduk di sana. Dengan hati yang berdebar, wanita itu berlari menghampiri sambil memeriksa sekeliling.“Lena, di mana Cayden?” desahnya dengan napas yang tak beraturan.Tanpa sedikit pun beban, sang pelayan menurunkan ponsel dari depan wajahnya. “Di si ... ni.”Hanya dalam sekejap, mata gadis muda itu terbuka lebar. “Astaga! Di mana Tuan Muda? Semen
Read more
BONUS: Kuat dan Tangguh
Begitu memasuki kamar, Max langsung menghampiri sang istri yang berbaring bersama Cayden. Wanita itu masih mengerutkan alis walau matanya terpejam. Tangan yang mendekap hangat sang bayi, tampak begitu waspada.“Syukurlah,” desah Max sembari mengelus kepala Pangeran Kecil.Hanya dalam sekejap, Gabriella tersentak dan memeluk putranya lebih erat.“Tenanglah, Gaby. Ini aku,” bisik Max, takut membangunkan sang bayi.“Kau sudah pulang?” desah wanita yang masih dilanda keterkejutan.“Ya. Aku memesan tiket paling awal begitu mendapat kabar,” terang sang pria dengan lengkung bibir kaku.Selang keheningan sejenak, bola mata yang gemetar mulai menampakkan keharuan. “Maafkan aku, Max. Aku sudah lalai menjaga putramu.”Melihat istrinya menangis, hati sang pria mendadak teriris. Setelah membelai rambut wanita itu, ia pun memberikan kecupan penenang di kening.“Yang penting, C
Read more
BONUS: Lagi
“Cayden!” seru Max saat baru membuka pintu kamar. Bayi yang hampir terlelap seketika tersentak dan menoleh ke arah ayahnya. “Kenapa kau berteriak begitu?” tegur Gabriella seraya meringis. “Padahal, aku hampir berhasil menidurkannya.” Merasa bersalah, sang pria tersenyum kecil. “Maaf. Aku tidak sabar ingin menunjukkan ini kepadanya. Tada!” Begitu melihat sekotak es krim di tangan sang ayah, Pangeran Kecil langsung meronta-ronta, mencoba bangkit dari dekapan ibunya. “Lihatlah! Sekarang, dia tidak akan tidur. Kenapa tidak nanti saja, Max? Lagipula, ini bukan waktu yang tepat untuk Cayden menikmati es krim.” “Tidak apa-apa, Gaby. Dia baru saja mengalami peristiwa yang menakutkan. Tidak ada salahnya memanjakan Cayden hari ini,” ujar Max seraya duduk di tepi ranjang. Tanpa menunggu perintah, sang bayi merangkak ke pangkuan ayahnya. Ketika Max menempelkan tangan Pangeran Kecil ke penutup kotak, tawa ceria sontak terdengar. Cayden terl
Read more
BONUS: Bayi Jenius
Mia dan Julian kebingungan melihat wajah panik semua pelayan. Wanita-wanita itu sibuk mencari dan mengekspresikan kekhawatiran. “Apa yang terjadi?” tanya Mia setelah berhasil mencegat salah satu wanita berseragam. “Tuan Muda hilang lagi, Nona.”  Dalam sekejap, Julian dan Mia kompak terbelalak. “Hilang lagi? Bukankah dia sedang di rumah?” selidik sang pria dengan alis masih melengkung tinggi. “Ya, Tuan. Terakhir, Tuan Muda masih berada di kamarnya. Lalu tiba-tiba saja, dia menghilang.” Mendengar penjelasan yang terkesan mustahil, Julian pun menatap sekretarisnya. Setelah mendapati kecurigaan yang sama, ia kembali menoleh ke arah pelayan. “Di mana Max dan Gabriella sekarang?” Telunjuk sang pelayan seketika meruncing. “Di lantai atas, Tuan.” “Baiklah, terima kasih.” Tanpa membuang waktu, Julian dan Mia menderapkan langkah menuju tangga. “Bukankah ini aneh?” desah sang pria yang dijawab oleh anggukan sa
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
36
DMCA.com Protection Status