All Chapters of Ikatan Yang Ditakdirkan: Chapter 21 - Chapter 30
213 Chapters
20. Bukan Mimpi?
Pagi harinya, Zayyad baru memperoleh kesadaran nya kembali. Menjepit sepasang alisnya, ia masih merasa agak pusing. "Mimpi buruk itu sungguh merusak tidur ku" Gumam nya yang mengira kejadian semalam hanyalah mimpi buruk. Karena matanya masih sangat mengantuk, ia memilih untuk tidur lagi. Merasakan ada benda yang bertumpu di atas perutnya, ia pun menyingkirkan benda itu. Tapi setelah di singkirkan, benda itu malah jatuh memukul lehernya. Ia pun tersentak. Matanya terbuka lebar dan tangan nya terus menarik benda yang melilit lehernya. "Apa ini?"  Karena suasana bilik yang gelap, ia setengah bangun untuk menekan saklar lampu yang dapat di jangkau dari tempat nya tidur. Lampu menyala dan ia dapat melihat benda yang di pegang nya dengan jelas. Itu adalah tangan! 'Ini tidak mungkin ada hantu di vila kan?' Batin nya. Jantungnya sudah berdetak kencang. Ia berusaha keras untuk tetap tenang dan berpikir logis. Matanya dengan gugup menerawang ke langit-lang
Read more
21. Satu Barang Lagi
"Kalian tenang saja, keadaan Alina sangat baik. Ia masih tidur di bilik ruangan ku" Jelas Zayyad. Setibanya di vila, kakeknya terus membuatnya duduk di sofa. Di sana sudah ada nenek nya Alina yang terlihat sangat khawatir. Dan mereka memintanya untuk menceritakan keadaan Alina apakah baik-baik saja. "Lalu kenapa kalian tidak pulang ke vila semalam?" Wanita tua itu tampaknya belum yakin kalau cucunya baik-baik saja. "Alina masih trauma dengan lift setelah kejadian itu. Karenanya kami memutuskan untuk bermalam di perusahaan" Zayyad mengambil teh hangat yang ada di meja dan meneguknya sedikit. "Sejak kecil, Alin memang sangat takut dengan tempat-tempat sempit. Sampai kami harus merenovasi kamar mandi kami yang kecil menjadi agak besar untuk nya yang saat itu mulai sering tinggal dengan kami, karena adanya beberapa konflik keluarga. Pernah sekali ketika ia sudah berumur 15 tahun, saat itu aku mengajaknya ke hotel. Ada acara
Read more
22. Terlihat Menggemaskan
Zayyad sudah berada didalam minimarket. Ia sudah dua kali memutari tempat itu untuk menemukan di mana letaknya barang yang di katakan Alina. Tapi sampai ia memutar untuk ketiga kalinya, ia tak kunjung mendapatkan nya. Salah seorang staf wanita yang melihatnya seperti seseorang kebingungan mencari sesuatu, pun mendatangi nya. "Ada yang bisa saya bantu pak?" Ujar staf wanita itu menawarkan bantuan sembari tersenyum ramah. Ketika melihat penampilan Zayyad yang cukup rapi dalam balutan jas, ia langsung menebak orang yang di hadapannya itu seseorang yang mapan. Zayyad terus bergeser kesamping. Sikapnya yang menjaga jarak itu membuat si staf wanita menjadi canggung. Wanita itu merapikan anak rambutnya ke belakang telinga, merapikan posisi seragam karyawan nya, ia berusaha untuk menutupi kecanggungan nya. "P-pembalut!" Kata Zayyad kemudian. Kaku. "Apa?" Staf wanita itu mengangkat telinganya, apa yang dikata
Read more
23. Penurut Sekali!
"Ugh!" Zayyad menutup mulutnya. Ia merasa mual. Sepasang alisnya terjalin erat menahan nyeri di perutnya."Tahan!" Alina mengangkat tangannya dan bergegas mundur kebelakang. "Aku ke kamar mandi dulu!" Katanya kemudian sambil memasang senyum tak bersalah. Ia pun pergi berlari ke kamar mandi.Zayyad menggeleng-geleng kan kepala melihat tingkah laku wanita itu. Ia menarik nafas dan menghela nya perlahan. Perasaan nya sudah jauh lebih baik, mual nya hilang dan tidak ada lagi nyeri di perutnya. Tapi yang membuatnya heran--"Kenapa pipi ku panas sekali?" Ia menangkup kedua pipinya. Ada rasa panas yang menjalar dan rasanya itu tidak wajar. Membayangkan kejadian tadi, panas nya kian memuncak. "Ah! Lupakan!"Ketika Zayyad hendak pergi, tanpa sengaja ia melihat bubur ayam yang di belinya untuk Alina, masih tergeletak di atas meja dan sama sekali tidak tersentuh. Kemudian seseorang berteriak dari kamar mandi."ZAYYAD! KAU MASIH DI SANA?"Zayyad segera
Read more
24. Tangga Darurat Atau Lift?
"Tangga darurat atau lift? Pikirkan baik-baik!" Setelah mengatakan nya, Zayyad kembali menekuni dokumen di tangannya. Alina yang melihat itu, bibirnya terus mengerucut. Mau di pikir berapa kali pun ia tak akan memilih di antara kedua hal itu. Tapi tidak mungkin kan ia bermalam di tempat ini lagi?   "Aku sudah memikirkannya nya!" Kata Alina. Ia menoleh pada pria itu, yang tampak sangat serius. Dahinya sama sekali tidak berkerut, tapi sorot matanya yang sedang membaca itu, tajam dan teliti. Alina tanpa sadar terpesona oleh pemandangan itu. 'Aku baru tau, seorang pria dapat begitu menarik di saat serius'. Itu adalah kali pertama baginya, memperhatikan seorang pria, sampai begitu terpikat. Itu karena ia tidak pernah menaruh perhatian pada pria manapun sebelumnya.   Masa mudanya ia lewati tanpa jatuh hati pada lelaki manapun. Ia tidak punya 'cinta monyet' dan tidak tertarik terlibat di dalamnya. Dulu ia belum begitu membenci pria, hanya saja ia t
Read more
25. Mengancam Seorang Pria
Alina merebahkan tubuhnya ke ranjang. Menikmati empuknya bantalan lembut yang memukul kepalanya.Tatapan matanya terlihat sedih, percakapan tadi kembali terngiang di benaknya.   "Ini adalah hal yang lumrah terjadi"   "Maksud nenek?"   "Dulu nenek mengira ini hanyalah ruam bintik merah biasa, tapi ternyata ini adalah gejala awalnya" Ketika wanita tua itu mengatakannya, mata tuanya terlihat suram. "Timbulnya bintik-bintik merah di bawah kulit nenek yang keriput ini adalah akibat dari pendarahan. Mungkin akan terus begitu selama penyakit ini--"   "Nek!" Alina yang tak sanggup mendengarnya lagi, menarik wanita tua itu dalam pelukannya."Besok kita ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan"   "Tidak!" Neneknya terus mendorong tubuhnya menjauh. "Nenek tidak mau!"   "Tapi nek-"   "Nenek ke kamar dulu! Mau istirahat"   Alina m
Read more
26. Bukan Kucing Mu
Zayyad mengambil panci, meletakkannya di bawah pancuran air. Setelah penuh, ia mematikan keran. Dan membawa panci berisi air itu untuk di panaskan di atas kompor. Menarik nafas dalam-dalam, ia menghelanya perlahan. 'Sebenarnya apa yang wanita itu coba lakukan selarut ini?' Tanya Zayyad dalam hatinya. Ia sama sekali tidak dapat menebak jalan pikir wanita itu. Berjalan kearah kulkas, ia membuka pintu lemari pendingin. Lalu mengambil sebotol air. Sesaat, kata-kata kakeknya beberapa waktu yang lalu. Kembali terngiang di benaknya."Ingat, dalam diri kalian ini memiliki luka masa lalu yang tak jauh berbeda! Ini akan membuat kalian lebih memahami keadaan satu sama lain. Siapa tau dengan kalian bersatu seperti ini, kalian dapat menjadi penyembuh bagi satu dan yang lainnya" Menutup pintu kulkas, Zayyad tertawa kecil. "Pft! Penyembuh bagi satu dan yang lainnya, katanya? Aku tidak tau darimana kakek mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi untuk
Read more
27. Senang Memanjakannya!
Saat ini mata Zayyad sudah di tutupi dengan penutup mata untuk tidur. Sedangkan kedua tangannya sudah memakai sarung tangan. Ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dimaksud wanita itu dengan ini. Perlahan ia menguap, rasanya ingin sekali ia segera berbaring di atas empuknya ranjang dan tertidur.   "Kau tidak boleh tidur!" Seru Alina yang melihat pria itu menguap.   "Em.." Sahut Zayyad, terdengar malas dan mengantuk.   "Sekarang ayo pijit kaki ku!" Kata Alina yang sudah selesai merendam kakinya di air hangat. Saat ini ia sudah meluruskan kedua kakinya di atas ranjang. Menyingkap gaun tidurnya, ia mengoleskan obat yang di berikan Zayyad tadi padanya. Rasa menthol beserta aroma terapi pun menyeruak masuk ke hidungnya.   "Jadi maksud mu ini adalah caranya agar aku tidak pingsan?" Tanya Zayyad sambil menunjuk matanya yang sudah mengenakan penutup mata warna hitam. Lalu mengangkat kedua tangannya ya
Read more
28. Pria Yang Merasa Kehilangan
Baru saja beberapa hari berlalu setelah hari pernikahannya, tapi Alina sudah merasa sangat bosan. Ia bangun, makan dan tidur lagi. Sangat bertolak belakang dengan rutinitasnya sebelum ia menikah.    Sebagai seorang wanita yang sudah memiliki tekad untuk tidak menikah, ia tentunya harus sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tapi ia tidak pernah mengira, kelak akan menikah dengan seorang bos besar perusahaan dan menjadi nyonya besar yang tidak perlu melakukan apa-apa. Cukup duduk santai dan menikmati hidup. Meskipun kehidupan seperti ini adalah dambaan setiap orang, tapi tidak untuknya.   Ia seorang wanita yang mencintai pekerjaan dan kesibukan. Kehidupan seperti ini hanya akan membuatnya mati karena kebosanan.   "Huft! Aku merindukan suasana kelas dan murid-murid ku" Katanya, sambil meletakkan gelas yang sudah ditenggaknya habis di atas meja.   "Berapa hari lagi aku harus hidup membosank
Read more
29. Datang Menjemputnya Pulang?
Keesokan harinya, Alina mulai mengajar seperti biasanya. Mencatat materi yang diberikan nya di papan lalu menerangkan pada anak-anak didiknya. "Apakah ada yang ingin bertanya?" Semua siswi menggeleng. Materi yang diajarkan Alina hari ini tidak terlalu sulit. Jadi wajar saja jika mereka sudah memahaminya. Setelah jam mengajar nya habis. Alina beranjak keluar dari kelas. Ketika ia tengah berjalan di lorong sekolah, seorang guru datang menghentikan nya. "Bu Alina" Panggilnya sambil tersenyum sopan. "Iya Bu Rika, ada apa?" "Anda dipanggil keruang kepala sekolah" Alina terdiam sejenak dan berpikir. Kenapa tiba-tiba kepala sekolah memanggil nya? "Baik Bu Rika, saya akan segera kesana" Alina pergi keruangan nya untuk meletakkan buku-buku yang ia bawa. Lalu ia pun bergegas ke ruang kepala sekolah. Tok..to
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status