Semua Bab Ikatan Yang Ditakdirkan: Bab 61 - Bab 70
213 Bab
60. Kenapa Kau Mencubit Ku?
Alina perlahan bangun dari duduknya. Jika ia tidak bergerak sekarang, maka neneknya akan menasehatinya panjang lebar seperti biasanya. Alina terlalu malas menerima tekanan itu, karena saat ini ia hanya ingin bersantai. Jadi dengan terpaksa ia berjalan pelan mendatangi Zayyad. "Sayang...kau pulang awal hari ini?" Alina menarik kedua sudut bibirnya selebar mungkin, memaksa seulas senyum. Zayyad tidak bodoh untuk menyadari kalau itu hanyalah tipu muslihat Alina untuk menyenangkan hati neneknya. Tapi ia akan memanfaatkan situasi ini untuk lebih memastikan. Apakah benar kini Alina menjadi satu-satunya pengecualian? "Iya, aku pulang awal hari ini" Zayyad mengangkat tangannya dan memegang kedua belah pipi Alina lembut. Secarik senyuman terbit di wajah tampannya dan mata coklatnya menatap Alina hangat. Alina yang menerima perlakuan itu, membulatkan matanya terkejut. Ia dengan cepat mengangkat tangannya untuk menyingkirkan tangan Zayyad. Tapi Zayyad yang menya
Baca selengkapnya
61. Tidak Boleh Melakukan Itu
Alina baru saja akan naik ke tempat tidur, tapi melihat Zayyad yang berjalan kearahnya. Alina pun menghentikan niatnya dan mematung di tempat. Alina melihat Zayyad malam ini mengenakan jubah tidur longgar bewarna biru gelap, itu membungkus tubuh kekarnya dengan begitu menawan. Memperjelas bentuk dada bidangnya dan membangun aura pria tampan yang begitu menggoda. Begitu saja, pipi Alina memerah. 'Ah, apa yang kupikirkan!' Diam-diam Alina mengutuk pikiran kotornya. Zayyad sudah berdiri tepat di depan Alina. Melihat tubuh kurus wanita itu yang tampak begitu kecil dalam balutan piyama putih polos dengan pita kecil di kerahnya. Tiba-tiba melihat kedua pipi Alina yang memerah, Zayyad dengan cemas bertanya. "Alina, apa kau demam?" Zayyad mengambil beberapa langkah maju ke depan, berniat untuk menyentuh kening halus wanita itu. Alina yang melihat Zayyad mengulurkan tangannya ke depan, dengan panik menghindar. "Diam di sana!" Katanya, gugup. Za
Baca selengkapnya
62. Persyaratan Untuk Berbagi Ranjang
Pertanyaan itu membuat Alina terdiam. Apakah ia malu? Jelas tidak. Hanya saja ia tidak ingin membiarkan pria itu mengambil kesempatan darinya. Menarik nafasnya, Alina menghelanya perlahan. Lalu ia dengan tenang menjawab pertanyaan Zayyad. "Tidak!" "Lalu kenapa kau tidak mau berbagi ranjang dengan ku?" Tanya Zayyad lagi. "Karena aku tidak mau membiarkan mu mengambil kesempatan dari ku" Kata Alina, lugas dan berterus terang. Zayyad membatu beberapa detik. Mengambil kesempatan? Setelah memutar otaknya dengan keras dan mengaitkannya dengan beberapa perkataan Alina sebelumnya, perlahan ia mulai mengerti. "Alina..kau berpikir terlalu jauh!" Alina memperhatikan wajah Zayyad dan berpikir. 'Mungkinkah aku berpikir terlalu jauh?' Menyadari kekonyolan yang telah ia lakukan, Alina tidak tau harus bersikap seperti apa. "Ap-apanya ber-berpikir terlalu jauh" Menggigit bibir bawahnya, Alina berkata dengan gugup, berusaha mengelak dari apa yang dikatakan Zayya
Baca selengkapnya
63. Menjinakkan Binatang Buas
"Ini untuk kesejahteraan kedua belah pihak" Jelas Alina. Zayyad yang sudah memakai penutup mata, sama sekali tidak bisa melihat apapun lagi. Segalanya hitam dan gelap. Ketika mendengar Alina mengatakan 'kesejahteraan kedua belah pihak', ia sama sekali tidak mengerti apa maksudnya itu. Tapi tiba-tiba saja Zayyad merasakan telapak tangan kecil yang agak kasar, meraih kedua pergelangan tangannya. "Alina...kau ingin melakukan apa?" Zayyad yang tak dapat melihat apa yang dilakukan Alina padanya, mengerutkan keningnya penuh tanya. Alina tidak menjawab, diam-diam ia tersenyum kecil melihat sikap Zayyad yang sangat penurut seperti biasa. Alina yang sudah memegang kedua tangan Zayyad, perlahan mulai mengikatnya dengan dasi. Zayyad yang akhirnya menyadari apa yang dilakukan Alina, sontak terkejut. "Alina.. kenapa kau mengikat tangan ku?" Zayyad dengan cemas melawan. Ia tidak ingin tangannya diikat dengan dasi. Itu adalah mimpi buruk yang tak ingin dialaminya la
Baca selengkapnya
64. Apa Yang Kau Lakukan?
"Tahan..satu, dua, tiga, empat..." Alina meluruskan punggungnya, berdiri tegap dengan satu buku tebal di atas kepala. Wajahnya yang masam, rasanya seperti ingin menggigit seseorang. Dalam dua jam ini, ia sudah sangat frustasi mengikuti semua arahan madam Ranti. Seorang pelatih yang di siapkan Zayyad untuk mengajarinya berdansa. "Rentangkan tangan!" Suara lantang madam Ranti, memecah ruang tamu besar yang sunyi. Wanita paruh baya itu sungguh mengingatkan Alina dengan guru matematika killer nya semasa sekolah dulu. Tubuhnya sangat proporsional, tinggi dan langsing. Rambut hitamnya tersanggul rapi, raut wajahnya tirus seperti telur dan kerutan penuaannya tersamarkan cukup baik dengan polesan bedak tipis. "Madam.. sepertinya kita tidak perlu melakukan semua latihan dasar ini. Langsung saja—" "Cepat lakukan!" Puk! Tongkat kayu kecil jatuh memukul bokong Alina. "Aduh!" Alina mengiris nyeri dan merasa sangat kesal. Dulu ia mendapatkan
Baca selengkapnya
65. Pria Yang Tau Membujuk Wanita
"Turunkan aku!" Zayyad tidak menurunkan Alina. Berjalan kearah ranjang, ia membaringkan wanita itu di sana dan membuatnya bersandar di kepala ranjang. Alina melipat kedua tangannya, mendengus kesal. Kalau bukan karena neneknya, di bawah tadi ia pasti sudah menggigit pria ini tanpa ampun. Zayyad yang melihat wajah masam Alina, ia langsung tau ada sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi. Duduk di pinggir ranjang, ia dengan lembut bertanya, "Alina...ada apa? Kenapa muram begitu? Alina melirik kearah Zayyad, memelototinya tajam. "Menurut mu?" Zayyad menarik nafas, menghelanya perlahan. Melihat Alina yang cemberut, rasanya tak jauh berbeda dengan anak kecil yang merajuk karena tidak dibelikan mainan. Tanpa sadar, ia tertawa kecil. "Apa yang kau tertawa kan?" Alina sudah sangat menderita seharian ini, tapi pria di depannya ini masih bisa tertawa. Alina merasa gatal untuk mencakar wajah tampan itu. Zayyad menutup rapat bibirnya, berhenti
Baca selengkapnya
66. Paket Khusus Pasangan
Sesampai di pertengahan jalan besar yang padat, kesibukan kota di malam hari menggoda Alina untuk menurunkan kaca mobil dan melirik keluar. Memperhatikan mobil-mobil yang berlalu-lalang dan beberapa motor yang hanya hitungan jari. Sungguh kota Y ini di penuhi oleh orang-orang besar. Kota besar dengan kehidupan yang monoton. Alina dapat memperhatikan beberapa mobil di luar sana yang hampir rata-rata dikendarai para pekerja yang baru saja pulang dari lembur. Di samping monoton, kehidupan di kota ini juga terlihat melelahkan. Tepat di ketika lampu merah menyala, Zayyad menghentikan mobilnya. Detik itu Alina teringat, ia belum memberi tahu Zayyad kemana mereka akan pergi. "Zayyad" "Em" Zayyad menoleh kearah Alina. "Aku melihat beberapa ulasan cafe ternama yang ada di kota Y. Aku menemukan satu cafe yang cukup menarik, namanya 'star night', kita..pergi ke sana saja, boleh ya?" Tanya Alina, mengedip-ngedipkan matanya memohon. Itu pertama kalinya Alina memoh
Baca selengkapnya
67. Janji Ya...?
Alina menatap beberapa saat pada menu yang terhidang di meja bulat putih itu. Sepiring kue berbentuk hati, bewarna merah dengan lapisan coklat, dan bertabur bubuk kopi halus diatasnya. Di samping itu ada semangkuk ice cream besar, dengan tiga varian rasa, vanila, coklat dan moccha. Dan terakhir satu gelas besar cappucino hangat dengan sentuhan seni bergambar 'hati' di atasnya.Semua hanya ada satu piring, satu mangkuk, dan satu gelas— apakah ini yang dinamakan paket pasangan?"Ada apa?" Zayyad yang melihat Alina hanya diam menatap menu di atas meja, bertanya. "Kau tidak suka dengan sajiannya?"Alina menggeleng, matanya termenung menatap ke hidangan itu. Bagaimana mungkin ia tidak menyukainya? Semua dari mereka begitu lezat dan menggiurkan. Terlebih lagi kue yang berbentuk hati itu, aroma bubuk kopinya berkali-kali sudah menggoda penciumannya. Hanya saja yang membuatnya bimbang..."Lalu kenapa hanya menatapnya saja? Tidak di makan?" Tanya Zayyad lagi
Baca selengkapnya
68. Tidak Hanya Satu Binatang Buas
Kening mereka bertemu, bulu mata yang saling mengenai, hidung yang sudah menyentuh ujung hidung satu sama lain, dan—keduanya saling menahan nafas. Beberapa detik berlalu, tidak ada yang berani melanjutkan lebih dari itu. Mereka hanya menatap dalam diam dan heningInsting Zayyad kala menatap bibir coklat kemerahan dibawahnya, ada rasa ingin yang sangat kuat untuk segera menyentuh dan mengecupnya lembut. Mengepalkan tangannya, Zayyad menahannya. Ia tidak ingin melakukannya. Ia ingin menjaga perasaan Alina.Zayyad perlahan meluruskan punggungnya, ingin berdiri tegap, untuk segera menjauhi godaan itu.Tapi tidak pernah menduga, Alina tiba-tiba berjinjit dan langsung mengalungkan tangannya di lehernya, menahannya dari bergerak. Perlahan bibir merah kecoklatan itu mendekat, menyentuh permukaan bibirnya dan menekannya lembut.Mata Zayyad membulat lebar, tindakan wanita itu nyaris hampir membuatnya lupa bernafas. 'Alina, sungguh menciumnya atas inisiatifnya
Baca selengkapnya
69. Terlalu Memanjakan Istri
Akhirnya sampailah pada hari terakhir untuk Alina menerima latihan-latihan kaku yang cukup membuatnya bosan. Walau ia merasa agak aneh, kemarin madam Ranti tidak membawa tongkat untuk memukulnya jika berbuat salah. Alina mengira wanita paruh baya itu lupa membawanya, tapi pada hari terakhir ini madam Ranti juga tidak membawanya.Alina sangat yakin madam Ranti tipe pengajar yang tidak bisa jauh dengan tongkat dan memukul murid nakal sepertinya. Tapi kenapa dalam dua hari ini madam Ranti tidak melakukannya? Jika ia mengeluh, madam Ranti akan menyuruhnya beristirahat. Jika ia melakukan kesalahan, madam Ranti akan memperbaikinya secara perlahan. Sungguh perubahan yang mengesankan ini membuat Alina merasa heran.Padahal ini adalah hari terakhir, Alina sudah mempersiapkan diri untuk menerima pukulan tongkat di bokong nya untuk yang terakhir kali. Tapi tidak mengira, ia tidak perlu merasakannya."Baik, kita istirahat sebentar!" Tukas madam Ranti. Wanita paruh baya itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status