All Chapters of Ikatan Yang Ditakdirkan: Chapter 81 - Chapter 90
213 Chapters
80. Memilih Posisi Aman
Zayyad melihat penampilan Alina yang begitu berantakan dan yang paling mengejutkannya—wanita itu tidak mengenakan penutup kepalanya, "Apa mereka melakukan sesuatu padamu?" Tanya Zayyad, terdengar cemas. Ia tidak akan pernah memaafkan siapapun yang telah melecehkan istrinya.Alina menggelengkan kepalanya, lesu. Mata hitamnya berkilat sedikit kesedihan yang bercampur dengan api kebencian, "Tidak, hanya saja aku benci karena mereka melihat rambut ku"Zayyad mengepalkan tangannya dan hawa dingin menguasai dirinya. Ia tau betapa Alina menjaga dengan baik mahkota hitamnya, karena benci dilihat oleh para lelaki. Dan para bajingan itu melepas hijabnya? Ia sebagai suaminya, tidak bisa menerima hal itu. Ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga kehormatan istrinya, "Bakri menghubungi ku, para bajingan itu sudah diboyong ke kantor polisi"Mendengar hal itu, mata Alina tersenyum dingin. Ia masih ingat dengan jelas, bagaimana tatapan mereka begitu dimanjakan setelah ma
Read more
81. Aku Kagum Padamu
Dokter wanita itu duduk di tepi ranjang dan mulai memeriksa luka di telapak kaki Alina. Itu sangat mengerikan, darah yang sudah lengket tampak menghitam karena tanah. Ada beberapa gelembung kecil yang bernanah muncul memenuhi telapak kaki Alina, "Bu, sebenarnya apa yang anda lakukan dengan kaki ini hingga terluka begitu parah? Alina yang mendengar pertanyaan itu, tersenyum kecil. Ia tidak tau harus menjawab apa. Haruskah ia mengatakan berlari-lari di atas tumpukan kerikil tajam dengan kaki telanjang semalaman? "Apakah itu cukup parah?" Alina tau telapak kakinya terluka dan berdarah. Tapi tidak terpikir olehnya, dokter akan mengatakan hal yang sama seperti Zayyad— lukanya itu parah. "Em" Dokter wanita itu mengangguk dengan serius. Ia membuka kotak obatnya dan mengeluarkan barang-barang yang diperlukan untuk membersihkan luka kaki Alina, "Saya akan membersihkan lukanya dulu, mungkin ini agak menyakitkan, karena sebagiannya sudah bernanah" "Iya dok" Alin
Read more
82. Aroma Tubuhmu
Alina menatap mata coklat Zayyad yang bening dan menawan. Ia dapat merasakan ketulusan pria itu dari sana. Hati wanitanya bergetar, mungkin selama hidupnya, itu adalah pujian yang paling menyenangkan yang pernah ia dengar. Tatapan Alina melembut, hatinya tersenyum, entah kenapa ia merasa sangat bahagia dengan pujian sederhana itu. Kuat, tangguh— dua kata itu sangat bermakna baginya. "Sangat disayangkan, karena wanita kuat seperti mu ditakdirkan bersama pria lemah seperti ku" Zayyad memasukkan handuk ke dalam ember dan memerasnya. Sekilas Alina dapat melihat, ada kabut samar di sepasang mata coklat itu. Meskipun ekspresi wajahnya tidak berubah, tapi ia dapat merasakan aura melankolis yang menguasai Zayyad, "Menurut ku itu tidak buruk" Zayyad sedikit membungkuk, tangannya mulai membasuh tulang selangka Alina dan leher jenjangnya. Mendengar jawaban wanita itu, tangannya berhenti menggosok. Mengangkat kepalanya, tatapannya jatuh pada Alina, "Kenapa?"
Read more
83. Apa Kau Mulai Mencintai Zayyad?
Setiba di rumah sakit, Zayyad langsung membawa Alina ke bangsal tempat Erina di rawat. Disana sudah ada Irsyad yang menjaga wanita tua itu. Ketika Zayyad membuka pintu, ia melihat kakeknya yang tengah menatap neneknya Alina dengan ekspresi yang tak terkatakan. Mata tuanya terlihat kuyu dan tubuhnya terlihat mengurus, padahal beberapa waktu lalu kakeknya masih terlihat cukup bugar dengan badan yang terbilang berisi. Alina yang melihat Irsyad, merasakan hal yang sama seperti dipikirkan Zayyad. Irsyad menatap neneknya dengan sorot mata yang berbeda. Tapi ia cukup sulit mengartikan apa itu. "Kalian sudah datang!" Irsyad tersadar dari lamunannya, melihat ke pintu, sudah berdiri Zayyad dan Alina yang baru saja datang. Zayyad dan Alina melangkah masuk kedalam. Irsyad terus bangun, mempersilakan Alina duduk. Zayyad mengambil posisi berdiri di dekat ranjang. "Kau baik-baik saja?" Irsyad bertanya pada Alina. Ia tidak mengira Zayyad sungguh menemukan wanita ini
Read more
84. Apa Aku Salah Membenci Pria?
Bibir Alina menegang. Beberapa saat, matanya tidak berkedip, membatu dan mengulang pertanyaan itu dalam hatinya, 'mulai mencintai Zayyad?' Otaknya bekerja cepat, membuat kesimpulan dan mulutnya terbuka dengan tegas berkata, "Tidak!"Hal seperti itu tidak akan pernah terjadi dalam hidupnya."Jadi sejauh ini, Alin belum bisa menerima Zayyad?" Erina terlihat kecewa. Meskipun selama ini ia sadar, kebersamaan Alina dengan Zayyad hanyalah tipu muslihat mereka didepannya, tapi ia masih memiliki setitik harapan kalau itu benar adanya.Alina tertegun. Melihat mata tua neneknya yang terlihat sedih, mengepalkan tangannya, ia tau salah. Ia merasa situasinya sangat rumit. Ia yang begitu membenci pria, terjebak dalam situasi dimana harus mencintai jenis itu, dapatkah ia melakukannya?Sejauh ini ia menganggap Zayyad pengecualian dan berhubungan baik dengannya, menurutnya itu sudah melebihi ekspektasinya. Tidak bisakah nenek melihat perjuangannya itu? "Nek..kau mengerti
Read more
85. Berhenti Bernafas
⚠️ Sensitive content ⚠️ *Bab ini berisi adegan sensitif yang menyimpang, harap bijak dalam membaca dan melewatkannya jika tidak nyaman* Alina sudah berada di taman yang berada di samping rumah sakit. Ia berjalan seorang diri, sekitar sunyi dan tak ada siapapun. Matanya menatap ke bawah, terakhir ia tidak dapat menahannya lagi. Kaca bening yang sudah dipertahankan begitu lama pun pecah, derai air mata meluncur dikedua belah pipinya, "Kenapa? Hiks..kenapa nenek tidak pernah bisa mengerti diriku?" Ia menangis sesenggukan, tubuhnya berguncang dan dadanya terasa sesak. Mendatangi sebuah pohon besar, Alina memukul benda keras dan bertekstur kasar itu berkali-kali untuk meluapkan segala emosi yang berkecamuk dalam dirinya. Ia tidak berhenti memukul, mengepalkan tangannya, ia memberi tinjunya yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia tidak berhenti melakukannya sampai melihat jari-jemarinya terluka, beberapa bagian k
Read more
86. Bersikaplah Lebih Lembut
Beberapa menit berlalu, Alina masih mendekap Zayyad erat. Angin di sekitar taman berhembus, bersamaan dengan itu terdengar dengkuran halus, Zayyad menautkan sepasang alisnya melihat kebawah. Menemukan Alina yang sudah tertidur begitu pulas dengan kepala bersandar di dadanya. Zayyad tersenyum kecil. Ia dengan lembut meleraikan Alina dari memeluknya dan menggendongnya.Zayyad tanpa sengaja melihat kedua kaki telanjang Alina yang diperban, sudah kotor oleh tanah dan bercampur sedikit noda darah. Lukanya masih basah, tapi wanita ini masih bersikeras berlari di atas tanah bebatuan dengan kaki telanjang, "Kenapa ceroboh sekali!"Zayyad kembali ke rumah sakit. Ia mendatangi ruang praktek yang kebetulan dokter yang berjaga di sana adalah seorang pria. Ia membaringkan Alina di atas brankar dan menoleh ke arah pria yang berkacamata tebal didepannya, "Dok, luka di kaki istri saya sepertinya terbuka. Ada noda darah diperban nya""Baik, coba saya lihat" Dokter pria itu melih
Read more
87. Jangan Buat Aku Malu!
Zayyad menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum puas. Tidak berpindah dari posisinya, ia semakin mencondongkan wajahnya ke depan, nyaris hampir menyentuh keindahan didepannya. Mata Alina terus membulat lebar, merasa sangat terkejut. Ia ingin membuka mulutnya mengatakan sesuatu, tapi kedekatan itu cukup membuatnya gugup nyaris kehilangan kata untuk berbicara. Tidak ada cara lain, Alina mencoba untuk tetap tenang dan menundukkan pandangannya kebawah. Dalam hati, entah berapa kali ia sudah mengumpati pria itu.  Alina dapat merasakan pergerakan wajah Zayyad yang nyaris hampir mengenai wajahnya, itu perlahan turun kebawah. Tepat ketika mulut pria itu nyaris mencapai daun telinganya, Alina dengan geli mengangkat bahunya dan menurunkan kepalanya  menghindar. 'Zayyad, awas saja jika kau berani melakukan yang tidak-tidak!' "Aku suka sikap mu yang patuh seperti ini" Zayyad membuka mulutnya, berbisik halus tepat di telinga Alina. Alina menegang,
Read more
88. Pertemuan Yang Tak Terduga
Alina dan Zayyad serempak menoleh pada asal suara, menemukan seorang gadis kecil dengan rambut terkepang dua, memegang boneka beruang ditangannya, dan mata bulatnya yang besar menatap bersemangat kearah Alina yang duduk di atas trolli. "Ingin seperti kakak yang mana?" Tanya seorang wanita yang sepertinya adalah ibu dari gadis kecil itu. Wanita itu terlihat muda dan cukup cantik. Rambut hitamnya yang lurus tergerai rapi sepinggang dan ia mengenakan gaun bermotif bunga-bunga selutut. "Seperti kakak itu!" Gadis kecil itu dengan bersemangat menarik gaun ibunya, sedang tangannya menunjuk kearah Alina, "Aku juga ingin duduk di atas trolli" Katanya, suara anak-anakan nya terdengar cukup menggemaskan. Ibu gadis kecil itu menoleh kearah Alina, menganggukkan kepalanya tersenyum sopan. Alina sungguh tidak tau ingin menyembunyikan wajahnya kemana. Ia juga menganggukkan kepalanya, tersenyum canggung, membalas keramahan wanita itu. "Tidak bisa sayang, troli kita su
Read more
89. Hanya Malam Ini Saja
"Sayang.. aku meminta mu menggendong ku bukan membopong ku" Gerutu Alina, terdengar manja. Tangannya memukul ringan punggung Zayyad, siapapun yang melihat, sekilas dapat menangkap betapa harmonisnya hubungan pasangan itu.Zayyad berdiri tegap. Memutar tubuhnya menghadap Alina, tangannya segera mengangkat tubuh wanita itu dari trolli. Alina mengalungkan tangannya dileher Zayyad, ketika pria itu mulai menggendongnya. Mengangkat wajahnya, ia pergi mencium pipi Zayyad lembut, "Terimakasih"Zayyad tercengang. Otaknya berpikir keras, apa maksud Alina melakukan semua ini? Alina diam-diam melirik kearah Cavell, yang sejak tadi hanya diam menatap mereka tanpa bersuara. Sikapnya yang acuh tak acuh dan aura gelapnya yang dingin, membuat Alina sukar membaca pria itu."Kau ayahnya Atifa, ambil troli ini untuk putri mu. Katanya ia ingin duduk di atas troli" Tukas Alina, nada dan gaya berbicaranya, jelas sekali tidak sopan.Zayyad dan Chana tidak bodoh untuk menangkap k
Read more
PREV
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status