Semua Bab Ikatan Yang Ditakdirkan: Bab 101 - Bab 110
213 Bab
100. Kembalilah Dalam Pelukan Suamimu
Zayyad mengawali hari baru, tanpa menemukan sosok tubuh yang berbaring di sampingnya. Matanya tersenyum pahit, melihat sisi sebelah ranjangnya yang terlihat lapang dan sepi. Ada rasa hampa dihatinya, kala tidak menemukan wajah cantik dan rambut acak-acakan Alina, yang biasa menyambutnya ketika ia membuka mata di awal pagi.  Menjalani rutinitas paginya seperti biasa, Zayyad tak lupa menyiapkan sarapan semangkuk bubur untuk Erina dan sepiring roti bakar untuk Alina. Irsyad baru saja melangkah ke dapur, meminum segelas air. Melihat Zayyad meletakkan sepiring roti bakar keju di atas meja, ia langsung bertanya, "Sejak kapan kau sarapan dengan roti keju?" Selama yang Irsyad tau, cucunya yang monoton itu selalu memiliki sarapan yang sama di setiap paginya— sepiring roti selai kacang. Zayyad tidak pernah mengubah menu sarapannya itu, seakan ia tidak akan pernah bosan. "Ini untuk Alina" Zayyad menatap sepiring roti bakar keju yang sudah ada di atas meja, dengan p
Baca selengkapnya
101. Apa Kau Tulus Pada Zayyad?
Maya sudah mengganti pakaiannya dengan baju rumahan milik Alina. Pergi ke dapur, ia mencuci sayur dan siap memasak. Alina juga datang ikut membantu. Mengambil wortel, meletakkannya di atas telenan, ia memotongnya bulat-bulat, "May..kau serius tidak ingin menemani ku satu hari lagi?" Alina sungguh sangat bersyukur, karena masih ada Maya yang bersedia mengurusinya yang pengangguran ini. Jika tidak, mungkin ia sudah kelaparan dari semalam sampai sekarang. "Hari ini saja! Besok kau kembali ke kota Y" Maya mengecilkan nyala api kompor dan mulai mengaduk sayur bayam yang sedang direbus didalam panci. Alina berhenti memotong wortel, terus pergi memeluk Maya dari belakang, ia dengan manjanya menyandarkan dagunya di atas pundak sahabatnya itu, "May.. ayolah besok juga ya?" "No!" Maya menggelengkan kepalanya. "May..aku masih butuh waktu untuk sendiri. Besok..sehari saja lagi, ya??" "Engga!" Maya dengan tegas menolak. "May.. ayolah, kalau
Baca selengkapnya
102. Rencana Maya
"Aku gak tau!" Zayyad mengedikkan bahu. Ia sungguh tidak tau kapan ia memiliki perasaan yang seperti itu terhadap Alina, "Yang jelas.. setelah aku menikahi Alina, sedikit demi sedikit, ada rasa egois yang muncul dalam diriku. Rasa memiliki yang membuat ku tidak ingin melepasnya..." Rasa egois, yang membuatnya menerima sebuah tamparan keras dari Alina. Mengenang momen itu, Zayyad tersenyum samar. "Baguslah! Jadi, kakek tidak perlu menyesal. Karena sudah sepakat dengan Erina,  menjodohkan kalian berdua" Irsyad yang tidak punya hal apa-apa lagi yang harus dikerjakan di dapur, bersiap untuk pergi. Tapi sebuah pertanyaan dari Zayyad, menahan langkahnya. "Apa menurut kakek pernikahan kami dapat bertahan lama?" Irsyad berbalik. Melihat cucunya yang tertunduk lesu. Sorot matanya sendu dan wajahnya seperti seseorang yang tidak memiliki semangat hidup. Penampilan Zayyad yang begitu, berhasil membuat Irsyad mengenang dirinya dulu. Yang pernah pupus
Baca selengkapnya
103. Aku Merindukanmu...
Hari sudah menjelang sore, tapi Maya masih juga belum kembali. Tadi siang Maya mengirimkan sekotak makanan melalui kurir, katanya ia tidak sempat pulang untuk memasak, jadi hanya bisa memesan dari restoran. Alina merasa sangat bosan duduk di rumah, berniat untuk mengajak Maya jalan-jalan keluar. Mengeluarkan ponselnya, ia menghubungi sahabatnya itu. "Assalamu'alaikum may..kau sibuk apa sampai sore seperti ini tidak pulang-pulang?" Tanya Alina, ketika panggilan tersambung. "Wa'alaikumsalam..aku masih diruang nih, membereskan rapor anak-anak, hari ini sudah harus selesai" Maya tidak berbohong. Posisinya saat ini memang sedang dalam kantor guru, menyelesaikan urusannya. Di samping rencana yang sudah dirancangnya untuk Alina, kesibukannya itu ternyata cukup membantu. "Aku tidak menyangka, akhirnya kau bisa menjadi guru wali kelas" Dulu, ia dan Maya hanyalah pengajar kontrak biasa. Yang hanya mengajar materi yang mereka pegang. Tapi tidak pernah mengira, M
Baca selengkapnya
104. Alina Kau Tega?
Alina mengangkat kakinya, mengambil beberapa langkah mendatangi kasurnya dimana Zayyad sedang berbaring di sana. Tepat ketika ia hendak duduk di tepi kasur, sebuah lengan kokoh terjulur ke depan, dengan cepat menarik pinggangnya hingga ia terjatuh— Bruk! Tubuhnya jatuh menimpa tubuh Zayyad. Alina tersentak kaget, bersiap untuk bangun hanya untuk ditahan oleh tangan Zayyad yang menekan punggungnya lembut, "Nanti saja marahnya ya..." Alina tertegun. Posisinya yang menekan tubuh Zayyad seperti ini, membuatnya dapat merasakan detak jantung pria itu dengan jelas, dadanya yang naik turun menarik nafas dan suhu tubuhnya yang ikut mendominasi tubuhnya. Alina dapat merasakan semua itu. "Zayyad kau ini sebenarnya sakit tidak sih?" Alina berusaha melepaskan diri dari kukungan Zayyad. Posisi seperti itu sama sekali tidak nyaman untuknya. "Shh..." Terdengar Zayyad mendesis kesakitan, tangannya pun melonggar sehingga Alina akhirnya dapat pergi denga
Baca selengkapnya
105. Aku Membutuhkanmu...
Alina menggertak kan giginya, merasa kesal. Ia sudah sangat baik malam ini, tapi pria ini masih mencurigainya? Merebut sendok itu dari tangan Zayyad, ia langsung menyuapkan sesendok bubur itu kedalam mulutnya Alina mengecap bubur itu berkali-kali dan rasanya cukup pas, "Masih tidak percaya?" Zayyad tersenyum, mengambil sendok itu dari tangan Alina. Lalu ia mulai memakan bubur itu dengan sendok yang sama tanpa ragu. Alina yang melihat itu, merasa agak terkejut, "Itu kan bekas.." "Rasanya enak.." Zayyad tersenyum. Suapan demi suapan terus dilayangkan ke mulutnya. Membuat Alina merasa tak percaya, bukannya dia mengatakan tidak nafsu makan? "Kata mu..kau tidak nafsu makan. Tapi kenapa—" Alina melihat bubur yang sudah tersisa sedikit di mangkuk. "Karena ada penambah rasa khusus.." "Penambah rasa khusus?" Sepasang Alis Alina bertaut, tidak mengerti. Ia ingat, hanya menambahkan garam di dalam bubur, selebihnya ia tidak menaburkan apap
Baca selengkapnya
106. Wajah Di Penuhi Semut-Semut
"Apa kau masih perlu bertanya kenapa?" Alina menganggukkan kepalanya, mengiyakan. Zayyad sudah berhasil membersihkan rumornya— yang seorang 'gay' dan bos besar perusahaan yang mengidap 'gynophobia'. Setelah dansa singkat mereka di pesta malam itu, semua orang pasti sudah beranggapan rumor-rumor itu tidak benar adanya dan hanya kabar burung yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bukankah sejak awal, Zayyad menikahinya untuk itu? Semuanya sudah berjalan seperti apa yang ia harapkan, lalu untuk apa masih membutuhkannya? "Karena kau adalah istri ku. Bagaimana mungkin aku tidak membutuhkan mu?" Alina terkesiap. Jawaban itu sungguh diluar dugaannya. Menarik tubuhnya dan melepas tangan Zayyad yang melilit perutnya, ia mengubah arah posisi berbaringnya pergi menghadap pria itu. "Zayyad jangan bercanda, sejak awal kita menikah untuk memenuhi tujuan kita masing-masing. Kau untuk membersihkan rumor tentangmu dan aku untuk membahagiakan nenekku.
Baca selengkapnya
107. Lehermu Cantik...
Alina akhirnya setuju untuk pulang bersama Zayyad. Ia sadar diri, sebagai seorang pengangguran yang tidak punya sepeser uang pun di tangan, bagaimana dapat melanjutkan hidup? Sedangkan untuk makan dan biaya sehari-hari saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ia juga tidak mungkin terus-menerus merepotkan Maya. Di samping itu ia merasa, Zayyad sepertinya sudah jatuh hati padanya. Kenapa tidak ia manfaatkan saja perasaan pria itu untuk kesenangannya? "Tiket pesawatnya sudah ku pesan, kita akan berangkat sekitar pukul sepuluh pagi..." Alina hanya menganggukkan kepalanya. Dalam hati, ia merasa sangat iri dengan cara hidup Zayyad. Ia untuk pulang pergi dari kota Z ke Y saja hanya dapat mengandalkan tranportasi darat yang terbilang cukup ekonomis, meskipun memakan waktu yang lama. Tapi Zayyad dengan mudahnya menggunakan transportasi udara seakan-akan itu hanyalah angkutan umum biasa. Tok..tok... Terdengar suara ketukan di pintu depan. "Se
Baca selengkapnya
108. Istri Saya Lagi Tidur
Drtt... Dering ponsel yang ada dalam saku Zayyad, berhasil membuat pria itu tersadar dengan apa yang baru saja ia lakukan. Zayyad segera melepaskan pinggang Alina dan mengambil beberapa langkah menjauh. Mengeluarkan ponselnya, ia pergi keluar kamar untuk menjawab panggilan. Alina yang beberapa waktu lalu menahan nafas, akhirnya dapat mendesah lega. Tangannya mengibas-ngibas wajahnya yang tidak tau kenapa terasa panas. "Iyaa, kami akan segera kembali ke kota Y hari ini..." Ucap Zayyad pada seseorang yang berada dalam panggilan, yang tidak lain adalah Irsyad. "Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil membujuknya" "Katakan pada nenek untuk tidak perlu khawatir, Alina cukup patuh kok.." Kata Zayyad, sembari menyunggingkan senyum diwajahnya. "Sudah dulu ya kek, kami harus bersiap-siap.." "Assalamu'alaikum.." Panggilan berakhir. Zayyad kembali masuk kedalam kamar, merasa agak gugup dan canggung bertemu Alina mengingat per
Baca selengkapnya
109. Akhirnya Berhenti Juga...
"Zayyad kau pulang.." Sambut Irsyad yang masih berada di ruang tamu bersama Bara. Melihat Zayyad yang datang dengan menggendong Alina, merajut sepasang alisnya ia melempar tatapan penuh tanda tanya pada Zayyad, "Alina kenapa?" "Dia tertidur, sepertinya kelelahan" Terang Zayyad. Irsyad menganggukkan kepalanya mengerti. "Kau sangat memperhatikan saudari ipar ya.." Suara lain yang muncul di ruang tamu, membuat Zayyad berpaling dan menemukan Bara yang sedang duduk di sofa tunggal. "Kau ada di sini?" Tanya Zayyad, terlihat tidak senang. Padahal setelah beberapa kali terjerat dalam taktik kotor Bara, Zayyad tidak pernah sedikitpun membenci sepupunya itu. Tapi setelah apa yang Bara lakukan pada Alina, ia sungguh tidak dapat menoleransinya lagi. Dan setiap kali mengingatnya, itu hanya akan membuatnya muak ketika melihat wajah Bara seperti saat ini.  "Ya!" Bara menganggukkan kepalanya, tersenyum santai. "Untuk apa k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status