Semua Bab Ikatan Yang Ditakdirkan: Bab 121 - Bab 130
213 Bab
120. Aku Suka Lavender
Sepanjang perjalanan, Alina yang duduk di bangku depan tepat di samping Cavell yang mengemudi, kepalanya terus terkulai ke kepala kursi dalam keadaan mata terpejam. Cavell yang fokus menyetir, sesekali menoleh pada Alina. Cavell melihat kedua belah pipi Alina yang tirus, sudah memerah seperti buah persik. Cavell tau kalau Alina mabuk. Alina yang berhijab, pasti tidak pernah menyentuh atau bahkan mengkonsumsi alkohol sebelumnya. Cavell menghentikan laju mobilnya ketika melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Bersamaan dengan itu Cavell mendengar suara lirih Alina yang merintih kepanasan. "Panas.." "Ahh..hah..panas.." "Hah..hah..kenapa panas sekali?" Alina tidak membuka matanya. Hanya bibirnya yang bernoda darah itu terus merintih dan mendesah kepanasan. Cavell melirik kearah Alina yang sudah bersiap untuk menanggalkan pashmina yang membalut leher dan kepalanya. Cavell dengan sigap mencegahnya, "Tidak di sini.." Cavell menahan tangan Al
Baca selengkapnya
121. Kau Sudah Tidak Sabar Ya?
Detik itu, mata elang Cavell menyala-nyala. Sekujur tubuhnya menegang. Perasaan yang menggelitik dari jari-jemari kecil Alina yang mempermainkan permukaan bibirnya, menghasilkan rasa panas yang mulai menjalar ke seluruh sel saraf dalam otaknya, membuatnya merasa begitu bergairah. "Kau ingin aku puaskan seperti apa, hem?" Mata elang Cavell tersenyum dingin, jari-jemarinya mulai menari pelan di atas permukaan wajah Alina yang halus. Alina yang masih dalam keadaan mabuk, retinanya menangkap seseorang yang sedang menatap wajahnya saat ini adalah Zayyad. Tapi Alina melihat itu bukanlah tatapan menggoda Zayyad yang seperti biasanya. Tatapan itu dingin dan penuh hasrat, "Zayyad..kenapa kau terlihat berbeda sekali malam ini?" Cavell mencengkram seprai ranjangnya, mendengus kesal. Lagi-lagi Zayyad. Apakah Alina begitu mencintai pria lemah yang sangat tak tertolong itu? Lagipula wanita yang agresif seperti Alina sangat tidak cocok dengan pria gynophobic seperti
Baca selengkapnya
122. Kau Zayyad Ku
Zayyad melangkah terburu-buru keluar dari vila. Tapi setiba di depan halaman kediamannya yang luas, langkahnya terhenti melihat mobil roll Royce hitam miliknya tidak terparkir didepan. Mendengar langkah cepat yang datang dari belakangnya. Zayyad berbalik, melihat Bakri yang membungkuk dengan nafas tersengal-sengal."Pak..hah..hah.." Langkah Zayyad cukup cepat, Bakri bahkan harus berlari untuk mengejarnya."Mobil anda masih di sana. Nanti saya akan menyuruh seseorang untuk membawanya pulang. Bagaimana jika saya yang—""Berikan kunci mobil mu!" Potong Zayyad. Tatapannya yang terlihat suram, membuat Bakri menyadari satu hal— dia sudah melakukan kesalahan malam ini, karena meninggalkan Alina di bar begitu saja."Baik pak!" Bakri merogoh saku celananya, menyerahkan kunci mobilnya pada Zayyad."Hadi tolong buka pintu pagarnya.." Seru Zayyad. Kaki panjangnya dengan cepat menggapai sedan putih milik Bakri."Siap pak!" Hadi ber
Baca selengkapnya
123. Kecupan Pada Jari Telunjuk
Alina yang menggeliat tak sabaran sejak tadi, terdiam. Mata hitamnya menatap mata coklat Zayyad."Jika pun aku mau, aku ingin melakukannya atas persetujuan darimu..."Menarik kerah baju Zayyad, Alina dengan gigih berkata, "Aku menyetujuinya""..." Zayyad menghela nafas panjang."Ayo cepat! Kita lakukan sekarang ya, aku sudah tak tahan.." Rengek Alina mendesak Zayyad untuk segera memuaskannya. Tangannya dengan terburu-buru melepaskan kancing baju Zayyad. Rasa panas yang menjalar hingga ke pembuluh otaknya, membuat Alina merasa tak tahan untuk segera mendapatkan apa yang dibutuhkan tubuhnya.Zayyad tidak punya pilihan lain. Mengangkat tubuh kurus Alina, Zayyad membawanya pergi ke kamar mandi. Lalu ia meletakkan wanita itu kedalam bathtub."Zayyad, kenapa kau membawa ku kemari?" Keluh Alina, kesadarannya yang masih separuh linglung itu pergi memukul-mukul kesal lengan Zayyad.Zayyad tidak menggubris perlakuan Alina, terus menyalakan air
Baca selengkapnya
124. Lakukanlah Atas Dasar Cinta
"K-kau tidak ke perusahaan?" Kali ini Alina dengan cepat menarik jari telunjuknya dan Zayyad tidak menahannya lagi. Meremas selimut tebal yang menutupi separuh tubuhnya, Alina berusaha menetralisir rasa gugupnya."Sepertinya tidak.." Zayyad separuh bangun, pergi meletakkan bantal di kepala ranjang. Lalu Zayyad menyandarkan punggungnya.Alina tidak bertanya kenapa. Begitu banyak memar biru yang memenuhi leher Zayyad. Bibirnya pun terkoyak mengenaskan. Dengan penampilan yang menyedihkan seperti itu, bagaimana Zayyad bisa tampil percaya diri di hadapan para karyawan?"Semalam kau minum alkohol?"Zayyad teringat dengan nafas Alina yang bau alkohol dan sikapnya yang kegerahan tak wajar, pasti tidak hanya minuman biasa. Minuman itu pasti sudah dicampuri sesuatu."Tidak!" Alina mengambil guling, meletakkan di atas badannya, ia memeluknya senyaman mungkin."Tapi kenapa sikap mu..."Alina membelalakkan matanya, menyadari sesuatu. Seketika Alin
Baca selengkapnya
125. Cinta Hanyalah Omong Kosong
⚠️ Sensitive Content ⚠️*Bab ini mengandung cuplikan yang tidak pantas, harap membacanya dengan bijak dan melewatkannya jika perlu*Beberapa menit berlalu dengan keheninganBeberapa menit berlalu dengan keheningan. Zayyad masih berada di atas Alina. Mata coklatnya yang tak be-riak, terbuai dengan kecantikan yang berada tepat di bawahnya.Pelan, jantung Alina kembali berdetak tak karuan. Seluruh sel saraf dalam tubuhnya menjadi kaku, tiap kali nafas hangat Zayyad menerpa wajahnya. Matanya melirik ke bawah, mengikuti kemana tangan Zayyad pergi— itu mendarat di tulang selangkanya. Alina yakin, Zayyad pasti dapat melihat gerakan dadanya yang naik turun karena gugup.Alina merasakan, ujung jari-jemari Zayyad yang besar, menari-nari pelan di atas tulang selangkanya. Esensi dari gerakan yang menggelitik itu, membuat Alina refleks menggerakkan kedua kakinya— gugup dan gusar. Itu suatu hal yang asing, yang tidak pernah Alina rasakan sebelumnya.
Baca selengkapnya
126. Kelopak Mawar
"Syuhh..Alin tenang saja. Selama ada ayah di sisi Alin, ayah tidak akan membiarkan pria manapun melukai putri ayah.." "Ayah janji?" "Tapi ada syaratnya" "Apa itu ayah?" "Apapun yang pernah ayah lakukan pada Alin, itu harus menjadi rahasia di antara kita berdua saja. Alin paham?" "Alin paham. Alin janji ini akan menjadi rahasia di antara kita berdua saja" "Anak pintar!" Pria dewasa itu menepuk pelan kepala putrinya dan tersenyum puas. Terdengar suara isak tangis Alina yang lirih, Zayyad langsung menghentikan aktivitasnya. Mengangkat tubuhnya, kepalanya mendongak menatap Alina dibawahnya dengan perasaan bersalah, "Maaf.." Lembut jempol Zayyad mengusap pipi Alina yang basah. Alina perlahan membuka matanya. Alina melihat mata coklat Zayyad yang meredup sedih da
Baca selengkapnya
127. Mengenang Kisah Suram 1
Alina melihat Zayyad yang berjalan kearahnya, kemudian berdiri tepat di belakangnya. Menurunkan tatapannya kebawah, Alina melihat tangan Zayyad yang perlahan memeluk pinggang kecilnya lembut. Kepala Zayyad menunduk tepat di telinga kanannya dan berbicara pelan, "Aku juga pernah dilakukan cukup kasar...Sekeras apapun aku mengelak dari fakta itu, tapi saksi bisu yang tersisa di tubuhku, tidak dapat menyangkalnya" Alina mengedipkan matanya berkali-kali, netra nya terasa pedih dan dadanya terasa sesak. Seiring Zayyad berbicara pelan di telinganya, tatapan Alina menatap ke depan— tampak jauh dan hampa. Secuil kisah silam yang sudah dikubur jauh dalam otaknya, tidak mengerti kenapa itu bangkit. Membuat Alina dengan penuh kebencian mengenangnya— walau sangat tidak ingin. Prang.. Brak.. Bruk.. Suara lemparan barang memecah keheningan ruang tamu yang sempit. Vas bunga berisikan dua tangkai bunga mawar plastik sudah jatuh dan pecah tak b
Baca selengkapnya
128. Mengenang Kisah Suram 2
Beberapa hari setelah penangkapan sang ayah, Alina diberondong dengan ribuan macam pertanyaan dari sang ibu. Menanyakan kenapa punggungnya terluka, kenapa ada bekas merah dikedua pergelangan tangannya dan kenapa ada koyakan samar dibibirnya. Alina kecil hanya diam, menolak untuk mengatakan sepatah katapun sampai sang ibu merasa frustasi dibuatnya.Tidak sampai disitu, Alina dan sang ibu pergi ke kantor polisi. Bertemu dengan beberapa ibu tetangga yang menyumpah serapah pada sang ibu dalam keadaan yang sangat marah. Mereka benci pada ibu karena suaminya sudah melecehkan putri mereka."Syukurlah anakku sejauh ini tidak kenapa-kenapa!""Alhamdulillah, anakku cepat memberitahu ku hal aneh yang dialaminya, jika tidak...aku tidak tau akan seperti apa nantinya""Ya, syukurlah pria bejat itu sudah ditangkap, jika tidak mungkin akan banyak korban yang lainnya...""Pak polisi kalau bisa penjarakan saja sampah itu seumur hidup, masyarakat seperti kita tidak m
Baca selengkapnya
129. Kau Mengakui Ku?
"Alina""Alina""Alinaa""Ya?" Panggilan Zayyad yang ketiga kalinya, membuat Alina tersentak dari lamunan masa lalunya yang pahit."Ada apa?" Zayyad memutar tubuh Alina. Membuat Alina berdiri menghadapnya, "Kau sedang memikirkan apa?""Tidak ada" Alina menggeleng, tersenyum pelan. Tidak tau kenapa, setelah melihat wajah Zayyad yang ada di depannya, rasa pedih dan sesak yang tak tertahankan ketika mengenang memori kelam itu...Sirna begitu saja."Lalu kau melamun kan apa tadi?" Sepasang alis Zayyad tertaut, kepalanya membungkuk sedikit menatap Alina yang tingginya tepat sejajar dengan dadanya.Daripada terlihat ingin tau, jelas Zayyad cukup mencemaskan dirinya. Alina mengulum senyum kecil. Lalu mengulurkan kedua tangannya pergi menangkup kedua belah pipi Zayyad.Sekilas Alina dapat merasakan, betapa keras dan kokohnya rahang Zayyad."Dulu ada ibu-ibu yang mengkhawatirkan keadaan ku.." Tukas Alina, mata hitamnya mem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
22
DMCA.com Protection Status