All Chapters of Terjebak Cinta Mantan: Chapter 81 - Chapter 90
94 Chapters
TCM 81
Taksi online yang ditumpangi Ana sudah sampai di depan kafe. Ana langsung turun dan berjalan cepat masuk ke kafe.  "Di mana dia?" tanya Ana begitu melihat karyawan yang menghubungi dirinya. "Aku suruh nunggu di lantai atas, Bu." Pelayan Ana menunjuk ke lantai atas. "Oke, makasih." Ana menaiki anak tangga dengan wajah sedikit panik. "Bu, pak Zidan ke kafe. Ini sudah ke tiga kalinya beliau ke siniKemarin ketika saya bilang Ibu sakit, beliau mengatakan untuk datang lain waktu saja. Karena hari ini saya rasa Ibu sudah membaik, jadi saya memberanikan diri menghubungi. Kata pak Zidan, dia punya sesuatu milik Ibu dan ingin menyerahkan langsung ketika saya bilang untuk menitipkan pada saya." Ucapan karyawan Ana ketika menghubungi dirinya terus terngiang-ngiang, sangat penasaran dengan apa yang ada pada Zidan dan kenapa ingin memberikan langsung? Ana sudah sampai di depan rua
Read more
TCM 82
"Jadi, berapa uang yang Mas Zidan kasih? Biar aku ganti," kata Ana seraya membuka tas tangannya. Meski Zidan berkata kalau menebus ponsel Ana, tapi tidak menyebutkan nominalnya, juga tidak mengatakan kalau pemuda itu memberitahu siapa suami Ana. "Tidak usah, An!" tolak Zidan ketika melihat Ana sibuk mengambil sesuatu dari tas. "Ah jangan, aku tidak enak karena sudah merepotkan mas Zidan," kekeh Ana yang kemudian mengeluarkan dompet. "Aku seharusnya berterima kasih, makanya Mas Zidan jangan menolak." Zidan bangun dan berpindah duduk di sebelah Ana, meraih pergelangan wanita itu hingga membuat Ana terkejut. Ana menatap pada pergelangan tangan yang digenggam Zidan, hingga kemudian menatap wajah mantan suaminya itu. "A-ada apa, Mas?" tanya Ana tergagap, jantungnya berdegup dengan sangat cepat. "Tidak usah diganti!" kekeh Zidan. "Tapi--" Ana i
Read more
TCM 83
Arga mengemudikan mobil, meninggalkan area pelataran studio. Ingin rasanya segera pulang dan melihat sang istri. Arga terus memikirkan ucapan Lanie, tidak menyangka kalau sebenarnya Lanie adalah kakak Ana. Arga menutup permukaan bibir dengan telapak tangan sedang satu tangan masih mengontrol kemudi. Sungguh semua yang didengar sangat berada di luar dugaan, ia mengingat setiap kata Lanie. "Membahagiakan Ana? Apa maksudmu?" tanya Arga mengernyitkan dahi. Lanie menengok ke arah personil lain yang terlihat sedang bercanda dan bermain, hingga kemudian berbalik menatap pada Arga. "Kita bicara di ruangan 'ku!" ajak Lanie yang langsung berdiri. Arga mengikuti langkah Lanie, pergi ke ruangan produsernya sesuai dengan ajakan wanita itu. Lanie meminta Arga duduk, sedangkan Lanie sendiri langsung berjalan ke belakang meja, menarik salah satu laci yang berada di sana. Ia mengeluarkan selembar foto dan menaruh di
Read more
TCM 84
"Mas, jarak kita terlalu dekat." Ana berusaha mundur dan menarik tangan dari cengkeraman Zidan, tapi pria itu menahan begitu erat. "Katakan padaku, An! Kamu juga mencintaiku, 'kan!" Zidan bersikukuh ingin mendengar kata 'iya' dari mulut Ana. Ana bingung harus menjawab apa, tidak mungkin baginya bilang 'iya' yang sama artinya memberi harapan pada Zidan, jika bilang 'tidak' pria itu juga masih terus memaksa. "Itu dulu, Mas. Sekarang tidak." Akhirnya Ana memberi jawaban keduanya. Zidan tersenyum hangat, meski hanya dulu tapi yakin jika sekarang mungkin masih. Tapi, apa sebenarnya yang dipikirkan Zidan, tahu kalau Ana sudah menikah, lalu kenapa masih mengharapkan wanita itu. "Meski itu dulu, aku senang kamu mengakuinya," ucap Zidan lirih. Zidan sedikit memiringkan kepala, seakan tengah mencari posisi agar bibir mereka bisa saling bersentuhan. Ana tampak panik dan
Read more
TCM 85
"Ibu masuk dulu saja," bisik pegawai ibu Arga. Ibu terlihat bingung, tapi mengangguk dan menurut saja. Hingga kedua pria tadi menyadari kalau ibu akan masuk, mereka langsung menghadang dan membuat pegawai serta ibu kaget. "Tunggu, Bu! Ada yang ingin kami tanyakan!" Kedua pria itu berdiri di depan pintu dapur. Ibu yang kaget langsung mengusap dada, menatap dua pria tadi secara bergantian. Ada apa sebenarnya? Kenapa tiba-tiba ada yang bersikap seperti ini. "Maaf Mas sekalian, ibu mau istirahat." Pegawai toko ibu Arga mencoba membuka jalan agar ibu bisa masuk. "Tunggu! Bentar saja, Bu. Kami mau tanya sesuatu," pinta salah satu pria yang menghadang jalan ibu. Ibu Arga tampak kebingungan, menoleh pada pegawainya berulang kali. Hatinya tiba-tiba merasa cemas dan khawatir, terlebih jika itu menyangkut tentang putranya. "Apa benar vokalis band Ar
Read more
TCM 86
Ana terkejut dengan pertanyaan Arga, bagaimana bisa tahu kalau dirinya bertemu Zidan? Apa itu saat di rumah sakit? Atau di kafe? Pertanyaan itu malah berputar di kepala. Arga menanti kejujuran dari sang istri, sangat berharap Ana tidak membohongi dirinya. "An!" Ana menarik napas dalam-dalam, mengulas senyum dan mempererat genggaman tangan. "Iya," jawab Ana yang membuat Arga hendak melepas tangan dari genggaman Ana. "Tapi dengar dulu penjelasanku!" Ana tidak membiarkan Arga melepas tangannya, sadar kalau sang suami pasti cemburu. "Kamu ingat waktu aku bilang baru saja mengantar teman ke rumah sakit?" tanya Ana dengan tatapan yang tidak teralihkan dari wajah Arga. Arga hanya mengangguk karena masih ingat.  Ana melanjutkan cerita ketika Arga sudah menjawab dengan sebuah anggukan. "Dia adalah Mikayla, adiknya mas Zidan. Dia hamil dan pria yang seharusnya bertanggung jawab malah kabur, aku menyelamat
Read more
TCM 87
Hari berikutnya, Lanie dan teman-teman Arga datang ke rumah ibu. Mereka panik ketika tahu hal yang menimpa ibu dan Ana akibat ulah paparazi. "Bagaimana keadaan ibu?" tanya Lanie ketika Arga sudah mempersilahkan semuanya duduk. "Ada di kamar, sedang bersama Ana," jawab Arga. Arga menatap satu persatu teman-temannya, kemudian menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Semua teman-teman Arga memperhatikan suami Ana, merasa kalau pria itu benar-benar sedang dalam keadaan bingung. "Aku ingin mempublikasikan hubungan kami," ucap Arga yang membuat semuanya terkejut. "Ar, apa kamu sudah memperkirakan konsekuensi yang akan terjadi jika melakukan hal itu?" tanya Samuel yang selalu membuka suara untuk mengemukakan pendapat. "Benar, kamu tidak bisa begitu saja mengatakan pada publik tentang statusmu sekarang," timpal Lanie. Arga mengusap ka
Read more
TCM 88
Zidan terlihat mengemudikan mobil di jalanan, baru saja menghadiri rapat di luar perusahaan. Semenjak bertemu Ana tempo hari, Zidan terlihat lebih senang dan bahagia, bahkan tak jarang tiba-tiba tersenyum sendiri, seakan sedang jatuh cinta untuk kedua kalinya. Zidan melajukan mobil dengan kecepatan sedang, hingga menangkap sosok wanita yang dikenal. Zidan buru-buru menepikan mobil di sisi jalan serta memarkirkan serampangan sebelum akhirnya keluar dan berjalan dengan sedikit tergesa-gesa. Mikayla yang baru saja selesai berbelanja setelah beberapa hari istirahat, melihat Rian yang sedang berjalan dengan seorang wanita. Terlihat begitu mesra dan intim, membuat Mikayla tidak terima akan hal itu, bukan hanya karena Rian menolak bertanggung jawab, tapi juga karena Rian memecatnya. Mikayla berjalan cepat menghampiri Rian yang sedang berjalan bergandengan tangan dengan wanita berpakaian seksi itu, menarik kasar tangan Rian hingga membuat genggaman
Read more
TCM 89
Sudah dua hari berlalu. Sejak hari di mana ibu pindah, Ana dan Arga masih tinggal di rumah ibu karena di sana lebih leluasa melakukan sesuatu dan juga pengawal yang berjaga akan lebih leluasa mengawasi.   "Ah, semuanya habis." Ana mengecek persediaan dapur.   Karena dua hari tidak ke mana-mana, membuat dirinya tidak berbelanja sama sekali. Arga pergi ke studio pada pagi buta, tidak ingin kalau ada paparazi yang melihatnya keluar dari rumah itu. Kini Ana kebingungan harus bagaimana, hingga akhirnya memilih untuk keluar berbelanja. Hari masih pagi, berpikir kalau paparazi tidak mungkin akan beraksi, terlebih sampai sekarang belum ada tanda-tanda kalau foto atau video tentang pernikahan mereka tersebar di jagat maya.   - - -   Zidan tengah sarapan bersama Mikayla dan Alisya. Sejak Zidan menghajar Rian, Mikayla terlihat lebih baik, seakan sudah melupakan tentang tekanan batin yang pernah
Read more
TCM 90
Ana ditarik paksa, bahkan gadis yang berjalan di belakang terlihat sesekali menarik rambut Ana dengan kasar, membuat istri Arga itu meringis menahan sakit. Mereka membawa Ana ke sebuah gang kecil yang terdapat di dekat minimarket, sepi orang berlalu lalang hingga membuat para gadis itu bebas menggila. Menyebut diri mereka Arga Angels, fans fanatik Arga yang tidak akan rela jika kekasih sedunia mereka dimiliki oleh satu wanita. Ana didorong hingga membentur tembok, lengannya terasa sakit dan kulit kepala begitu perih. "Mau apa kalian?" tanya Ana menatap satu persatu para gadis yang membawa paksa dirinya. Matanya merah, entah menahan tangis atau amarah. "Mau apa? Tentu saja memberimu pelajaran! Siapa yang mengizinkanmu menikahi Arga kami, hah!" bentak salah satu gadis yang sudah diliputi amarah. Gadis lainnya melempar sebutir telur tepat mengenai pelipis Ana, membuat terkejut tak percaya dengan yang te
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status