Semua Bab I'm Hold You: Bab 61 - Bab 70
97 Bab
JELASKAN, BIM!!! (4)
Andi menghela napas panjang, dia dan Bima kini duduk di bangku yang berada di sudut cafetaria rumah sakit. Tampak Bima sesegukan menangis sambil menundukkan kepala, membuat Andi mendadak makin pusing mendengar suara isak tangis Bima."Kapan Papa ngajarin kamu buat nidurin anak gadis orang, Bim? Anak gadis orang yang bahkan nggak kamu kenal saat itu?" Andi berusaha menenangkan diri, menguasai emosinya agar tidak meledak dan sampai tega menampar Bima seperti tadi. Bima menyeka air matanya, ia tidak bersuara hanya menggeleng perlahan sebagai jawaban dari pertanyaan yang Andi berikan. Memang Andi tidak pernah mengajarkan hal laknat itu kepada Bima! Ia wanti-wanti anak lelakinya itu agar jangan pernah macam-macam sama anak orang selama belum dia nikahi! Tapi nyatanya apa? Andi kecolongan! Bima bahkan punya anak perempuan dari perbuatan bejatnya itu! Memperkosa gadis dibawah umur yang dalam pengaruh alkohol? Sungguh ini benar-benar tindakan biadab! 
Baca selengkapnya
Kamu Mau, Kan, Vin?
"Pa, kenapa Papa nelpon mama sih?" protes Bima sambil mengejar langkah Andi.Andi menoleh, menatap Bima dengan tatapan tidak suka, "Kau pikir mamamu tidak perlu tahu soal ini? Bisa ngamuk dia, Bim!"Bima menepuk jidatnya dengan gemas. Masalah ini akan menjadi makin pelik! Terlebih mamanya itu sedikit susah dimengerti dan tidak mudah percaya begitu saja. Terlebih soal pengakuan yang hendak Bima lakukan. Apakah sang mama percaya jika tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada hujan dan Bima menyodorkan Anetta dan berkata bahwa Anetta adalah cucunya?"Tapi Pa, hasil tes DNA-nya belum keluar."Langkah Andi terhenti, ia menoleh dengan menatap Bima dengan tatapan tidak mengerti. Bima menghela napas panjang, balas menatap sang papa dengan tatapan memelas."Jadi sebenarnya kamu sendiri belum yakin dengan status Anetta, Bim?"Bima mendengus perlahan, kepalanya makin pusing. Harus bagaimana menjelaskan maksud dan tujuan Bima? Harus bagaimana?"Bukan
Baca selengkapnya
Ini Cucumu!
Anita melangkah turun begitu beres memarkirkan mobilnya. Tak lupa ia menjinjing tas kesayangannya melangkah dengan sedikit tergesa menuju pintu masuk bagian timur. Untuk apa sih Andi menyuruhnya kemari? Menemani dia yang harus mendadak bertugas? Ah ... rasanya Anita lebih memilih pulang dan tidur di rumah daripada harus bengong di rumah sakit yang sejak dulu di matanya selalu beraura angker dengan segala macam cerita mistis yang sebenarnya Anita sendiri tidak tahu apakah itu benar atau hanya cerita bohong.Anita merogoh ponsel dari dalam tas, menghubungi nomor Andi guna mengabarkan bahwa dia sudah berada di depan pintu masuk rumah sakit sebelah timur.“Sudah sampai?” sebuah pertanyaan yang langsung Anita dapatkan begitu panggilannya terjawab.“Aku di pintu masuk sebelah timur, kam--.”“Jangan kemana-mana, aku turun!”TUT.Sambungan terputus, membuat Anita terbelalak gemas setengah mati dengan kelakuan sang
Baca selengkapnya
Kecewa
Anita tercengang mendengar semua penuturan anak semata wayangnya. Bima terisak, duduk di depannya sambil terus menyeka air mata. Tidak perlu waktu lama, air mata Anita pun turut menitik, ia benar-benar terkejut luar biasa dengan semua pengakuan dosa yang Bima jelaskan padanya malam ini. "Bima mohon ampun, Ma. Bima sudah mengecewakan Mama."Anita membisu, tidak menjawab dan hanya menatap Bima dengan linangan air mata. Anak lelaki kebanggaannya itu sampai berbuat sejauh itu? Memperkosa anak gadis orang dan dia tinggalkan begitu saja? Ajaran dari mana itu? "Ma ... please tampar Bima, Ma. Terserah Mama mau pukul atau apa, terserah. Tapi tolong jangan cuma diam kayak gitu, Ma!" mohon Bima dengan tangis yang kembali pecah. Anita bergeming, tentu Bima panik melihat dia yang hanya diam membisu macam ini. Diam membisu adalah tanda bahwa Anita sudah begitu marah, sangat marah sekali! Bima meraih tangan Anita, tampak mata itu bersorot
Baca selengkapnya
Cucu Mama
Bima hanya membuka pesan yang tadi Melinda kirimkan kepadanya. Pikirannya kalut dan kacau. Dugaan sementara Bima adalah mamanya sudah memberitahu Melinda perihal tindakan apa yang sudah Bima lakukan. Bukankah tadi mamanya itu sangaaat kecewa dan marah sekali sampai tidak berujar apapun dan pergi begitu saja?Bima mengusap wajahnya dengan kedua tangan, kalau sudah begini, satu-satunya orang yang bisa Bima ajak bicara dan mintai pertolongan adalah sang papa!Bima bangkit, meraih cup kopi yang sudah kosong itu lalu membawanya untuk dia buang ke dalam tempat sampah. Tubuhnya lemas dan lunglai, rasanya semua kejadian ini membuat Bima sakit kepala.“Sudah resiko, Bim. Sudah konsekuensi atas semua yang kamu lakukan dulu!” Bima tersenyum getir, mengejek dirinya sendiri yang dulu begitu pecundang dan pengecut.Kemana mamanya itu pergi? Apakah Anita dalam perjalana kembali ke rumah? Atau dia pergi kemana dulu untuk menenangkan diri? Lantas bagaimana nan
Baca selengkapnya
Bukti Transfer
Bima melangkah dengan lunglai keluar dari lift, semangatnya mendadak lenyap begitu tahu reaksi sang mama tidak seperti apa yang dia harapkan. Bima menekan knop pintu, tertegun sejenak melihat apa yang ada di dalam ruangan itu.Yang sedang tidur memeluk Anetta di atas ranjang itu bukannya ...“Hey, Bim!” tegur suara yang membuat Bima tersentak luar biasa. “Kenapa diam di depan pintu macam itu sih? Sini masuk!”Andi duduk di sofa, sementara Vina entah kemana, Bima lantas masuk. Ia masih belum mengerti, kalau mamanya berada di sini bahkan nampak begitu bahagia memeluk Neta yang pulas itu, artinya dia ...“Mama lagi mogok ngomong sama kamu ya, Bim! Jadi jangan harap Mama mau ngomong sama kamu hari ini!” gumam Anita yang sontak membuat Bima mendelik mendengarnya.Andi terkekeh, menepuk punggung Bima yang kini sudah duduk di sisinya.“Ta-tapi, Ma ... Bima--.”“STOP!” potong Anita c
Baca selengkapnya
Ada Apa Dengan Anetta?
Darah Melinda mendidih. Suaminya itu transfer nominal sebegitu banyak untuk apa? Hampir 100jt! Ia hendak meraih ponsel yang tergeletak tidak jauh dari laptopnya, namun ia mengurungkan niat mengingat besok dia akan mengajak Bima bicara empat mata dari hati ke hati. Untuk apa dia mempertanyakan nominal uang tersebut? Untung apa kalau besok ujungnya Melinda hendak meminta cerai pada Bima? Hasrat Melinda untuk menghibur diri dengan bermain game sontak lenyap, menguap entah kemana. Rasanya untuk malam ini Melinda hanya ingin menangis dan mempersiapkan diri untuk rencananya besok. "Ini benar-benar keputusan yang baik buat kita, Mas." desis Melinda sambil meletakkan kembali laptop itu pada tempatnya. Ia kemudian melangkah menuju ranjang, membaringkan tubuh dan menutupi tubuh dengan selimut. Matanya menatap langit-langit kamar. Kira-kira, apa yang besok Bima akan katakan? Apa tanggapan suaminya itu perihal permohonan gugatan cerai yang Mel
Baca selengkapnya
Sakit Apa?
Pintu terhempas, nampak Bima dan Vina muncul dengan nafas tersengal. Neta sudah terpasang infus dan sedang berada dalam pangkuan Anita, sementara dua lelaki dengan setelan scrub itu nampak berdiri sedikit lebih jauh dari tempat Neta dan Anita berada.“Nah Bim, kemari!” titah Agus sambil melambaikan tangan, kode bahwa dia ingin Bima mendekat ke arahnya.Bima mengangguk, hendak melangkah ketika tangan Vina mengamit tangannya. Sontak Bima menoleh, mata mereka bertemu dan dari sorot mata itu, nampak terlihat sangat bahwa Vina ingin ikut bersamanya mendekati dokter Agus.Bima menghela napas panjang, mengangguk lalu melangkahkan kaki sebagai jawaban dari sorot mata yang sama sekali tidak bisa Bima tolak.“Dok, bag--.”“Darah belum mau seratus persen berhenti, Bim. Maaf harus aku tutup kasa dan aku pasang infus untuk memasukkan beberapa obat.” Jelas Agus memotong kalimat Bima.Bima kembali menghela napas, mengang
Baca selengkapnya
Aku Ingin!
Bernard Soulier Syndrome. Kalimat itu yang terus terngiang di telinga Vina sekarang. Dokter Agus sudah pamit sejak beberapa saat yang lalu. Kini di ruangan itu tinggal mereka berlima. Anetta sendiri sudah kembali terlelap setelah Andi menggendongnya dengan infus tergantung. Vina termenung sendiri, Anetta bersama sangat nenek dan bapak-anak itu tengah mengobrol dengan istilah-istilah asing yang tidak Vina mengerti. Air mata Vina kembali menitik. Penyakit yang sangat langka, penyakin genetik yang tidak bisa disembuhkan. Penyakit yang bisa mengancam jiwa jika pendarahan terus terjadi dan tidak terkendali. Kenapa harus monster itu yang hidup dalam tubuh Anetta? "Vin?"Vina mengangkat wajah, menatap Bima yang tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya. Bima menarik kursi meja makan, duduk di sisi Vina lantas menghela napas panjang. "Kenapa kau tidak bilang sejak awal perihal penyakit itu, Mas? Kenapa jawabanmu selalu menunggu has
Baca selengkapnya
Empat Mata
"Kau yakin, Mas?" Vina melangkah di sisi Bima yang pagi itu sudah mandi dan bersiap pulang. pulang untuk membicarakan hal penting dengan sang istri. Apa lagi kalau bukan membahas perceraian mereka? "Tentu, akan aku buktikan kalau aku serius, Vin."Vina menghela napas panjang, kenapa dia jadi merasa tidak tega dengan wanita itu? Wanita yang menjadi istri dari ayah anaknya. Tidak bisa Vina bayangkan bagaimana hancurnya perasaan dan hati wanita itu kalau tahu suaminya punya anak dari wanita lain. Tapi semua itu bukan salah Vina! Dia kalau disuruh memilih tentu tidak mau harus punya anak dengan cara seperti ini. Wanita mana yang mau? Terlebih dulu Vina masih gadis belia yang baru lulus SMA. "Aku harap dia bisa mengerti, walaupun kalau aku berada di posisinya, aku belum tentu bisa terima dengan lapang dada apa yang sudah suamiku lakukan di belakangku."Bima meraih tangan Vina, menggenggam dan meremas tangan itu dengan begitu lembut. Vi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status