All Chapters of 2nd (second) Destiny: Chapter 11 - Chapter 20
159 Chapters
11. Sisi lain.
Setelah mengantarkan kepulangan Orang Tua Risha ke Negara asalnya. Baik Edward Taupun Sammuel sama-sama merasa hampa seperti ada hilang dari diri mereka.    Ingin sekali Sammuel menahan Orang Tua Risha untuk tinggal selamanya bersamanya. Tapi apa boleh buat mereka punya kehidupan dan kepentingan sendiri di Negara asalnya.    Edward memandang hangat adiknya yang lambat laun telah sedikit berubah.  Menjadi lebih hangat dan tenang. Senyum tipis tercipta di wajah tampan Edward.      Flashback on "Selidiki kejadian di pelabuhan yang hampir merenggut nyawa kakakku," ucap Sammuel kepada bawahannya, sedangkan Edward sedang menikmati minuman beralkohol di sebelahnya sambil memainkan gelas ditangannya.   "Awasi gadis ini, laporkan setiap gerak geriknya dan kirim orang untuk berjaga mengawasinya. Awasi diam-diam, jangan sampai terlihat dan jangan sampai ketahuan. Lap
Read more
12. Tabiat yang aneh.
Hampir semalaman Sammuel menjaga Risha tanpa tidur. Bahkan pagi harinya di sudah bersiap di kantor dalam keadaan fit dan segar walaupun tak beristirahat dikala malam harinya.      "Apa istirahatmu nyaman tadi malam?"tanya Edward yang mengetahui bahwa adiknya tak dapat tidur dan tak beristirahat malam harinya yang di buktikan dengan pagi ini Sammuel mengenggam minuman soda kaleng, salah satu kebiasaan aneh Sammuel yang hanya di pahami oleh sang kakak, yaitu Edward saja.      "Hemm," jawab singkat Sammuel hanya dengan kode dehemannya saja dan masih terus fokus dengan mengutak-atik Ipad yang berada ditangannya. Tanpa menghiraukan Edward yang sedari tadi mengamatinya sambil tersenyum tipis.    "Minuman itu tak bagus untuk tubuhmu jika terus menerus di minum di pagi hari," ucap Edward yang kembali fokus dengan kertas yang menumpuk di meja kerjanya. Sambil sesekali melirik adiknya y
Read more
13. Hobi baru.
Ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit,  Sammuel mengalami kejadian tak terduga, terpintas di benak Sammuel terbesit suatu rencara kala melihat gadis kecil yang menjajakan bunga ungu yang menarik pandangan matanya.   Bunga kecil berwarna ungu itu pun menarik perhatiannya.  Sama seperti warna favoritnya.  Warna ungu yang mendominasai biasanya diartikan dengan sesuatu yang misterius, itulah sebabnya Sammuel menyukai warna itu.  Disamping warna gelap yang juga warna favoritnya.   "Berikan aku satu ikat," ucap Sammuel sambil merogoh saku jasnya.   "Ini, Tuan," ucap anak itu sambil menodorkan seikat kecil bunga lavender dengan pita putih melingkar diikatannya.   Sammuel menyodorkan beberapa lembar uang pecahan nominal terbesar yang mana membuat sang anak kaget bukan kepalang.    "Ini terlalu banyak, Tuan, satu saja sudah cukup. Tapi aku tak mempuny
Read more
14. Membangunkan jiwa iblis.
Edward merintis usaha eksport import barang dan jasa sejak masih berusia belia. Bahkan ketika berumur 15 tahun dia sudah mempunyai usaha kasino yang dia kelola dengan bantuan beberapa orang yang dia kenal di jalanan.   Edward muda yang tak pernah mengenyam pendidikan yang layak tapi mempunyai pemikiran dan ide yang begitu revolusioner dengan otak encer dan kecerdasan diatas rata-rata untuk anak seumuran dengannya.      Klan yang ia dirikan pun lambat laun di kenal dan disegani oleh beberapa Gank besar bahkan merambah ke beberapa negara.      Disamping bisnis Legal yang ia kelola ada beberapa bisnis ilegal di dunia hitam yang membuatnya menjadi klan yang tak mudah disentuh maupun disinggung oleh siapapun.  Bahkan beberapa kartel di negara latin dan gangster Asia pun mengakui kekuatan klan yang didirikan Edward dan Sammuel.     EDSAM Corp. &
Read more
15. Senandung "Pesta".
Kejadian tak terduga yang menimpa Sammuel membuat Edward membatalkan beberapa jadwal kerjasama di Negara Jerman dan bergegas berangkat menemui Sammuel setelah mendengar berita yang di sampaikan salah satu asisten pribadinya,  Wilson.    "Bagaimana keadaan adikku?" pekik Edward sambil memandang tajam kearah Wilson.   "Tuan muda selamat, dikarenakan peluru yang seharusnya mengenai Tuan Muda meleset mengenai gadis kecil penjual bunga yang berada di sampingnya," jelas Wilson dengan keringat dingin mengucur di dahinya.    "Ta-tapi, Tuan... ," suara Wilson tertahan ketika hendak memeberitahukan lanjutan kabar yang akan dia sampaikan.    "Aku mengerti,  biarkan saja. Ini resiko mereka yang telah membangunkan iblis yang sedang tertidur," sela Edward sambil tersenyum miring. Edward sudah teramat paham tabiat dari adiknya, Sammuel.     Di tempat lain.&
Read more
16. Sisi Iblis Yang Lain.
Mobil Sedan mewah keluaran brand ternama membelah jalanan Ibu Kota, diikuti oleh beberapa mobil lain di belakangnya yang melaju beriringan.   "Ahh, ternyata aku bau juga," lirih Sammuel sambil membaui kedua ketiaknya secara bergantian. Walaupun jas yang di pakai Sammuel penuh noda darah Levina yang sudah mengering, tetapi bau parfumnya masih menyamarkan bau anyir dari darah itu.   "Pakaian ganti Anda sudah saya siapkan di markas, Tuan," sela Wilson yang seakan tau kode dari Tuannya.   Sammuel hanya mengangguk pelan sambil menghembuskan napas beratnya."Aahh, apa menu hari ini ya?" pekik Sammuel yang merebahkan tubuhnya kesandaran kursi mobil sambil memejamkan mata.   Sedangkan Wilson yang mendengar ucapan Sammuel langsung meremang seketika, Wilson hanya bisa menelan ludah kasar sambil melirik kearah supir yang duduk di sebelahnya yang juga sama-sama melirik Wilson sekilas dengan wajah sedikit keta
Read more
17. Sisi Iblis Yang Lain (2).
"Bersenang-senang," jawab lirih Sammuel sambil memakai celemek untuk melindungi tubuhnya. Kemudian mengambil pisau dan memotong lemon yang ia beli menjadi beberapa bagian dan menaruhnya kedalam wadah yang sudah tersedia.   Sedangkan beberapa pengawal sudah bersiap di belakang para tawanan yang terikat di kursinya masing-masing.   "Sudah siap?" pekik Sammuel sambil memasang faceshield yang membingkai telinganya dan menutupi wajahnya.   Sedangkan Wilson masih tak mengerti apa yang akan di lakukan Tuannya ini. Walaupun dia sudah menjadi pengawal Edward dan Sammuel hampir 20 tahun tapi kadang ia tak mengerti jalan pikiran kedua kakak beradik ini yang kadang di luar nalar akal sehat manusia normal.   Dua orang bersneli putih berjalan mengikuti Sammuel sambil mendorong troli yang berisi peralatan medis atau lebih tepatnya peralatan yang digunakan untuk operasi.   Para tawanan di buka s
Read more
18. Curiga.
Setelah membersihkan diri di markas. Sammuel segera menuju ke Rumah Sakit. Dimana sekarang Ada dua orang yang sedang terbaring di ruangan yang berbeda, yakni Risha di kamar Rawat inap yang sudah beberapa bulan ini ditempati dan di ruang ICU yang sudah terbaring gadis kecil yang baru beberapa minggu Sammuel kenal.   "Dimana Kakakku?" ucap Sammuel yang tiba di kamar Rawat inap Risha yang kosong dan cuma ada dua orang penjaga saja yang berjaga di depan pintu serta Risha yang masih terlelap di tidur panjangnya.   "Sejak Pagi tadi Tuan besar masih belum kesini, Tuan," jawab salah satu penjaga sambil menudukkan kepala kearah Sammuel.   "Kenapa akhir-akhir ini Kakak sering sekali pergi mendadak?" gumam lirih Sammuel kemudian meninggakan kamar rawat Risha.   Setelah tak berapa jauh, Sammuel pergi bersama Wilson hendak menuju kantor, tiba-tiba smartphone Sammuel berbunyi. Ternyata itu telepon dari sang kakak,
Read more
19. Siuman.
Tak terasa hari sudah menjelang Sore. Hidangan makan siang yang tersaji di meja pun masih utuh tak tersentuh.   Sammuel sedang fokus dan sibuk dengan segala urusan kantor dan pekerjaannya. Hingga bunyi telepon genggamnya bergetar tanda ada panggilan masuk.   Sammuel segera mengengangkat panggilan tersebut dan tak beberapa lama dia segera meninggalkan ruangannya dengan tergesa-gesa.   Wilson yang seketika terkejut kala pintu kantor Tuannya terhempas kasar, hanya bisa mengikuti Sammuel di belakangnya dengan pandangan heran dengan penuh tanya. Bahkan Wilson sampai tak sempat membereskan meja kerjanya yang masih berantakan. Yang terlintas di benaknya hanya menyaut benda pipih yang selalu menemaninya setiap saat.   Ternyata tujuan Sammuel adalah Rumah Sakit tempat Risha dan Levina dirawat. Wilson sedikit mengerutkan kening kala mengikuti Sammuel yang berlari menuju Ruang Rawat Risha.  
Read more
20. Penghilang Penat.
Sammuel mencoba fokus dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di depannya, tapi lagi-lagi bayangan Risha dan Edward selalu mengganggu pikirannya.“Dia milik Kakakku, bagaimanapun dia sudah milik Kakakku, perasaan apa ini? Jangan-jangan...” seketika Sammuel menggelengkan kepala pelan mencoba menyingkirkan prasangka yang ia buat sendiri. Tetapi kata hati dan perasaannya terasa lain, kenapa ketika berada di dekat Risha begitu berbeda, ada rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Sore itu setelah meninggalkan kantor Sammuel menuju ke sebuah Bar yang letaknya tak jauh dari gedung kantor miliknya dan Edward.Setelah berjalan kaki hampir sepuluh menit, Sammuel langsung masuk kedalam gedung Bar yang behiaskan lampu warna-warni itu, Bar tersohor dan terkemuka di Jajaran Bar yang ada di kota yang sangat terkenal dengan Kota Hiburan Malam itu tampak sangat menonjol diantara gedung-gedung lain yang terlihat monoton tanpa hiasan, &n
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status