Semua Bab 2nd (second) Destiny: Bab 51 - Bab 60
159 Bab
51. Pertemuan.
“Wah, lihat, siapa yang datang?” pekik Dimitri dari arah ruang keluarga yang tiba-tiba menoleh keatrah suara langkah kaki yang rupanya berasal dari langkah Dorothea dan Axelo. “Mari sambut pasangan kadaluarsa abad ini, Mama Dorothea dan Pria menyebalkan seantero jagat raya, Papa Axelo Alexseev, dan sayangnya gua anaknya,” sambung Dimitri sambil berdiri dan merentangkan kedua tangannya untuk menyambut dan hendak memeluk Dorothea sambil melayangkan ciuman di kedua pipi Dorothea. “iih, Mama pakai parfum apa? Kok rasa-rasanya kek pernah tau, apa ya?” ucap Dimitri yang tengah membaui tubuh Dorothea.  Setelah beberapa waktu berpikir tiba-tiba mata Dimitri membulat dia melihat Dorothea yang sedang tersenyum tipis seakan dia telah menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri, “hei, bocah nakal, sini kau!” pekik Dimitri yang langsung berlari kearah pintu masuk dan berlarian kesana kemari seperti mencari keberad
Baca selengkapnya
52. Hasrat.
“Apa aku mengganggu?” lirih Edward yang menghampiri Risha yang sedang membaca dibalkon Ruang Baca yang terletak di sebelah Ruang Kerja Edward. Sebenarnya Risha tadi sudah berada di Ruang Kerja Edward, hanya saja ia tak enak hati harus satu ruangan dengan orang yang sedang bekerja dan membahas masalah pekerjaan dengan serius. Risha takut menjadi pengganggu, jadi ia pamit undur diri sambil membawa beberapa buku dan membacanya di balkon Ruang Baca sambil menikmati pemandangan hutan dan taman buatan yang mengelilingi mansion Edward, entah berapa luas properti milik tunangannya itu, tapi setahu Risha dia hanya bisa memandang hamparan hutan yang di tumbuhi pepohonan hijau di sejauh mata memandang. Edward segara berjongkok dan memasangkan sepasang kaos kaki tebal di kedua kaki Risha yang masih memakai slipper bulu bermotif beruang berwarna coklat. “Sudah aku bilang, pakailah kaos kaki ganda, akhir musim gugur biasanya
Baca selengkapnya
53. Obrolan Anak Demit.
“Levina cantik juga ya, Kak!” lirih Demian yang sedang bermain game di samping Dimitri.  Dimitri langsung menoleh dan memandang Demian tajam, ada perasaan takut dan juga was-was yang seketika menyeruak dalam hati Dimitri, ada perasaan tak rela jika ada orang lain membicarakan tentang gadis kecilnya. Bahkan jika dia adiknya sendiri, Demian.Demian tersenyum tipis sambil menepuk pundak Dimitri, “Astaga, sebegitu posesifnya dirimu. Aku hanya mengagumi kecantikannya, bukan untuk merebutnya. Kakak tenang saja, aku tak seserakah itu, kecuali kalau Kakak mengijinkan. Ya, aku terima dengan senang hati,” cecar Demian sambil tersenyum lebar memandang Dimitri. Rasanya tak pernah bosan dirinya menggoda Dimitri, seperti ada yang kurang jika sehari saja tak mendengar pekikan dan omelan Dimitri. “Enak aja! Ya, jangan lah! Itu saja sudah bikin Ayah dan Mama uring-uringan. Emang mau tanggung jawab? Malama
Baca selengkapnya
54. Menguji Kesabaran.
Wilson terkejut kala mendapati Sammuel sudah berada di kantor pagi ini, dengan setelan jas yang sudah rapi serta penampilan yang begitu segar dan menawan. Biasanya dialah orang yang pertama menginjakkan kaki di kantor Sammuel yang juga merupakan kantor Edward. “Kenapa dengan wajahmu? Seperti habis melihat hantu saja,” pekik Sammuel yang tau Wilson sedikit tertegun setelah membuka pintu kantornya. “Ah, ti-tidak tuan,” lirih Wilson yang langsung memberikan beberapa map dan iPad kearah Sammuel. “Cih, wajahmu tak bisa bohong, Will. Sebegitu herannya dirimu melihatku datang pagi? Aku saja tak heran jika sekarang kau sering datang dengan Emily, apa kalian tinggal serumah?” tanya Sammuel sambil melirik Wilson yang masih mematung di sampingnya, “ah, bukan urusanku juga.” “Saya hanya mengikuti saran anda,
Baca selengkapnya
55. Kenangan.
“Selamat Siang, Kak,” sapa Emily ketika masuk kedalam ruangan Sammuel, mengantarkan makan siang Sammuel. “Siang, Em,” jawab singkat Sammuel sambil melirik Emily yang sedang menata makan siang di meja. “Terima kasih.” “Aku tak tahu, kakak mau makan apa siang ini, aku memesankan beberapa steak dan salad dari restoran sebelah, ini adalah menu baru mereka. Serta aku membuatkan smoothie strawbery untuk kakak, Selamat menikmati,” ulas Emily yang menata makan siang Sammuel kemudian hendak beranjak dari ruang kerja Sammuel. “Apa kalian tinggal bersama?” celetuk Sammuel yang membuat Emily menghentikan langkahnya, kemudian berbalik arah memandang Sammuel yang saat ini menghentikan aktifitasnya. “Tidak,” jawab cepat Emily sambil menyunggingkan senyum lebar, Emily tau apa dan siapa yang dimaksud oleh Pertanyaan Sammue
Baca selengkapnya
56. Tak Terbendung.
Langkah Edward terhenti kala mengetahui Risha sedang berada di depan ruang kerjanya di mansion, dari pantauan Edward Risha nampak begitu cemas menggigit kuku jari jempol tangannya, Edwar juga melihat Risha begitu ragu-ragu hendak membuka handle pintu ruang kerjanya. Sebetulnya Edward tadi sudah berada di ruang kerjanya, hanya saja kemudian dia kembali kekamarnya karena handphonenya tertinggal diatas nakas di sebelah tempat tidurnya dan ketika akan kembali lagi ke ruang kerjanya lagi, Edward mendapati kekasihnya yang sekaligus tunangan sedang berdiri di depan pintu. “Apa yang sedang kau tunggu?” lirih Edward merangkul tubuh Risha dari belakang dan mendaratkan dagunya di pundak Risha, sedangkan Risha sudah terkejut bahkan hendak berteriak tapi ia urungkan kala mengetahui yang sedang merangkulnya adalah Edward. “Kenapa ragu? Apa yang kau takutkan, Sweetheart,” lirih Edward sambil melayangkan beberapa kecupan
Baca selengkapnya
57. Kabar.
Wilson mengamati Emily sambil mengerutkan keningnya, “apa kau habis menagis, sayang?” Emily hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala. “Jangan berbohong, matamu bengkak seperti habis menangis, siapa yang telah menyakitimu?” lirih Wilson sambil membelai rambut pendek milik Emily.  “Katakan padaku, jika dia mengancammu akan aku pastikan besok dia tak dapat lagi melihat sinar matahari pagi.” “Aku yang melakukannya, Will. Aku yang membuatnya menangis,” pekik Sammuel yang sudah berada di belakang Wilson. Entah sejak kapan Samuel sudah berdiri di belakang Wilson yang membuat Wilson dan Emily terkejut dan menoleh kearah Sammuel hampir bersamaan, “Jangan mencuri kata-kataku, Will, cari kosa kata sendiri, dasar tak kreatif.” Sammuel segera beranjak dan kembali kedalam kantornya, sebetulnya d
Baca selengkapnya
58. Kamuflase.
Edward masih memeluk pinggang ramping itu dengan begitu posesif, beberapa kecupan pun masih terus mendarat di bahu dan di pipi cubby gadis ia klaim sebagai tunangannya itu. “Apa kau juga akan ikut Ibu dan Bapak, Sayang?” tanya lirih Edaward yang mengamati gadis pujaan hatinya yang sedang menikmati teh camomile hangat dengan rangkulan yang tak pernah Edward lepaskan, begitu posesif dan begitu menuntut. Risha menoleh dan memandang wajah berahang tegas serta manik mata biru yang terpahat sempurna di wajah pria yang berstatus menjadi tunangannya, “sejujurnya Aku sangat merindukan Negaraku, tetapi entah mengapa aku tak tega melihat wajah tampan ini menampakkan raut muka kesedihan seperti sekarang ini. Apa jika aku meminta ikut, apakah pria ini akan mengijinkanku?” lirih Risha sambil merebahkan kepalanya di dada bidang Edward. “Tidak,” jawab Edward mantap dan pasti. “
Baca selengkapnya
59. Curiga.
“Cih, ternyata kacamatamu tak bisa menghalangi tajamnya mata elangmu, ya, Dek,” ucap Dimitri sambil menata dan merakit senjata yang beberapa komponennya sudah berserakan di atas meja di ruang khusus yang biasa digunakan oleh Dimitri dan Sammuel berlatih, atau bisa di sebut ruangan ini adalah ruangan khusus yang digunakan oleh Dimitri untuk bereksperimen dengan barang dan alat-alat penemuannya. “Aku bahkan tak menyadari keberadaan buoy itu, tapi kamu bisa. Keren!”   “Sejujurnya bukan buoy tujuan utama yang Aku dan Ayah Samm bahas, tetapi keberadaan kapal feri yang berada tak jauh di ujung dermaga,” lirih Demian sambil memberikan iPad kearah Dimitri.     “Bukankah sudah lama kita tak menggunakan kapal feri jenis itu? Bahkan aku masih ingat terakhir kita menggunakan kapal itu sekitar empat tahun yang lalu, maka dari itu Ayah Samm menghentikan penyerangan karena Ayah Samm tau ada mata-mata di dalam ruang kendali,” cecar lanjut D
Baca selengkapnya
60. Duo Anak Demit.
“Aku kira kau hanya ahli dengan tabung reaksi dan cairan kimia saja, Dek! Ternyata dugaanku salah, apa aku melewatkan sesuatu?” pekik Dimitri yang tersenyum lebar kala Demian sedang merakit senjata dengan begitu terampil tanpa salah sedikit pun. Bahkan menurut sudut pandang Dimitri, senjata hasil rakitan Demian begitu presisi dan sangat terlatih. Demian menoleh kearah Dimitri yang sibuk memasang rompi anti peluru di badannya, “Aku adalah fans beratmu, Kak. Setiap senjata yang kau ciptakan aku punya salinannya di rumah.” Dimitri tertawa lirih, “apa aku perlu membubuhkan tanda tanganku juga di senjata koleksimu?” goda Dimitri sambil memeluk pundak Demian dan mencium pipi Demian. “iuw, astaga, kenapa kau lakukan itu padaku? Aku bukan bocah lima tahun lagi,” pekik Demian yang seketika menjauh dari Dimitri sambil mengelap pipinya yang sudah di kecup singkat ole
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status