Semua Bab Istriku Cacat, Istriku Malang: Bab 11 - Bab 20
57 Bab
Si Iblis Tampan
“Ini panas sekali, sungguh,” adunya sembari terisak. Melihat air mata yang mulai membasahi wajah Emily, di situ Ellard merasa puas. Ia suka melihat ketidak berdayaan wanita itu. Ini lah yang ia harapkan, penyiksaan secara langsung serta menyaksikan dampaknya. Semakin wanita itu merintih kesakitan, mengiba memohon pertolongan semakin ia gencar dan semakin bahagia. Katakan lah ia gila, tapi bagi Ellard yang ia lakukan adalah hal yang sepadan dengan apa yang sudah dilakukan Emily karena sudah melenyapkan wanita terkasihnya, Naura.“Aku tidak akan membuat kulitmu sampai melepuh, aku hanya membantu untuk mensterilkan tubuhmu dari kuman-kuman yang menempel di tubuhmu,” dengan satu kali hentakan kuat, ia menarik Emily dari dalam bathup. Kulit putih Emily terlihat memerah, senada dengan manik matanya.Tubuh itu menggigil, bukan karena kedinginan namun karena merasa takut. Seperti yang dikatakan Edward, Devil ternyata bukan hanya ucapan asal belaka. Kini
Baca selengkapnya
Tidak Tahu Namanya
“Tolong berhati-hatilah.” Ucapan Emily diabaikan oleh Ellard. Pria itu justru semakin menaikkan laju mobilnya. Ia mengemudi semakin menggila, bahkan umpatan dan klakson para pengendara lain ia abaikan begitu saja. Ia sangat menikmati kepanikan dan wajah pucat Emily. Tidak hanya pucat, kini dahi Emily dialiri keringat sebesar biji jagung.Ya, semenjak kecelakaan yang dialami Emily, wanita itu memiliki ketakutan tersendiri saat berada di dalam mobil, dan sepertinya Ellard menyadari hal itu sehingga semakin menjadi dalam mempermainkan Emily.“A-aku mm-mohon..” suara Emily bergetar ketakutan. Ellard tentu saja mendadak tuli, namun tersenyum penuh kemenangan dengan apa yang terlihat di wajah cantik Emily.“Ssu-suamiku..”Ciiiittt....Ellard menginjak rem secara mendadak membuat Emily terlonjak kaget dan tidak kuasa menahan tubuhnya hingga kepalanya terbentur ke depan.Bukan tanpa alasan Ellard menginjak rem mobil secara mendadak, ia terkejut mendengar
Baca selengkapnya
Bersuci
Emily dan Morin sudah sampai di depan toilet, bertepatan dengan ponsel Morin yang berdering.“Aku akan menunggumu di sini, masuklah.” Morin membuka pintu untuk Emily.“Terima kasih,” Emily mulai melangkah perlahan, meraba pintu sebagai pegangannya.Begitu Emily masuk ke dalam toilet, Morin menjauh dan menjawab panggilan yang ternyata dari ibunya. Morin menjauh dari pintu toilet karena suara musik dari luar terdengar sangat jelas sehingga ia tidak mendengar apa yang sedang dikatakan ibunya.Sepuluh menit berlalu, Emily pun sudah selesai dengan keperluannya di dalam toilet. Ia pun berpegangan pada dinding kamar mandi untuk berjalan ke arah pintu. Emily membuka pintu toilet yang ternyata tidak bisa dibuka.“Morin, apa kau masih di sana?” panggil Emily. “Morin?” Emily menaikkan nada suaranya dan tetap tidak ada sahutan dari luar membuat Emily mulai panik.“Seseorang, apa ada seseorang di luar sana.” Emily lagi dan lagi berteriak meminta bantuan hingga
Baca selengkapnya
Mimpi
“Sepertinya aku harus memecat si keparat itu,” maki Ellard seraya menerima uluran tangan Peter untuk membantunya naik ke atas. Mendengar ancaman Ellard, Peter hanya menanggapinya dengan tertawa. Ia tahu Ellard tidak akan pernah melepaskan seorang Edward dari sisinya. Ibarat kata jika Edward adalah wanita, Ellard tidak akan menunggu lama untuk menikahinya. Ya, Ellard sangat membutuhkan Edward dan Peter tahu itu.“Aku akan meminjamkan kamarku dan meminta seseorang mengantarkan pakaian baru untukmu,” Peter menuntun Ellard berjalan menuju kamarnya.“Kapan terakhir kali aku mengunjungi kamarmu.” Ellard mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan kamar. Ini pertama kalinya ia memasuki kamar Peter setelah pria itu membeli rumah yang pria itu tempati sekarang.   “Terlihat berbeda dan sedikit feminim. Kau mempunyai kekasih?” Ellard melepaskan jas, dasi dan kemeja yang ia kenakan.Peter tergelak mendengar pernyataan Ellard. Pasalnya dulu ia memang hanya tinggal dis
Baca selengkapnya
Aku Emily
Emily terbangun karena merasa tenggorokannya kering. Cacing-cacing manja di perutnya juga berdemo minta di kasih jatah. Wajar saja mengingat Emily memang melewatkan makan malamnya dan bukan hanya makan malam, makan siangnya juga terlewat begitu saja karena Ellard menyeretnya dari rumah sakit pas jam makan siang.Duduk dari pembaringannya, Emily meraba nakas yang ada di sampingnya. Tidak ada apa-apa selain sebuah jam weker. Emily meraba sisi tempat tidur di sebelahnya dan tentu saja kosong karena Ellard tertidur di bawah. Menyadari Ellard tidak tidur bersamanya, Emily segera berpindah tempat, berharap nakas yang berada di sisi lain tempat tidur terdapat air minum. Ternyata sama saja, hanya ada lampu hias.Emily hanya tidak mengetahui bahwa Ellard melarang pelayan untuk menyediakan air minum di dalam kamar guna menyulitkan Emily. Ellard juga tidak berniat sama sekali untuk tidur di atas ranjang yang sama. Ia tidak sudi.Tidak menemukan air, akhirnya Emily memilih unt
Baca selengkapnya
Ciih
"Aa-aku Emily," Emily perlu menegaskan karena berulang kali pria itu mengigau memanggil nama Naura. Ia juga khawatir Ell tidak menyadari hal itu mengingat pria itu dalam pengaruh alkohol dan tentu saja ia juga takut Ell menyakitinya karena menuduh mendekatinya."Aku tahu. Diamlah!" Ell memeluk erat tubuh Emily.Mendengar penegasan Ellard, Emily bernapas lega. Tangannya terulur mengusap lembut kepala Ellard berharap usapannya mampu menenangkan pria itu. Ya, tubuh Ellard masih bergetar hebat akibat mimpi buruk yang cukup mengguncang mentalnya, napasnya juga masih memburu hebat.Merasakan sentuhan Emily di kepalanya, Ellard semakin mengeratkan pelukannya, membenamkan kepalanya di ceruk leher Emily bahkan menghirup dalam aroma tubuh Emily.Napas Ellard mulai tenang dan terkendali. Ia juga terkejut dengan reaksi tubuhnya sendiri, tidak menyangka ada hal lain yang mampu menenangkannya dari mimpi buruknya  selain Naura bahkan dengan cara yang sangat berbeda
Baca selengkapnya
Apakah Dia Bersalah?
Ell menatap hasil karyanya di rambut indah Emily yang sudah tidak jelas bentuknya lagi. Melempar gunting sembarang tempat lalu melangkah pergi meninggalkan Emily.Mendengar pintu kamar sudah tertutup, Emily meluruh ke lantai, menggigit bibir bawahnya seraya mendongakkan kepala menahan agar air matanya tidak jatuh.Kini ia tahu apa alasan di balik sikap keras suaminya terhadapnya. Alasan kenapa mereka menikah, “Aku harus kuat, dia juga pasti menderita,”  gumamnya.Pintu kembali terbuka, Emily menarik napas panjang untuk menetralisirkan jantungnya.“Kau baik-baik saja?” terdengar suara Rosalinda.Emily menganggukkan kepala, “Ya, aku baik-baik saja, Ros.” Emily berusaha berdiri dan Ros pun membantunya.“Bajumu perlu diganti. Tuan mengatakan kancingnya rusak.” Rosalinda melepaskan baju Emily dan menggantinya dengan yang baru.Keduanya pun turun ke bawah, Ros membawanya ke dapur dan menj
Baca selengkapnya
Terbiasa
“Aku memberimu izin untuk cuti beberapa hari, memulihkan kesehatanmu tapi sepertinya kau tidak mengindahkannya.” Sindir Ell sembari melayangkan tatapan sinis ke arah Emily. Tindakan yang sia-sia karena Emily tidak akan melihat dan mengetahuinya. Lupakah ia jika Emily adalah seorang wanita buta.Ellard harusnya tidak terkejut mendapati Edward di rumahnya yang memang sudah terbiasa berkeliaran di sana. Namun tidak sejak Emily hadir. Ellard tidak menyukai sikap baik hati yang ditunjukkan Edward pada wanita itu. Lihat saja apa yang dilakukan Edward kali ini. Pria itu sedang sakit karena menyelamatkan Emily dari kolam berenang, dan dengan bodohnya ia mengabaikan kesehatannya dengan datang berkunjung ke rumah Ellard hanya untuk melihat Emily. Saat Ellard dan Peter menjenguknya tadi pagi, kesehatannya belum fit sepenuhnya.“Aku merapikan rambutnya. Bagus tidak?” Edward tersenyum manis mengangkat gunting dan sisir yang ada di tangannya. Ellard kembali m
Baca selengkapnya
Khawatir?
Emily merasa gugup di kursinya, ia merasa tidak nyaman namun ia juga menikmatinya, menikmati sentuhan dan perlakuan lembut Ellard terhadapnya walau ia tahu sikap yang ditunjukkan Ellard terhadapnya hanyalah kepura-puraan belaka di hadapan relasi bisnisnya.Ya, seperti yang ia katakan dahulu saat memutuskan untuk menikahi Emily, selain untuk membalaskan dendam dan meluapkan kemarahannya, Ellard juga menggunakan Emily untuk menarik simpati pangeran Arab agar berminat bekekerja sama dengannya.Dan di sini lah mereka berada, dia aula salah satu hotel terbesar di dunia. Merayakan berhasilnya kerja sama mereka. Meski tak bisa melihat, Emily tahu ruangan itu penuh dengan orang-orang penting. Ellard adalah salah satu pebisnis hebat yang sangat disegani sedangkan Asad- pangeran Arab yang terkenal sangat pemilih dalam menjalin kerja sama. Tentu saja kerja sama keduanya menjadi perbincangan hebat di kalangan pebisnis.Peter dan Edward tentu saja hadir di sana. Edward hadir
Baca selengkapnya
Biarkan Aku Menyentuhmu
“Apa kau mulai mengkhawatirkannya?” Edward menelisik wajah Ellard yang terlihat sangat melakoni perannya sebagai suami yang penuh perhatian, suami yang terlihat sangat khawatir akan kondisi istrinya. Ia benar-benar bertingkah layaknya suami yang begitu sangat mencintai Emily.Ellar menatapnya sekilas sebelum kembali mengalihkan tatapannya pada Emily yang sedang ditangani. “Jika ia sakit dan terbaring bagaimana aku bisa menarik perhatian Asad si pria unta itu. Mereka masih di sini dua hari lagi dan aku membutuhkan Emily sebelum pada akhirnya si pria gurun pasir itu menyerahkan semua tanggungjawab pada kita. Kau tahu sesungguhnya aku tak bisa bekerja sama namun aku tidak keberatan untuk berbagi hasil. Aku ingin dia lepas tangan dan hal itu bisa ia lakukan jika ia sudah menaruh simpati dan kagum pada seseorang. Aku sedang berjuang,” Ellard mengerling sebelum memberi isyarat dengan ekor matanya bahwa Asad dan istrinya sudah sampai di rumah sakit.&l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status