Semua Bab Cinta Para Cassanova: Bab 121 - Bab 130
157 Bab
121 : Kecurigaan
Keesokan paginya Gavin kembali menyuruh Dava mengantar dirinya di taman. Ia menunggu Lintang datang lagi pagi ini. Pagi ini sebelum pergi ke taman Gavin merapikan penampilan dirinya terlebih dulu. Ia mengenakan pomade di rambutnya, memakai krim pelembab di wajah dan menggunakan parfum edisi terbatas brand parfum luar negeri yang menjadi favorit dirinya. “Kenapa kamu masih di sini?” tanya Gavin pada Dava yang tak juga pergi mencari sarapan.“Perutku mulas dari tadi, aku masih belum lapar,” jawab Dava. Gavin mengerutkan keningnya, ia ingin melakukan pendekatan dengan Lintang tapi jika Dava berada di sini rencana itu hanya akan menjadi sia-sia. “Kalau begitu pergilah bertapa di toilet atau istirahat di kamarku. Aku sedang ingin sendiri.” Mendengar Gavin sudah mengusirnya Dava seketika memancungkan bibirnya dengan jengkel. Ia sudah berteman lama, maksud Gavin bisa ia tangkap dengan jelas. Sebelum pergi
Baca selengkapnya
123 : Waktunya Bangun dari Mimpi
Gavin menunggu Lintang lagi di taman pagi ini. Tiga hari ini ia selalu datang sendiri tanpa bantuan Dava. Ia sudah mengenakan tongkat jalan, jadi tidak butuh orang untuk mendorong kursi rodanya lagi. Sambil menunggu, Gavin terus menatap layar ponselnya dengan tersenyum tipis. Kali ini gadis itu akan menjadi kontak pertama yang akan ia isi di ponselnya, ia juga berniat memenuhi galeri di ponselnya dengan foto Lintang. “Kamu sudah lama menungguku?” sapa Nayara begitu datang. “Tidak, aku datang dengan tongkat ini jadi jalan kita selambat siput. Jadi aku juga baru saja sampai,” jawab Gavin. “Aku membuatkan kue bolen pisang coklat kesukaanmu, cobalah!” Nayara membuka kotak kecil yang ia bawa, ada lima bolen pisang coklat di dalamnya. Gavin menyeringai bahagia, ibunya dulu suka membuat jajanan ini karena ayahnya yang begitu menyukai rasanya. Gavin menyukai kue ini karena itu mengingatkan dirinya pada dua orang
Baca selengkapnya
124 : Petunjuk Kecil
Nayara berhenti dan menoleh ke arah sumber suara. Pekikan suara itu membuat gemetar kakinya, bahkan saat ia mengetahui siapa yang sudah menghentikan langkahnya ia semakin gemetar. “Kamu adalah wanita terjahat yang pernah aku temui,” maki Dava. Nayara diam, ia Menggigit bibirnya dengan keras. Ia harus tetap diam, karena memang pantas mendapatkan semua hinaan ini. “Seharusnya kamu tetap diam saat Gavin sudah kehilangan ingatan tentang dirimu. “Tahukah kamu kenapa ingatan Gavin mundur menjadi enam tahun lalu?“Karena di enam tahun lalu itulah dirimu mulai berada di kehidupannya. Trauma membuat alam bawah sadarnya menghapus ingatan tentang dirimu, tapi kamu datang lagi dan memberikan harapan pada pria menyedihkan itu lalu meninggalkannya lagi. Apa kamu belum puas balas dendam?” maki Dava panjang lebar. Jantung Nayara hampir saja berhenti berdetak ketika Dava mengatakan ‘balas dendam,&rs
Baca selengkapnya
124/125 : Ingatan Kembali
Sekeras apa pun Gavin mencoba, ingatan itu tidak kembali. Ia tidak bisa mengingat kejadian enam tahun terakhir. Gavin mulai putus asa, wajahnya menjadi begitu mengerikan. ‘Jika aku tidak bisa mengingatnya, maka aku harus mencari tahu.’Gavin yakin Lintang adalah wanita yang ia kenal, hanya saja ia tidak bisa mengingatnya. Lintang sengaja menyembunyikan identitas dirinya, karena itulah ia selalu muncul saat Gavin sendiri. Ia tidak ingin orang lain yang mengenal dirinya mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya. Hanya saja Gavin tidak tahu alasan Lintang melakukan itu. ‘Kejadian di masa lalu pasti ada kaitannya dengan pilihan dia untuk pergi.’ ‘Antara, Dava, Arka, dan Ara mereka pasti mengetahui tentang Lintang,’ “Ara!” teriak Gavin. “Ara!” “Iya kak, aku datang,” setelah panggilan kedua Ara akhirnya datang. Ia terkesiap ketika membuka
Baca selengkapnya
125 : Nafsu Terpendam Arka
Nayara menatap wajah teduh Gavin di hadapannya, “Tapi aku-,” Gavin meletakkan jari telunjuknya ke bibir Nayara agar berhenti melanjutkan apa yang ingin dia katakan. “Jangan berkata tentang hal yang tak ingin kudengarkan, lebih baik ambilkan makanan di meja itu dan suapi aku. Perutku sangat lapar,” pinta Gavin. Rumah sakit baru saja memberikan jatah makan malam pada Gavin. Lidah Gavin sangat bosan dengan makanan rumah sakit yang hambar, meski begitu perutnya yang terus meronta kelaparan tidak bisa menunggu lebih lama. Brak... Pintu rumah sakit terbuka dengan keras, dua orang pria dan satu wanita datang menerobos dengan wajah cemas begitu mendapatkan kabar Gavin pingsan di tengah jalan. Keringat bercucuran di dahi ketiga orang terdekat Gavin, wajah cemas itu berubah menjadi raut yang rumit ketika mendapati pria di atas ranjang sedang makan dari suapan Nayara. “Apa kakak baik-baik saja?&rdqu
Baca selengkapnya
126 : Sugar Daddy
Mereka beradu pandang cukup lama, ruangan yang sepi membuat suara jantung kedua orang itu saling bergemuruh. Arka sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. Ia mengarahkan bibirnya mendarat ke bibir merah Ara yang begitu lembut. Mereka berciuman untuk waktu yang cukup lama. Sudah lama mereka tidak bermesraan, kali ini Arka ingin menjadi lebih serakah. Ting tong.. Suara bel apartemen Arka berbunyi, Arka menghentikan gerakan bibirnya dengan raut kecewa. “Ah sial, kenapa cepat sekali makanannya datang!”  “Tentu saja cepat, kamu pesan makanannya di rumah makan lantai bawah apartemen ini,” jawab Ara. Arka segera berjalan dan mengambil makanannya. ‘Baiklah, makan dulu. Bagaimana pun aku juga perlu mengisi energi!’ batin Arka. Di meja ruang tamu mereka menghabiskan makan bersama sambil menonton televisi. Ada tawa dan obrolan hangat seperti pasangan suami istri yang sudah lama bersam
Baca selengkapnya
127 : Dava Terjebak
Grek bukan lawan yang mudah, Dava tahu dirinya bukan lawan yang imbang pengawal Grek yang sudah terlatih. Pengusaha berdarah dingin dan kejam itu sudah pasti mendapatkan pengawalnya dengan seleksi ketat. Dava berusaha membalas pukulan pengawal itu, tapi belum sampai mendarat ke wajah sangar pengawal. Kepalan tangan Dava sudah dicengkeram olehnya. Tangan Dava dipelintir hingga tulangnya menciptakan bunyi gemertak yang   memekikkan telinga, Dava meringis kesakitan. Jordi yang berdiri gemetar tidak tahu harus berbuat apa. Konser usai, kini banyak penonton yang mulai menghamburkan diri keluar dari ruangan. Grek tahu bahwa situasi sudah mulai tidak kondusif jika banyak orang melihat pertikaian mereka. “Lepaskan dia, ayo kita pergi!” ajak Grek sebelum banyak orang melewati mereka. Tubuh Dava segera di hempaskan oleh pengawal itu, membuat Dava terhuyung. Jordi segera meraih tubuh Dava agar tidak terbentur ke tembok. Dua pria itu
Baca selengkapnya
128 : Masuk Jebakan
Dava segera masuk Lift dan menekan tombol lantai paling atas. Sesampainya di sana ia menarik nafas dalam dan bersiap mengumpat dengan kekuatan penuh. Sebelum itu ia sudah menyiapkan ponselnya untuk merekam video yang akan ia kirim pada Gavin. “Sialan kau Gavin!“Aku tidak akan berterima kasih padamu!“Ini namanya balas dendam!” Maki Dava dengan suara keras yang membahana ke udara. Selesai berteriak, nafasnya masih naik turun. Ia segera mengirimkan vidio itu kepada Gavin. Gavin sedang makan ketika menerima pesan itu. Ia hampir memuntahkan makanan dimulutnya saat melihat upaya Dava berteriak mengumpat dirinya. Gavin tertawa puas hingga otot perutnya terasa kaku. “Apa yang membuatmu tertawa?” tanya Tante Geby. “Dava mengumpatku lalu mengirimkan vidionya padaku. Dia memang selalu konyol sejak dulu!” “Jadi kamu sudah berbaikan dengan Dava? Apakah Arka tidak me
Baca selengkapnya
129 : Kekuatan Arumi
Jordi baru saja keluar dari Manajemen Stone, ia mencari keberadaan Arumi yang seharusnya saat ini sedang menunggunya di depan gedung. Mereka akan pergi ke salah satu desainer baju untuk pembuatan video albumnya. “Apa kamu mengetahui keberadaan Arumi?” tanya Jordi saat Romi lewat di depannya. “Oh ia, aku lupa memberitahumu. Ia sedang makan siang bernama Grek di restoran hotel ocean,” jawab Romi. Wajah Jordi seketika pucat pasi, jarinya mengepal ingin menghantam pria di depannya sekarang. “Apa kamu bilang?” pekik Jordi dengan tatapan mata yang tajam. Romi menjadi ketakutan dan mundur perlahan. “Aku sudah ada janji dengan desainer baju, kenapa kamu membuat janji lain tanpa memberitahuku?” maki Jordi masih dengan wajah yang marah. “Ya sudah, di undur setelah makan siang-kan masih bisa? Grek adalah pria yang akan berinvestasi untuk album Arumi. Ia orang penting!”
Baca selengkapnya
130 : Ciuman di depan Umum
Dava baru saja memasuki hotel Ocean dan segera menuju meja resepsionis. “Cepat katakan di kamar mana Grek membawa Arumi!” Titah Dava pada resepsionis. Nafasnya naik turun dan wajahnya terlihat sangat kusut. Saat di telepon Jordi hanya mengatakan bahwa Grek membawa Arumi ke Hotel Ocean, tanpa ada penjelasan bahwa mereka sebenarnya bertemu di restoran hotel. Dava menyimpulkan bahwa Grek sudah memaksa Arumi ke kamar hotel ini. Dia harus menyelamatkan gadis itu sebelum terlambat. “Maaf, itu data pribadi. Kami tidak bisa memberitahu Anda,” terang Si Resepsionis. “Tolonglah, katakan di mana mereka. Apa kamu tahu bahwa gadis yang di bawa Grek ke kamar sedang dalam bahaya!” pekik Dava. “Maaf kami tidak bisa tuan, jika menurut Anda gadis itu dalam bahaya maka silahkan menghubungi pihak berwenang.” “Ah sial!” maki Dava putus asa. Jika ia menelepon polisi maka prosesnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status