All Chapters of Cinta Para Cassanova: Chapter 101 - Chapter 110
157 Chapters
101 : Kekecewaan Anak Lelaki
Keanu tidak percaya pada apa yang baru saja ia dengar, “Tidak! Kakak pasti berbohong,” elak Keanu. “Bagaimana mungkin Kakak berbohong, sementara sebelum mobil itu menghantam tubuh kakak, mataku masih melihat dengan jelas Arman adalah orang yang mengemudikan mobil itu,” yakin Nayara. “Tidak, ini tidak mungkin,” Langkah Keanu mundur perlahan, ia memegang dadanya di mana jantungnya hampir saja meledak karena tidak bisa menerima kenyataan ini. “Ayah, datang ke panti tepat satu hari sebelum kecelakaan itu. Ia terus memaksa kakak untuk melakukan aborsi, jika aku menolaknya ia akan melakukan hal buruk. Keesokan harinya kakak baru menyadari bahwa ayah tidak bermain-main dengan ancaman itu.” Keanu ambruk dan terduduk di bangku taman, ia mencengkeram dengan erat pegangan di ujung bangku besi itu. Wajahnya kini pucat pasi, seolah darah ditubuhnya berhenti mengalir. “Bagaimana mungkin ay
Read more
102 : Sepasang Musisi
Dava sedang melewati sebuah ruang latihan ketika ia mendengar suara mengganggu dari seorang yang memainkan gitar dengan cara yang asal-asalan. Ia segera membuka pintu ruangan itu dan hendak melihat siapa orang yang sudah merusak telinganya dengan petikan gitar yang sumbang. Ia begitu terkesiap ketika mendapati bahwa orang yang tengah duduk memetik gitar itu adalah Arumi. Dava melangkah menghampiri Arumi yang tengah terduduk dilantai tempat biasa para dancer berlatih menari. “Melihatmu berada di sini sepertinya kamu sudah mendapatkan kontrak sebagai artis di Manajemen ini?” sapa Dava. Arumi yang tidak mengetahui kapan kedatangan Dava sedikit ter jingkat. Dava tersenyum ketika melihat wajah terkejut Arumi yang begitu manis di matanya. “Aku baru tanda tangan kontrak kerja beberapa hari yang lalu.”“Baguslah, kamu memang memiliki suara yang indah dan menjual,” jawab Dava sambil duduk disebalah Arumi. &l
Read more
103 : Meski begitu Jangan Menghina Dia
Arumi masih terdiam, ia tidak tahu apa yang harus ia ucapkan setalah mendengar perkataan Dava. Ada rasa lega karena tidak harus mengecewakan lelaki itu karena penolakan manajernya tapi tetap saja masih ada rasa kecewa yang menggelayuti hatinya. “Aku tidak ingin orang lain!” Dheg! Langkah Dava berhenti, satu kakinya melayang di udara ketika ia menghentikan langkahnya menuruni tangga begitu mendengar jawaban Arumi. Jantungnya bahkan seolah berhenti berdetak. “Aku minta maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa.” Dava harus meyakinkan Arumi, ia tidak ingin gadis yang baru akan memulai kariernya itu terluka jika terlibat dengan dirinya yang penuh skandal. “Bukan itu maksudku. Jika bukan kamu yang bermain gitar, maka bisakah kamu mengajariku bermain gitar sendiri untuk konser nanti?”Dava terdiam beberapa saat, ia tidak tahu apa yang dipikirkan gadis ini. Semua orang tahu betapa brengsek dan tidak
Read more
104 : Mogok Makan
Di kediaman Keluarga besar GavinAra sudah tidak punya lagi kebebasan dalam dirinya, ia mogok makan sejak empat hari lalu. Tubuhnya semakin lemah dan bibirnya sekarang kering seperti gurun pasir. Ara berhenti memasukkan makanan ke perutnya selama empat hari ini, tapi ia sudah tidak merawat pola makannya sekembali dari Sydney. Ia kini lemah dan tak mampu bergerak dari ranjangnya. Ia hanya melihat semua pesan singkat yang terus di kirimkan Arka padanya, tanpa berani membalas tiap pesan itu. Gavin berusaha dengan keras memadamkan cinta Ara pada Arka yang sudah mengakar sejak ia SMA, tanpa ia tahu itu hanya akan jadi ke sia-sian saja. Ancaman itu hanya akan membunuh adiknya, tidak dengan cintanya. Kisah cinta sepihak sudah berakhir, mereka sudah memiliki ikatan satu sama lain yang menguatkan perasaan itu. “Apa kamu mau mati perlahan?” maki Tante Geby melihat keponakannya hanya terbaring di sisi ranjang tanpa mau memasukkan apa pun ke mulutnya. Tubu
Read more
105 : Menjadi Lebih Kuat
“Tolong, biarkan aku melihat Ara!” pinta Arka pada Gavin. Matanya merah dan berair, berlutut adalah cara terakhir Arka untuk mendapatkan izin dari Gavin tanpa harus membuat keributan meski ia sangat ingin berlari dan menggendong Ara keluar dari rumah ini. “Apa kalian tidak bisa mengusir pria itu keluar?” Maki Gavin pada dua anak buahnya. “Tuan, mari bekerja sama! Keluarlah tanpa kami harus melakukan kekerasan!” Pinta salah satu anak buah Gavin.Arka tak bergeming, ia sudah menancapkan akarnya di rumah ini. Ia tidak akan begitu mudah di cungkil sebelum mendapatkan apa yang ia inginkan. “Aku tidak akan bergerak meninggalkan rumah ini jika belum melihat kondisi Ara!” Kedua anak buah Gavin segera meraih lengan Arka hingga tubuhnya sedikit terangkat. “Lepaskan dia!” perintah Tante Geby pada dua anak buah Gavin. “Tante jangan ikut campur!” pekik Ga
Read more
106 : Berhutang Maaf
Beberapa hari setelah di rawat dari rumah sakit, Arka membawa Ara ke rumah sahabat baiknya, Via. “Aku minta maaf, untuk sementara akan merepotkan dirimu. Tolong jaga Ara baik-baik!” Pamit Arka ketika meninggalkan Ara di rumah Via. Ara sudah di usir dari rumah besarnya oleh Gavin, tidak mungkin membawa Ara kembali ke rumahnya. Meski gadis itu juga memiliki apartemen tetapi Arka berpikir akan buruk bagi mental Ara yang masih terguncang untuk tinggal sendiri di apartemen. Arka masih cukup rasional  untuk tidak membawa Ara tinggal bersamanya. Jika Gavin mengetahui itu kemarahan di hatinya justru akan semakin membara. Arka menggenggam erat jemari Ara sebelum meninggalkan rumah Via, “Jaga diri baik-baik! istirahat cukup, biar aku yang menangani Gavin,” pesan Arka. “Aku pergi dulu ya!” lanjut Arka. Ara melambaikan tangannya, ada kebahagiaan dan juga kesedihan di wajah cantiknya yang saling tumpa
Read more
107 : Apa Salahku?
“Tidak, kamu pasti sudah berbohong padaku!” elak Gavin mendengar bahwa Nayara tidak ingin bertemu dengan dirinya. Ia meyakin bahwa apa yang baru saja dikatakan oleh Keanu adalah kebohongan untuk membuat dirinya menyerah. Keanu segera meraih ponsel di tangannya, butuh beberapa detik hingga telepon yang ia hubungi menjawab. Keanu sengaja menekan tombol loudspeaker pada layar ponsel  agar Gavin bisa mendengar percakapan yang akan ia lakukan. “Iya Hallo, ada apa Keanu?” Pupil mata Gavin seketika melebar ketika mendengar suara di balik telepon adalah Nayara. Jari telunjuk Keanu diletakkan di atas bibirnya, ia sedang memerintahkan agar Gavin diam dan hanya mendengarkan saja percakapan yang akan ia lakukan. “Gavin baru saja datang menemuiku Kak, apakah aku boleh memberitahu di mana kakak berada sekarang padanya?” tanya Keanu. “Jangan beri tahu di mana keberadaanku padanya!” jawab Nay
Read more
108 : Aku akan tetap mencari mu!
Setelah mendengar bahwa Gavin masih berusaha mencarinya, Nayara merasakan sakit di ulu hatinya. Sebesar keinginan dia untuk melupakan Gavin, semakin besar pula rasa rindu di hatinya. Gavin masih menjadi satu-satunya pria yang pernah ia cintai sepanjang hidupnya. Ia sudah melihat banyak perjuangan Gavin selama di rumah sakit jiwa untuk menebus kesalahan dirinya di masa lalu. Semua usaha itu membuat dinding es yang menyelubungi hatinya kembali mencair untuk pria itu. Hanya saja kini ia sudah dalam kondisi stabil dan mengetahui lubang besar yang ada pada dirinya. Ia tetap  meminum obat, meski sekarang Dokter Hana sudah meresepkan obat seminggu sekali untuknya. Skizofrenia akan terus melekat pada dirinya, walau ia sekarang sudah merasa baik-baik saja. Hanya saja ia harus tetap bergantung pada obat sepanjang hidupnya, meski dengan jangka waktu minum obat yang tidak sesering dulu. Skizofrenia yang ia derita sekarang sedang tertidur untuk sementara waktu dan bisa
Read more
109 : Pertikaian di Lantai Dansa
Arumi dan Dava tengah berada di ruang karaoke. Mereka bukan datang untuk bernyanyi bersama, justru selama dua jam mereka berada di sini tidak ada satu lagu pun yang di putar melalui layar. Pengeras suara di ruangan itu tidak berbunyi sedikit pun. Hanya ada suara gitar dan suara merdu Arumi di ruangan itu. “Ternyata tidak semudah yang kubayangkan,” keluh Arumi setelah hampir dua jam ia masih belum bisa menghafalkan kunci gitar yang akan mengiringi lagunya. “Tak apa, masih ada beberapa hari tersisa,” tenang Dava. Ini sudah hari ketiga mereka berlatih gitar, masih di tempat yang sama yaitu tempat karaoke keluarga tak jauh dari tempat tinggal Dava. Bagi Dava ini adalah tempat teraman, mereka tidak mungkin berlatih di Cafe di mana banyak orang bisa dengan mudah mengenali Dava. Ia juga sudah mengepak semua barang-barangnya di manajemen Stone, Dava merasa begitu enggan jika harus melatih gitar Arumi di sana. Jadi pilihan tempat terakhir yang Dava putuskan adalah
Read more
110 : Ciuman Pertama Arumi
Arumi membopong tubuh Dava keluar dari dikotik, sebenarnya lelaki itu cukup kuat untuk berjalan sendiri tapi entah kenapa perhatian Arumi membuat ia ingin terlihat lemah lebih lama lagi. Pelukan Arumi membuat ia lupa diri untuk sesaat. Arumi segera mengemudi mobil Dava, setelah memastikan Dava sudah duduk dengan an di kursi penumpang bagian depan. “Kita mau kemana?” tanya Dava. “Rumah sakit,” jawab Arumi singkat sambil memundurkan mobilnya dari tempat parkir. “Hai, tidak perlu! Aku tidak separah itu hingga harus dibawa ke rumah sakit,” tolak Dava. “Lihatlah wajahmu memar dan bibirmu juga robek!” “Ini tidak separah itu! Antar saja aku pulang ke apartemen.” Arumi tidak dapat berbuat banyak, ia akhirnya mengemudikan mobilnya menuju apartement Dava. Menurunkan pria itu tepat di depan loby apartemen. “Apa kamu yakin bisa berjalan sendir
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status