All Chapters of Cinta Para Cassanova: Chapter 81 - Chapter 90
157 Chapters
81 : Peperangan Antar Sahabat
Dava berkunjung ke ruang kerja Gavin setelah menghabiskan tiga minggunya hanya berdiam diri di Apartemen. Media belum sepenuhnya meredam berita tentang skandal dirinya, apalagi Claire ikut menyentil Mivi di setiap media sosial. Hal itu membuat pemberitaan tentang dirinya semakin melebar ke mana-mana  dan yang mendapat panggung untuk semua ini tentu adalah Mivi dan Claire. Dava hanya semakin tersudut dengan semua jadwal kerja yang terpaksa di batalkan. “Untuk apa kamu datang kemari? Media masih berkerumun di depan kantor, kamu seharusnya tetap berdiam diri,” kalimat itu keluar dari bibir Gavin setelah Dava memasuki ruang kerjanya. Ia masih menyimpan banyak amarah dalam hatinya, karena Dava ia mengorbankan banyak hal, waktu dengan Nayara dan uang yang banyak untuk membayar kerugian. Ia memang sahabat Dava, tapi bisnis bukan hanya tentang persahabatan. Ada banyak karyawan yang menjadi tanggung jawab Gavin bukan hanya Dava. “Aku hanya merasa
Read more
82 : Tertangkap Basah
“Baiklah, buktikan saja. Sebelum membunuhku kamu pasti sudah menikam Arka lebih dulu!” jawab Dava dingin. Ia meninggalkan Gavin dalam kekacauan. Gemetaran di tubuh Gavin membuat otaknya tidak dapat berfungsi dengan baik. Jika ini hanya manipulasi Dava makan dia bertekad akan membelah tubuh Dava menjadi dua. Tapi, untuk membuktikan itu ia sekarang harus terbang ke Australia, yang Gavin tahu Arka sekarang tengah berada dalam tour peragaan busana dan make up di beberapa negara Asia Tenggara. Ia tidak mungkin mendatangi Arka yang entah sekarang berada di negara mana untuk mendapatkan penjelasan darinya. Gavin meraih handphone di atas meja. Ia segera keluar dengan wajah yang kalut, “Hubungi pilot pribadiku, aku butuh jet pribadi untuk di terbangkan ke Australia sekarang!” perintah Gavin pada sekretarisnya. “B-baik pak,” jawab sekretaris itu yang sedikit ketakutan melihat wajah dingin Gavin, cara melangkah pria itu sudah
Read more
83 : Penolakan Hingga Akhir
Hawa panas memenuhi penjuru ruangan, untuk beberapa saat ketiga orang itu hanya berdiri dalam diam. Kaki Ara gemetar melihat kakaknya penuh amarah di depan matanya. Keringat dingin membasahi punggungnya, tapi Arka terlihat begitu tenang. Hanya Tuhan yang tahu bahwa sebenarnya Arka sepenuhnya merasa kerdil dan ketakutan. Ia tak pernah melihat tatapan dingin Gavin seperti hari ini. Arka tetap berusaha menyeimbangkan diri, ia harus menjadi kuat di hadapan Ara. Cepat atau lambat ia juga harus menghadapi Gavin, meski hari ini terlalu cepat baginya. Ara berusaha melepaskan genggaman tangan Arka setelah tatapan tajam kakaknya menatap pegangan itu, tapi Arka justru semakin kuat menahan genggaman itu. Jantung Ara semakin berdegup dengan kaki yang kian melemas, ia seperti tengah berada di medan perang. “Lepaskan!” pekik Gavin“Gavin maafkan aku, tapi kali ini aku tidak akan melepaskan tangan adikmu.”Gavin menarik tangan Ara s
Read more
84 : Gavin Vs Tante Geby
Sepanjang perjalanan Ara hanya duduk diam dalam ketakutan, bahkan bernafas saja ia sangat berhati-hati. Ia ingin menyamarkan kehadiran dirinya di dalam pesawat yang hanya berjarak satu bangku dengan kakaknya. Gavin sedari tadi  terlihat memijat keningnya atau menatap kosong dari balik jendela, udara dingin masih menguap dari tiap pori-pori Gavin hingga membuat seisi ruangan terasa begitu dingin. Gavin sebenarnya menahan rasa sakit yang terus menjalar di kepalan tangan yang tadi sudah menghancurkan wajah sahabatnya sendiri. Hatinya masih diliputi amarah, tapi di ujung terdalam masih tersisa rasa bersalah sudah membuat Arka terluka. Saat tengah malam mereka sudah sampai di rumah, Tante Geby belum tidur ketika mendengar suara mobil memasuki rumah. Di atas tangga berbentuk setengah lingkaran ia menatap siapa yang datang di tengah malam. Saat pintu besar itu di buka, ia terkejut melihat yang datang adalah Gavin dan Ara. Mulutnya menganga lebar hingga rahangnya
Read more
85 : Seperti Lima Tahun Lalu
Gavin memacu mobilnya tengah malam menuju Bogor, Nayara adalah sumber ketenangan baginya sekarang. Ia hanya ingin melihat sebentar gadis yang kini sudah mengambil tempat tersendiri di hatinya. Mobil Gavin sudah sampai di depan rumah sakit jiwa pukul dua dini hari. Sebagian kamar pasien di rumah sakit itu padam, Gavin akhirnya memutuskan untuk tidur di mobil hingga pagi hari menjelang, tak mungkin ia masuk ke rumah sakit di tengah malam seperti ini. Pagi hari ketukan pelan membangunkan tidur Gavin, senyum indah Nayara bersinar terang seperti mentari pagi yang menyusup dari jendela kaca mobil Gavin.‘Apakah ini mimpi? Sejak kapan Nayara tersenyum kembali padaku?’ Gavin segera membuka pintu mobil, hingga angin dingin pegunungan menerpa kulitnya. “Apa semalaman kamu bermalam di mobil?” Hati Gavin berdebar, di balik semua rasa sakit yang diberikan sahabat bahkan adiknya sendiri kini ia mendapatkan kebahagiaan dari N
Read more
86 : Dunia Luar untuk Nayara
Sepanjang perjalanan Nayara menggenggam erat sabuk pengaman yang melingkar di tubuhnya. Ini kali pertama ia ke dunia luar. Empat tahun terakhir ia hanya menghabiskan harinya di lingkungan rumah sakit jiwa. Ia gemetar, lingkungan luar pasti sudah banyak berubah. Ia takut akan menimbulkan masalah atau tiba-tiba menjadi histeris dan menyusahkan Gavin. “Tak apa! Jangan takut ada aku di sini,” kata Gavin ketika membaca rasa gugup yang di alami Nayara. Nayara tersenyum tipis, ia kemudian menatap sepanjang jalan. Hinggap saat lampu merah ia menatap seorang anak kecil perempuan tengah bersandar pada tiang lampu merah. Gadis kecil itu adalah anak Nayara yang selama ini ia yakini masih hidup dan terus berada di sisinya. ‘Tidak, jangan sekarang,’ pinta Nayara pada dirinya sendiri. Jauh di dalam lubuk hatinya ia tahu bahwa gadis kecil yang ia lihat hannyalah halusinasi. Hanya saja halusinasi itu terus saja muncul dan menjadi bagian dari k
Read more
87 : Kepulangan Nayara
Semua staf media di rumah sakit itu kini seperti berada di dalam oven besar, mereka tak henti mengeluarkan keringat dari pori-porinya. Lelaki tinggi besar si hadapan mereka adalah sumber hawa panas yang membuat mereka menciut ketakutan. Urat-urat di wajah lelaki itu hampir keluar ketika ia menekan rahangnya, dia sudah di bodohi dan sepertinya Dokter Hana adalah sutradaranya. “Ini pertanyaan terakhirku, jawab dengan jujur atau kekerasan yang akan bicara,” ancam Keanu dengan wajah dingin dan tatapan setajam elang. “Dengan siapa Nayara sekarang?” Tubuh Dokter Hana bergetar, di dalam hatinya ia ketakutan. Tapi ia tetap psikiater hebat yang bisa menyembunyikan seluruh emosi yang ia rasakan. “Ia pergi dengan Gavin, untuk pertama kalinya setelah sakit ia ingin menyapa dunia luar. Aku harap kamu tidak keberatan, ini sangat berarti untuk kesehatan Nayara,” terang Dokter Hana. Hati Keanu bagai di lempar
Read more
88 : Perpisahan dan Pesan Terakhir
“Tunggu sebentar,” kata Dokter Hana menghalangi langkah Keanu membawa Nayara pergi. “Berikan aku waktu 15 menit saja sebelum kamu membawa dia pergi, aku ingin memberikan konsultasi terakhir untuk Nayara,” pinta Dokter Hana. Keanu merenggangkan pegangan tangannya pada Nayara, “Pergilah, aku akan menunggu Kakak di depan.”Nayara segera mengekor pada langkah Dokter Hana menuju taman Hortensia. Nayara menatap bunga-bunga itu, ia merawatnya dari bibit kecil hingga seperti sekarang dan kini akan meninggalkan bunga-bunga itu, rasanya seperti separuh jiwanya tertinggal di sini. “Nayara,” panggil Dokter Hana begitu lembut pada gadis yang kini duduk di sebelahnya. “Apa anak itu masih sering datang padamu?” Dheg...! Jantung Nayara berdebar mendengar pertanyaan itu, ia berusaha sekeras mungkin menutupi tentang kehadiran anak kecil itu dari semua orang, tapi sepertin
Read more
89 : Kedatangan Wanita Lain
Taksi sudah membawa Arumi berada di depan gedung Manajemen Stone. Di depan lobi yang di penuhi lalu lalang pegawai dan juga para wartawan yang masih menunggu kedatangan Dava, tatapan mereka kini teralih pada kaki jenjang yang baru saja mengeluarkan sebelah kakinya dari taksi.Sebagian lelaki di sana menatap dengan bola mata yang hampir keluar, bahkan rahang mereka hampir terjatuh karena mengaga terlalu lebar saat mengetahui ada gadis cantik dan seksi keluar dari taksi. “Aku baru tahu, ada manusia secantik bidadari di dunia ini,” guman pegawai pria yang tak sadar sudah memegang botol minumannya dengan tangan gemetar, jantungnya berdegup sangat cepat. Wartawan bahkan mengarahkan lensa kamera pada Arumi seolah ia adalah artis terkenal. “Bisakah aku bertemu dengan seseorang yang bertanggung jawab pada rekrutmen artis baru di sini?” tanya Arumi saat ia sampai di meja resepsionis. “Maaf, kami sedang tidak menga
Read more
90 : Kebencian Arumi
Arumi mengakhiri lagunya dengan sempurna, Romi kini menelan ludah beberapa kali. Ia bahkan tak sadar sudah bertepuk tangan tanpa suara untuk gadis yang sempat ia remehkan. Dava dan Arumi tak berhenti saling beradu pandang, padahal di dalam otak mereka ada hal berbeda yang saling bertolak belakang. ‘Menemukanmu adalah jackpot terbesar dalam hidupku selama ini,’ batin Dava. Ia semakin terpesona dengan kecantikan dan bakat yang dimiliki oleh Arumi. ‘Balas dendam baru saja dimulai,” batin Arumi ‘dulu kamu bahkan tidak melirikku sebagai seorang wanita, tapi sekarang kamu bahkan tidak berkedip saat melihatku. “Bagaimana? Dia luar biasa bukan?” tanya Dava pada Romi. Romi yang kini berkeringat dingin di jemarinya tak bisa menampik mengenai bakat Arumi sekarang. Dia akan menjadi pendatang baru spektakuler, mereka bahkan tak perlu mencarinya dengan susah payah. Gadis itu datang sendiri dengan kedua kakinya ke Manajemen Stone di antara puluhan manajemen arti
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status