All Chapters of Hot Mother: Chapter 111 - Chapter 120
140 Chapters
111. Kepingan Masa lalu
“Kau ingin aku memaafkanmu?” tanya Sofia pada akhirnya.Arnold mendongakkan kepalanya. Pria itu mengangguk pelan. Sejak tadi kata-kata inilah yang ingin dia dengar dari Sofia.Sofia menatap Arnold dengan tatapan datar. Sejak beberapa saat yang lalu, wajah wanita itu benar-benar terlihat begitu datar, tanpa ekspresi apa pun. Tidak raut kemarahan seperti beberapa jam yang lalu.“Aku sudah memaafkanmu—“ Sofia menarik sedikit sudut bibirnya. Kini dia harus bisa melupakan segalanya.Bukan berarti Sofia bisa lupa begitu saja dengan kesalahan yang sudah Arnold buat. Hanya saja, dia merasa harus melakukan ini agar bisa hidup dengan normal.Sofia ingin melupakan segalanya dan bisa kembali hidup seperti sebelum bertemu dengan Arnold. Dia hanya ingin fokus kepada El, itu saja.Bibir Arnold mengembang. Wajah pria itu berbinar cerah. Sejak tadi inilah yang dia inginkan. Arnold sangat ingin mendengar perkataan ini keluar lang
Read more
112. Tentang El
Suasana di dalam kamar itu terasa sedikit berbeda. Ada udara dingin yang merayap di sekitar mereka berdua. Ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata oleh mereka berdua.Sofia membelalakkan matanya lebar-lebar. Tubuh wanita itu mematung ketika merasakan sebuah tangan besar yang melingkar di pinggang. Jantungnya pun berdetak lebih cepat, setelah menyadari posisi mereka seintim ini.Arnold menutup mulut Sofia dengan salah satu tangannya. Satu tangannya yang lain memeluk pinggang ramping Sofia. Mata pria itu menatap ke arah pintu, dengan napas yang terengah-engah.“Jangan bersuara!” bisik Arnold sepelan mungkin.Pria itu kemudian mengalihkan tatapannya dari pintu.Arnold tertegun ketika dia mengalihkan pandangannya pada wanita itu. Jantungnya berdetak kencang, setelah menyadari posisi mereka sedekat ini.Dia sama sekali tidak menyadari bahwa telah memeluk Sofia karena terlalu terkejut. Pria itu kemudian menurunkan tanga
Read more
113. Kebimbangan
Malam semakin larut. Namun, Arzan belum juga pulang dari apartemen Arnold. Banyak hal yang kedua pria itu ceritakan, seolah lupa dengan keberadaan wanita yang menunggu sejak tadi.“Kau tau, saat ini aku benar-benar berharap bahwa anak itu adalah putramu, Ar!” Arzan menatap Arnold dengan berbinar bahagia.Arnold tersenyum lebar. Setelah mereka membicarakan rencana untuk bisa mengetahui identitas El, kini mereka hanya terlihat mengobrol santai saja.“Aku juga mengharapkan hal itu. Entah kenapa rasanya sangat berbeda ketika aku dekat dengan anak itu.” Arnold menerawang ke masa pertama kali dia bertemu dengan El.Hari itu adalah, hari di mana Arnold merasakan sebuah perasaan yang berbeda. Bukan perasaan cinta seperti seorang pria kepada wanita.Tidak. Bukan itu, tetapi sesuatu yang terasa asing bagi Arnold. Sesuatu yang belum pernah dia rasakan.“Sejak pertama aku melihatnya, aku juga merasa bahwa wajah itu tidak la
Read more
114. Kembali Terjadi
Nicholas berjalan mondar-mandir di dalam apartemennya. Sudah tengah malam, tetapi Sofia belum juga ada kabar.Bahkan ponsel wanita itu tidak bisa dihubungi sama sekali. Rasa khawatir tentu saja merayapi hati Nicholas.Tidak pernah sekalipun Sofia pergi tanpa memberi kabar seperti sekarang. Tidak pernah sekalipun wanita itu mematikan ponselnya seperti saat ini.“Apa dia benar-benar marah?” tanya Nicholas pada dirinya sendiri.Ingin rasanya dia pergi keluar saat ini juga untuk mencari Sofia. Namun, keberadaan El membuat pria itu ragu. Dia tidak mungkin meninggalkan El sendirian.Akan tetapi, keberadaan Sofia yang tidak jelas juga membuat hatinya khawatir. Dia hanya takut sesuatu terjadi kepada wanita malang itu.“Argh!” Nicholas melemparkan ponsel dengan sangat kuat, hingga jatuh berhamburan di atas lantai.Pria itu merasa frustrasi dengan situasi yang sedang dia hadapi saat ini. Tubuh yang lelah serta pikiran ya
Read more
115. Haruskah Kembali?
Pagi hari kembali menyapa. Sinar matahari menerobos masuk melalui celah jendela.Sofia berkali-kali mencoba membuka kedua matanya, dengan susah payah. Tubuh wanita itu terasa remuk redam akibat pergumulan panas malam tadi.“Sudah bangun?” Suara berat seorang pria membuat kesadaran Sofia terkumpul sepenuhnya.Wanita itu sukses membuka lebar kedua matanya. Hal yang pertama kali dilihat, adalah seorang pria berbadan kekar yang sedang tersenyum ke arahnya.Seorang pria yang mengenakan kaus pendek dan celana olahraga. Tubuh serta wajah yang terlihat basah dipenuhi oleh keringat.Pagi-pagi sekali Arzan sudah pulang, dan Arnold memutuskan untuk berolahraga—berlari mengelilingi taman yang ada di depan apartemennya.Setelah bangun pagi tadi tubuh Arnold merasa lebih segar. Dia merasa benar-benar sehat, tanpa merasakan lagi rasa lelah karena terlalu banyak bekerja.Sofia kembali mengingat kejadian malam tadi. Wanita itu reflek
Read more
116. Egois
“Sofia, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Arnold berjongkok di hadapan Sofia.Setelah beberapa saat menunggu Sofia keluar dari dalam kamarnya, tetapi wanita itu sama sekali tidak muncul. Sampai Arnold memutuskan untuk masuk, dan melihat keadaan Sofia.Kini tidak ada lagi gurat khawatir dan keresahan di wajah wanita itu. Sehingga Arnold bisa bernapas lega setelah melihat keadaan Sofia.Arnold tidak tahu siapa yang Sofia hubungi tadi. Namun, dari raut wajah wanita itu, Arnold yakin bahwa Sofia pasti sedang mengkhawatirkan seseorang.Sofia mengangkat kepalanya. Membuat pandangan wanita itu sejajar dengan Arnold. Tinggi tubuh mereka yang berbeda jauh, membuat Arnold tampak sejajar dengan Sofia meski dalam keadaan berjongkok.“Kau ingin bertanya tentang apa?” tanya Sofia dengan wajah bingung. Wanita itu berusaha menetralkan kegelisahan yang sempat terjadi beberapa saat lalu.Arnold terdiam untuk beberapa saat. Apa ini waktu
Read more
113. Firasat Buruk
Nicholas menatap jam di pergelangan tangan, yang terus saja berdetik sejak tadi. Sudah lebih dari tiga puluh menit, tetapi Sofia belum juga menampakkan diri.Jujur saja berbagai macam pikiran berkecamuk di dalam kepala pria Italia itu. Sebenarnya di mana Sofia? Ke mana Sofia pergi? Dan bersama siapa Sofia semalam? Pertanyaan seperti itu terus saja menghantui benaknya.Nicholas menjatuhkan dirinya di atas sofa. Pria itu menghela napas berat sembari menatap El yang sedang bermain di depan televisi.“Dad, kenapa mommy lama sekali?” tanya El. Manik abu anak itu masih terlihat fokus dengan mainan yang sedang dia mainkan.“Mungkin di jalan macet,” jawab Nicholas seadanya.Ya, itu mungkin saja. Sebab sekarang masih jam orang berlalu lalang di jalanan. Dia memang sengaja meliburkan diri karena suasana hatinya tidak terlalu baik. Lagi pula Nicholas benar-benar ingin kembali berbicara dengan Sofia, dalam keadaan yang sudah sama-sama d
Read more
118. Apa Sudah Benar-benar Berakhir?
Nicholas menatap wanita yang saat ini berdiri di hadapannya. Wanita yang berhasil membuat dia merasa khawatir semalaman.“Di mana El?” tanya wanita itu tanpa menatap mata Nicholas, yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan penuh arti.“Sofia, apa yang kau lakukan semalaman?” Bukannya menjawab, Nicholas justru balik bertanya dengan nada curiga.Bagaimana tidak. Melihat penampilan Sofia yang memakai kaus kebesaran, dan celana pendek, benar-benar membuat Sofia tidak enak dilihat. Meskipun ada jaket besar yang menutupi tubuhnya, tetapi tetap saja Nicholas tahu bahwa pakaian itu bukan milik Sofia.“Di mana El, Nic?” Sofia menengadahkan pandangannya, hingga saling menatap dengan manik biru terang milik Nicholas.“Sofia,” ujar Nicholas penuh penekanan.Entah kenapa kali ini pikiran Nicholas tidak bisa lagi berpikir positif. Bayang-bayang ketakutan yang selama ini menari di dalam benaknya, perlahan men
Read more
119. Sebuah Rencana
Nicholas berjalan dengan langkah lesu memasuki kediaman Luciano. Setelah berbicara banyak, dan memutuskan untuk melepaskan Sofia pergi darinya, Alicia menghubungi Nicholas dan meminta pria itu untuk segera pulang ke rumah.Terakhir kali Nicholas menginjakkan kaki ke rumah ini bersama Sofia, dengan membawa seribu mimpi yang sudah hancur berkeping-keping saat ini.Bayang-bayang wajah Sofia yang menangis masih saja menggantung dalam benak pria itu. Hatinya masih saja merasa sakit mengingat perbincangan mereka beberapa saat yang lalu.Apa semuanya sudah benar-benar berakhir sampai di sini?Ternyata semuanya sudah benar-benar berakhir, begitu saja.Pintu besar kediaman Luciano terbuka lebar setelah melihat siapa yang datang.Bahkan Nicholas juga melihat ibunya berdiri menunggu kedatangan dirinya. Wanita paru baya itu tersenyum semringah, ketika Nicholas langsung datang ketika diminta.Namun, hal sebaliknya justru terjadi pada Alicia. Gadis
Read more
120. Rencana Perjodohan
Nicholas membuka pintu kamarnya dengan rasa malas. Pria itu sudah berusaha untuk tidak mengindahkan panggilan dari balik pintu, tetapi suara adiknya yang berteriak, sedikit mengganggu ketenangan pria Italia itu.“Ada apa?” tanya Nicholas tanpa basa basi ketika melihat Alicia berada di depan pintu.Alicia terlihat bingung, tetapi sorot malas dari mata Nicholas membuat gadis itu berusaha berbicara. “Daddy sudah pulang. Mommy meminta Kakak untuk turun, dan makan malam bersama.”Nicholas mengangguk patuh. Pria itu sedang tidak ingin berdebat dengan siapa pun. Tanpa menunggu Alicia lagi, Nicholas kembali menutup pintu kamarnya.Namun, sebelum itu terjadi Alicia menghentikan gerakan pintu yang akan tertutup. “Kakak, bagaimana dengan Sofia?” tanya Alicia pada akhirnya.Rasa penasarannya jauh lebih besar dari segalanya. Dia ingin tahu apa yang sudah terjadi di antara mereka berdua—Nicholas dan juga Sofia.Ni
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status