All Chapters of SURGA YANG DIHADIRKAN : Chapter 31 - Chapter 40
43 Chapters
BAB 31
Aisyah membawa sarapan untuk Syahid yang sedang membaca koran di balkon rumahnya.Ia membawa nampan yang berisi susu hangat dan roti bakar yang kemudian ia letakkan di atas meja.“Terima kasih istriku.”“Sama-sama.”Aisyah kemudian memegang kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak tahu, kok jadi pusing seperti ini.”“Kamu sakit?”Syahid memegang kepala sang istri.“Kamu demam sayang."Syahid menggotong sang istri menuju kamarnya dan ia letakkan Aisyah di tempat tidurnya kemudian ia menyelimuti Aisyah.“Kamu sudah makan?”Aisyah menggelengkan kepalanya.“Kenapa ?”“Tidak selera.”  “Kamu mau apa? Atau ingin apa ? Biar m
Read more
BAB 32
Usai salat magrib berjamaah di masjid, Syahid dan Lukman di suguhkan dengan makan malam oleh mbak Sitti dia adalah Asisten rumah tangga Aisyah dan Syahid. Lukman dan Syahid langsung duduk di kursi meja makan.“Kita hanya makan berdua?” tanya Lukman. “Iya, kenapa?” jawab Syahid. “Aisyah kemana?” “Aisyah sedang tidak enak badan dan istirahat di kamar,” “Sakit apa?” “Entahlah dari pagi kepalanya pusing dan mual, ya mungkin asam lambungnya naik,” “Mungkin bukan asam lambung melainkan lagi isi.” “Isi? Isi air maksudnya heheh,” “Bukan, lagi hamil gitu!” “Masak si Aisyah hamil?” “Ya kalik saja.” “Tidak mungkin kayaknya,” “Eh apanya yang tidak mungkin? Gak mungkin dong s
Read more
BAB 33
Syahid membuka kedua matanya dan melihat sang istri sudah duduk di sampingnya sambil memandangi wajahnya. “Kamu baru bangun tidur apa memang tidak bisa tidur?” “Baru bangun tidur kok.” “Terus kenapa malah duduk dan melihat ke arah mas?” “Aku hanya ingin memandang wajahmu saja.” “Apa si kamu ini pagi-pagi  sudah bikin baper.” “lelaki juga bisa baper?” “Bisa dung sayang.” Aisyah mendekatkan bibirnya pada telinga Syahid. “Barakallah Fii Umrik.” Syahid terkejut dengan apa yang dikatakan sang istri. “Kok kamu tahu?” “Mama memberi tahu bahwa dahulu kamu lahir di tanggal ini dan bulan ini.” Syahid tersenyum. “Kamu mau hadiah?” tanya Aisyah. “Tidak perlu, sem
Read more
BAB 34
Aisyah  dan Syahid turun beriringan melewati satu persatu anak tangga. “Benaran tidak boleh kerja mas?” “Iya sayang, jangan banyak protes.” “Iya deh.” Lukman menunggu mereka di meja makan. “Kamu ini lucu, istri semangat kerja malah di larang,” kata Lukman.“Iya tapi takut kenapa-kenapa,” kata Syahid. “Sejak kapan kamu tidak percaya pada penjagaan Allah?” Syahid hanya terdiam. “Lihat tu wajah istrimu, sepertinya dia ingin sekali bekerja.” Syahid melihat ke arah Aisyah. “Ya sudah, kamu boleh bekerja hari tapi ingat, selalu kabari mas ya.” “Siap! Makasih.” “Dia jadi posesif sekarang ya,” kata Aisyah sambil melihat pada Lukman. “Lakimu memang kadang posesif,” kata  Lukman pa
Read more
BAB 35
Aisyah dan dokter Hana keluar dari ruang pemeriksaan. “Entah, saya harus senang atau sedih dengan semua ini, dan selamat untuk pernikahannya juga selamat untuk kehamilannya.”“Terimakasih dok.”“Dokter Aisyah gitu, tahu-tahu sudah nikah dan sekarang sedang mengandung.”Aisyah hanya tersenyum manis. “Siapa sosok beruntung itu dok? Sosok yang sekarang menjadi suami dokter.” “Bukan dia yang beruntung mendapatkan saya tetapi saya tetapi sayalah yang beruntung mendapatkannya." “Sesekali kenalkan gitu dok.” “Siap, hanya saja saya dan dia punya aktivitas masing-masing, untuk pergi berdua saja jarang-jangan, selama menikah baru sekali doang pergi jalan-jalan bareng dia.” “Ke depannya harus sering-sering dok.” Aisyah hanya tersenyum pada dokter Hana. Dokter Hana adalah spesialis k
Read more
BAB 36
Saat Aisyah sedang asyik bercengkrama dengan Syahid terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka. ‘TUK,TUK,TUK’ “Tuan ada tamu,” kata mbak siti asisten rumah tangga Syahid dan Aisyah. “Oh ya mbak,” kata Syahid menjawab mbak Siti. “Siapa mas? Teman mas?” “Enggak,” jawab syahid. “Ya sudah mas lihat dulu ya,” sambil berjalan menuju luar kamar.“Iya."“Kamu mandi saja dulu,” sebelum keluar dari pintu. “Siap, siap laksanakan perintah tuan raja,” dengan senyum manis Aisyah. Syahid bergegas keluar kamar dan menuju ruang tamu dan ia sangat terkejut dengan kedatangan seseorang yang sangat spesial di hatinya sebelum Aisyah. “Mama,” sambil mencium tangan sang ibu dan setelah itu sang ibu mencium kening Syahid. “Iya sayang, mana Aisy
Read more
BAB 37
Angin malam mulai masuk ke kamar Aisyah dan Syahid melewati jendela kamar mereka, sementara Aisyah menaruh kepalanya di paha syahid yang sedang selonjoran sambil memandang wajah cantik Aisyah.“Jika anak kita berjenis kelamin wanita pastinya akan cantik seperti ibunya,” kata manis Syahid pada Aisyah. “Jika pria dia akan tampan seperti ayahnya,” jawab Aisyah. “Mau pria atau wanita yang terpenting dia akan menjadi orang bermanfaat nanti untuk orang di sekitarnya, negara dan agamanya,” kata Syahid sambil mengelus rambut Aisyah. “Amin.” “Jika dia seorang pria, aku berharap dia akan menjadi sosok seperti ayahnya, lelaki yang tampan, mapan dan juga Shalih dan sungguh dunia ini masih kekurangan pria Shalih sepertimu,” kata Aisyah sambil menatap dalam-dalam mata Syahid. “Andai dia wanita, aku harap dia akan jadi sosok pribadi yang lembut, cerdas dan Shali
Read more
BAB 38
Aisyah merapikan bajunya di depan meja hiasnya sedangkan syahid memperhatikan Aisyah. “Uda cantik, tak perlu di apa-apain  lagi,” kata Syahid. Aisyah hanya tersenyum malu. Syahid mulai mendekati tubuh Aisyah dan memeluknya dari belakang sambil mencium bahu Aisyah. “Kalau begini sepertinya tak akan jadi jalan,” kata Aisyah. Syahid menaruh kepalanya pada pundak Aisyah. “Maaf jika selama ini mas belum bisa membahagiakanmu.” Mendengar kalimat tersebut Aisyah hanya tersenyum dan memegang kepala Syahid yang sedang tidur di bahunya. “Apa kamu kira istrimu ini belum bahagia?”Syahid hanya terdiam. “Ada di sisimu saja sudah cukup membuatku bahagia, dan tak perlu apa-apa lagi.”Aisyah membalikkan badannya dan mereka kini sedang berhadap-hadapan. Aisyah memegang kedua pipi Syahid dengan kedua
Read more
BAB 39
Nafisa sedang berkaca di meja hiasnya dan tanpa disadari abahnya memperhatikan dari luar kamar. pintu kamar Nafisa sedikit terbuka dan dari cela itu abah Nafisa melihat putrinya yang sedang berias. "Cantik anak babah." "Eh ada babah ternyata." "Mau ke mana?" "Mau ke toko buku. oh iya belum izin ke babah, boleh ya!" "Iya boleh! asal ajak santri juga jangan sendiri." "Siap!""Kok tambah besar kamu tambah mirip ummimu." "Allah ingin ketika babah rindu ummi cukup lihat wajah Nafisa saja." "Babah takut nanti kalau kamu sudah menikah kamu akan meninggalkan babah dan pesantren ini." "Jika nikahnya masa mas Syahid tentu saja Nafisa akan tetap tinggal di sini bah, dan pastinya mas Syahid mau diajak tinggal di sini." Abah Nafisa terkejut dengan pernyataan putrinya tersebut. "Bercanda bah, ih si babah tidak bisa diajak bercanda," jawab Nafisa yan
Read more
BAB 40
Usai menghabiskan waktu dengan Aisyah Syahid tak lantas pulang, dia mengajak Aisyah jalan-jalan ke pusat perbelanjaan. Syahid berniat membalikan baju baru untuk sang istri. Saat sampai di are parkir Syahid tak menemukan tempat untuk memarkir mobilnya dan dia berinisiatif memarkir di luar parkirkan pusat perbelanjaan tersebut.Usai memarkir mobilnya, Syahid keluar dan berlari menuju pintu mobil Aisyah untuk membukakannya. "Maaf ya sayang kita harus agak jalan sedikit." "Tidak apa-apa mas, biar sedikit olah raga." Mereka berjalan beriringan. Aisyah berjalan sambil memegangi lengan Syahid. Saat sedang asyik berjalan tiba-tiba mereka berpapasan dengan seorang wanita yang dikenal. Melihat wanita itu Syahid langsung memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul tangannya. "Neng Nafisa?" "Mas Syahid!" sambil melihat ke arah tangan Syahid yang memegang tangan Aisyah yang posisinya merangkul lengannya.&nbs
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status