All Chapters of Oh, My Grim: Chapter 11 - Chapter 20
164 Chapters
Chat Perdana Dosen
Jadi, Chloe harus mengabari Juan via apa? Telepon kah? SMS? Atau mungkin chat?Sebuah kartu nama milik Juanito Alexander masih dipuntir-puntir di jemarinya. Tak henti-hentinya dipandangi sambil merebahkan diri di atas tempat tidur selagi menunggu Grace membeli camilan larut malam di kantin asrama. Masih ingat betul bagaimana rupa muka Grace ketika Chloe meminta untuk dibelikan mie instan saja.Lagi pula, apakah Juan menunggu kabar darinya? Apakah Chloe akan dimarahi apabila tidak langsung mengabari Juan nomor ponselnya? Membayangkan seberapa penting nomornya bagi Juan, membuat bibir Chloe mengulas senyuman tipis. Sampai dirinya tidak sadar kalau Grace sudah mengamatinya yang tengah senyum-senyum sendiri sejak beberapa detik lalu.“Kesambet apaan lo?” tanya Grace agak takut.Diletakkannya kantong belanjaan di atas karpet, kemudian ikut duduk di sana. Disusul Chloe yang dengan cekatan bangkit dari posisinya.“Apaan nih?&rdq
Read more
Insiden Kantin
“Pak, bakso merconnya satu ya. Ngga perlu pakai mie kuning, jadi mie bihun aja. Kalau boleh sawinya banyakin ya, Pak, tapi daun sawinya aja. Jangan pakai tangkainya. Oh, sama jangan lupa taburin bawang goreng.”Bapak penjual bakso mengangkat jempol kanannya ke arah Chloe. Terlalu sibuk menyendok beberapa bakso dari dalam panci besar, sampai tidak ada waktu untuk menoleh. Merasa pesanannya telah tersampaikan dengan baik, Chloe pun pergi. Pipinya berangsur memanas akibat terhempas sekumpulan uap panas dari dalam panci.Chloe melewati beberapa bangku dan meja makan yang bertebaran di kantin pusat, sampai akhirnya berhenti pada salah satu meja kosong yang tak jauh dari penjual aneka soto. Di situlah Chloe menemukan Grace yang tampak begitu tak sabaran menunggu pesanan sotonya. Entah soto jenis apa yang dia pesan, yang pasti yang porsinya banyak, sebab dia sudah mengeluh lapar sejak beberapa jam yang lalu.   Di atas meja, Chloe meletakkan
Read more
Tentang Firasat Buruk
Pernah merasakan meninggal dua kali?Jika pernah, Chloe ingin tahu bagaimanakah rasanya? Apakah terasa lebih baik atau justru lebih buruk? Dengan begitu Chloe bisa lebih bersiap untuk menghadapi setiap kejadian buruk yang menimpanya. Contohnya seperti saat ini.Aura ceria, semangat, riang, kesal, muram yang sebelumnya menghiasi hari demi hari mendadak lenyap seperti uap yang keluar dari tubuh. Lewat sedetik saja, sudah pasti untuk yang kedua kalinya, Chloe melihat tubuhnya sendiri tergeletak tak bernyawa di bawah bongkahan batang kayu besar. Lewat sedetik saja, sudah pasti malaikat maut kembali muncul di sampingnya dan siap mengantarnya ke akhirat yang tak jadi dia datangi sebelumnya.Dan nyatanya memang sudah ada grim reaper yang datang menemui Chloe. Namun anehnya, kali ini sang grim reaper justru datang untuk menyelamatkan nyawanya. “Chloe!” panggil seseorang yang lebih kepada membentak.Chloe terlonjak dalam
Read more
Malam Naas Dies Natalis
Sayangnya, Chloe tidak bisa dengan lantang mengatakan bahwa memang seperti itu yang Chloe pikirkan.Bayang-bayang Juan yang mengerutkan dahi, menyeringai jahil, atau tertawa mengejek—meskipun belum pernah sama sekali Juan memperlihatkan bagaimana rupanya ketika dia tertawa—sudah langsung hadir di dalam kepala sesaat sebelum Chloe benar-benar bicara. Daripada malu sendiri karena dibilang terlalu percaya diri, jadi alangkah baiknya perkataannya diurungkan saja.“Yaudah, Pak. Apa pun itu alasannya, makasih banyak.”Chloe langsung memelesat pergi ke dalam asrama tanpa perlu tahu bagaimana reaksi Juan. Bagi Chloe, cukup tahu satu hal saja kalau hari ini sungguh merupakan hari yang kacau. Setiap hari dimana ada mata kuliah kalkulus, pasti akan berakhir kacau. Chloe berani jamin.***Buktinya hari-hari selain hari kalkulus selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Memang terkadang sempat berpapasan dengan Juan ketika Chloe sedang mampi
Read more
Bertahanlah
Tiga puluh menit sebelumnya.Juan melepas sabit yang tersampir di punggung dan dilemparkan begitu saja ke atas tempat tidur. Bagaikan sihir, sabit besar itu perlahan mengecil menjadi seukuran gantungan kunci yang siap dibawa ke mana pun. Bersamaan dengan itu pula pakaian serba hitamnya sudah berganti menjadi celana training abu-abu dan kaus oblong putih. Alhasil, kini Juan telah kembali menjadi seorang dosen matematika yang disegani oleh para mahasiswa.Diiringi helaan napas berat, Juan duduk di atas tempat tidur asrama khusus dosen Universitas Seirios. Menggaruk kasar bagian kepala dan mengusap wajahnya berkali-kali. Lelah, karena hari ini dirinya kebagian tugas penjemputan sebanyak empat arwah. Dua di antaranya tidak mudah. Penuh drama yang itu-itu saja. Sampai Juan ingat berapa kali dia menguap selama menunggu drama penjemputan berakhir. Membuat Juan penasaran perihal apa susahnya menerima takdir? Mudah memang bicara. Padahal dia sendiri tidak pernah merasa
Read more
Terima Kasih
Chloe merasa jantungnya kembali memompa. Udara dingin juga terasa mengalir masuk dari lubang hidung selagi paru-parunya mengembang. Kelopak matanya juga mulai berkedut. Telinganya pun berhasil menangkap suara-suara walaupun samar. Jari-jari kaki maupun tangan sudah bisa digerakkan meski terbatas.Masih hidup? Hatinya bertanya pada diri sendiri.Chloe berusaha memerintahkan saraf-sarafnya untuk bekerja lebih maksimal lagi. Sampai tiba saatnya kelopak matanya benar-benar terbuka dan cahaya terang secepat jutaan kilometer per jam memelesat masuk menyerang kedua matanya.Cahaya ini lagi, pikir Chloe.“Oh, udah sadar rupanya,” ujar seseorang yang masih tampak kabur.Lambat laun penglihatan Chloe membaik. Usai matanya mengerjap beberapa kali, Chloe akhirnya menemukan sesosok lelaki tinggi berpakaian hitam berdiri di sampingnya. Dia membungkuk mendekatkan wajah, kemudian tangannya mulai mengibas-ngibas di depan mata Chloe.
Read more
Gara-gara Gosip
“Makasih,” ucap Chloe mencoba menghilangkan rasa malunya.“Nah, begitu kan lebih baik,” ujar Juan menghela napas lega. “Itu adalah ucapan yang terdengar lebih wajar setelah tau nyawa kamu berhasil diselamatkan oleh seseorang,” lanjutnya dimana Chloe merasa canggung apabila pembicaraan Juan menjurus ke arah yang tidak dia ingin.Juan hendak berbalik pergi di saat Chloe kembali menghentikan langkahnya.“Lalu pertanyaan saya yang satunya?”“Apa lagi?” tanya Juan sedikit geram. “Besok-besok kan masih bisa.”Chloe berpaling menunduk. “Saya cuma mau tau aja,” ujarnya pelan, “kenapa Bapak selalu aja ada di saat saya lagi dalam bahaya? Okelah yang pertama sewaktu saya hampir kejatuhan pohon mungkin Bapak memang cuma kebetulan lewat—yah, meskipun sulit juga buat saya percaya—tapi sekarang? Grace bilang kalau Bapak tiba-tiba aja muncul dan langsung terjun ny
Read more
Pemikiran yang Berlebihan
Ternyata Juan tidak terlalu buruk.Jika Grace tahu kalau Chloe sempat-sempatnya memikirkan hal semacam itu, sudah pasti Grace akan menggelengkan kepala dan meminta Chloe untuk segera pergi ke psikiater. Jangankan Grace, Chloe sendiri saja juga agak bingung kenapa pikiran tersebut tahu-tahu tercetus di kepalanya. Padahal Chloe yakin, setelah segala bentuk perlakuan dan perkataan tak terduga yang Juan berikan hari ini, besoknya dosen itu pasti langsung berubah ketus padanya. Walau begitu, tetap saja Chloe tidak bisa menyangkal jika kalimat Juan—yang mengatakan bahwa dia ada untuk Chloe di waktu yang tepat—benar-benar telah berhasil membuat hatinya mencelus. Menyetel kembali ingatan tentang bagaimana cara Juan menatap serta bagaimana nada bicara Juan saat mengucapkan kalimat itu juga telah berhasil membuat Chloe jadi senyum-senyum sendiri.Sial, hatinya menggumam malu sambil membenamkan wajah ke dalam dua telapak tangan.  Namun, langsung berdeham
Read more
Bagaimana Bisa?
Baru kali ini Chloe merasa tidak antusias menghadapi hari Sabtu dan Minggu. Biasanya dua hari itu dihabiskan hanya untuk berbaring di tempat tidur, membaca buku, menonton film, atau mendengar musik—hanya mendengar saja, tidak bernyanyi, karena kalau sampai bernyanyi sudah pasti Grace akan melemparinya dengan benda apa pun itu yang dia punya—namun, kali ini mau tak mau dihabiskan dengan mengikuti kegiatan pelatihan kepemimpinan yang diselenggarakan oleh himpunan. Beruntung Grace ikut. Jika tidak, pasti Chloe akan merasa bosan.Yup. Chloe akhirnya memutuskan untuk ikut dalam pelatihan itu dan dia harus menegaskan dengan susah payah pada Grace, bahwa bukan karena kehadiran si bapak pembinalah dia menarik kembali ucapannya.Sebanyak dua buah bus terparkir berderet di halaman sebuah vila—entah vila apa, Chloe sama sekali tidak tahu dan tidak mau tahu juga. Para anggota himpunan tampak kompak menggunakan jaket himpunan model semi parka berwarna abu
Read more
Perintah dari Pembina
Suara Grace kembali menggema dari arah halaman vila. Meminta para peserta pelatihan untuk kembali berkumpul di aula. Chloe beserta dengan dua perempuan yang sebelumnya bersimpati padanya—Marie dan Thea—berbondong-bondong pergi bersama dengan peserta perempuan lainnya menuju aula. Rupanya mereka berdua cukup asyik juga. Lebih menyenangkan dari yang Chloe pikir. Dan, kebetulannya adalah salah satu dari mereka, yaitu Thea, juga mendaftar sebagai sekretaris seperti halnya Chloe.Sebelum agenda pemberian materi dimulai, para peserta diminta untuk terlebih dulu menyelesaikan makan malamnya. Andai para panitia acara tahu, jika materi diberikan setelah makan malam, itu justru akan membuat para peserta—termasuk Chloe—tidak akan fokus karena sudah terlanjur mengantuk.“Jangan harap di sini ada mie instan,” celetuk Grace saat Chloe tengah mengambil lauk seorang diri. Sengaja memilih paling akhir, karena malas mengantri panjang.Chloe ter
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status