Semua Bab My Sugar Mommy: Bab 51 - Bab 60
105 Bab
Episode 51 Nita Mulai Curiga
 Bab 51 Pesawat sudah mendarat di Bandara Ahmad Yani pukul 5 sore. Aku bersiap untuk mengambil barang bawaan yang berada di locker pesawat. Para penumpang lain juga bersiap untuk turun dari pesawat.  Gadis yang berada di sampingku masih duduk tenang. Dia mungkin kesal karena selama dalam perjalanan tidak aku perdulikan. Sebenarnya dia ingin mengajak berbincang denganku, tetapi aku lebih memilih tidur dengan mendengarkan lagu.  Gadis itu perlahan berdiri lalu mengambil koper kecil yang berada di locker pesawat.  "Semarangnya mana, Mas?" tanya dia masih penasaran.  "Ah dekat kok, Mbak," jawabku sekenanya.  Gadis seperti dia adalah tipe wanita yang super nekat. Bisa saja di
Baca selengkapnya
Episode 52 Ibu Menolak Hadiahku
    "Sayang, gimana udah nyampai di rumah ya?" tanya seseorang yang ternyata Sarah.    "Iya. Ini lagi makan. Ibu masak sayur kesukaanku," jawabku membalas telponnya.   "Bagaimana keadaan anak-anak, Yang?" tanyaku lagi.    "Yah biasa lah. Mereka semakin aktif."   "Sayang, aku rindu dan kangen nih. Jangan lama di kampung ya," rajuk Sarah.    "Sama, Sayang. Aku juga kangen," jawabku.    "Mas!" panggil Nita dari belakang serasa menepuk pundakku.    Aku tergagap dan hampir saja gawai itu jatuh ke lantai. Ternyata Nita telah mencuri dengar di belakangku. Sekarang anak itu benar-benar curiga dengan kakaknya.&nbs
Baca selengkapnya
Episode 53 Pilihan Yang Sulit
  "Pram!" panggil ibu yang telah duduk di tikar ruang tamu.  Kami memang tidak mempunyai meja dan kursi di ruang tamu. Lebih asyik duduk di tikar. Kadang ruang tamu yang sempit itu bisa untuk tiduran dan kegiatan lainnya.  Mendengar panggilan ibu, aku segera keluar kamar dan menghampirinya. Kucium tangan ibu yang sudah renta. Aku duduk bersimpuh di hadapannya.  Wajah ibu nampak lebih ceria dibanding hari-hari kemarin. Walaupun beliau masih belum mau menerima hadiah kalung dariku. Aku tidak mau memaksa ibu.  "Pram, kalungmu coba lihat bawa sini," kata ibu dengan tersenyum.  Sedikit kaget tapi hati ini senang karena ibu menanyakan kalung. Segera aku bangkit masuk ke kamar untuk mengambil kot
Baca selengkapnya
Episode 54 Rencana Ibu
"Pram, dari mana, Nak?" tanya ibu yang duduk bersama seorang gadis di ruang tamu.  Gadis berhijab yang cantik dan pakaian yang sederhana. Aku tersenyum pada gadis itu. Dia tampak malu-malu melihat kedatanganku.  "Ini Siti, anaknya Pad De Darno yang ibu ceritakan kemaren, Pram," ujar ibu sambil memegang tangan gadis itu.  Aku mencium tangan ibu dan duduk di sebelahnya. Sempat pandangan mata ini beradu dengan mata bulat gadis itu.  "Siti, perkenalkan ini Pram. Kamu pasti sudah tau. Waktu kecil dia sering main ke rumahmu," kata ibu dengan tersenyum.  Siti hanya menunduk sopan dan menelungkupkan kedua tangannya di depan dada. Dia tidak mau menyalami tanganku. Aku jadi malu sendiri dengan kesopanan gadis itu. &n
Baca selengkapnya
Episode 55 Gundah
Bab 55 Sore itu aku ingin menenangkan pikiran dengan main ke bukit kapur di dekat kampung. Aku hanya memakai kaos oblong dan celana pendek hitam dengan sepatu sport warna hitam.  Bukit itu tidak terlalu jauh dari rumah. Hanya 20 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai di tempat itu.  Sejak kejadian sore itu, Sarah tidak menghubungi aku lagi. Pikiranku menjadi kacau. Apalagi ibu nampak bahagia mempersiapkan lamaran untuk Siti. Sementara aku tidak mau mengganggu ibu.  Setiap pesan yang kukirim kepada Sarah tidak pernah dia balas. Apalagi panggilan telpon. Dia hanya membacanya tanpa mengirimkan pesan balik.  Jelas dia sangat marah kepadaku. Laki-laki yang dipujanya ternyata hanya seorang pecundang. Lalu apa salahku. Seringkali aku mengajak Sar
Baca selengkapnya
Episode 56 Balik Ke Jakarta
Bab 56  Panggilan dari Bi Iyem mendadak mati. Mungkin sinyalku yang tidak bagus karena sedang di kampung. Segera aku berdiri dan keluar dari kamar Nita.  "Ada apa, Mas Pram?" tanya Nita curiga.  "Sebentar, Nit. Aku ada urusan penting," jawabku segera keluar dari kamar Nita.  Dengan wajah panik, aku memanggil ulang nomer Bi Iyem. Berkali-kali tidak ada jawaban. Pikiran mulai kacau dan hati tidak tenang. Sebenarnya apa yang terjadi dengan Sarah. Aku mencari nomer Aska. Siapa tahu remaja itu bisa menjawab kegalauan hati. Tetapi sama. Nomer Aska juga susah untuk dihubungi.   Kubanting ponsel yang tidak bersalah itu di atas kasur tipis. Dengan kasar kuhempaskan tubuh yang mulai lelah ini. Seolah Tuhan akan mengh
Baca selengkapnya
Episode 57 Terjebak
Bab 57 Mobil rental yang kusewa melaju sangat cepat ke arah Bandara Ahmad Yani. Pagi ini lalu lintas di Kota Semarang sangat padat. Maklum jam kerja. Sehingga agak macet. Hatiku tidak tenang. Terkadang melihat arloji yang melingkar di tangan. Masih pukul sembilan pagi.  Mendadak mobil berhenti. Sebuah antrian panjang. Mobil tidak bisa bergerak sama sekali. Kutengok sebentar dan bertanya kepada supir.  "Ada apa, Pak?" tanyaku.  " Aduh, Mas. Di depan ada kecelakaan. Gak tau deh, kita bisa nyampai bandara tepat waktu apa gak," jawab Pak Supir.  Duh. Aku mengacak rambut yang tidak gatal. Pikiran menjadi kalut. Perlahan kubuka kaca mencoba bertanya kepada penumpang yang sama-sama terjebak macet.  
Baca selengkapnya
Episode 58 Tiba di Jakarta
Bab 58 Tiba di Jakarta.  Pesawat yang membawaku sudah mendarat di Jakarta. Tepat satu jam lebih sedikit. Aku menarik nafas lega. Bayangan Sarah yang tergolek di rumah sakit sudah menari-nari di pelupuk mata. Rasa bersalah yang teramat dalam. Entah mengapa setelah aku mengatakan kepada Sarah ingin dijodohkan dengan Siti oleh ibu. Mendadak Sarah kecelakaan.  Wanita yang di sampingku tersenyum manis seakan menggodaku.  " Mas, ini kartu nama saya," ujar wanita itu sambil menyodorkan sebuah kartu nama berwarna merah muda.  Untuk menghormatinya, kuterima kartu nama itu dan menyimpan dalam kantong celanaku.  " Mas ganteng deh. Kapan-kapan kita bisa ketemu dong. Aku akan memberikan apa yang kamu mau," godanya.  
Baca selengkapnya
Episode 59 Rindu Yang Tertunda
   Tiba di Rumah Sakit langsung menuju ke pusat informasi untuk menanyakan kamar peralatan Sarah.  "Selamat siang, Mbak!" sapaku kepada staff rumah sakit.  "Siang, Mas. Ada yang bisa kami bantu?" tanya staff itu.  "Saya mau menanyakan pasien atas nama Sarah Athala Nanda yang kecelakaan,"ujarku. "Sebentar ya, Mas. Saya cek dulu," kata staff itu.  Dia membuka komputer dan mengecek nama pasien yang ada di rumah sakit itu. Setelah beberapa saat baru staff itu menatapku.  "Maaf Mas. Ibu Sarah sudah pulang. Baru saja," katanya.  "Oh ya sudah, Mbak. Terima kasih ya," ujarku. 
Baca selengkapnya
Episode 60 Sangat Romantis
 Sarah menatapku malu-malu. Kesedihan yang menggunung seakan pecah dengan kehadiranku. Dasar dia memang paling senang membuatku khawatir. Rambut panjangnya dia ikat ke belakang.  "Kamu memang manja, Sayang. Berhasil membuatku kalang kabut. Hingga ingin terbang langsung Jakarta," gerutuku. " Ponsel juga dimatikan. Bagaimana dengan rekan bisnismu?" Sarah masih senyum sendiri. Kedua lesung pipitnya nampak menyembul semakin membuat gemas aku melihatnya.  "Yuk, makan dulu!" pintaku dengan menyendok bubur yang ada di tanganku.  "Aaaaa!" perintahku seperti anak kecil.  Sarah lalu membuka mulutnya ketika aku akan menyuapinya. Tapi kali ini aku ingin menggodanya. Aku makan bubur itu. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status