Lahat ng Kabanata ng Terjebak Birahi Pengacara: Kabanata 81 - Kabanata 90
117 Kabanata
81. Surat Panggilan
“Siapa, kamu?” Anneke berdiri tak jauh dari Ella dan Bayu.Nafas Ella tercekat, apa yang dia takutkan akhirnya menjadi kenyataan. Kedatangan Ibu dari suaminya dan akan menjadi masalah besar untuk diriny."Saya tanya sama kamu sekali lagi, kamu siapa? ngapain di sini? Bayu, kenapa kamu di layani sama perempuan ini?""Oma ... gak baik begitu bicara sama Mama Bayu," ujar Bayu berdiri lalu menggenggam tangan Ella."Mama? drama apa yang kalian mainkan di sini, hah! Kamu siapa? JAWAB!' Anneke seakan murka melihat Yuu yang hanya bisa menunduk saat beberapa kali dia tanya."Saya istri Mas Daru, Bu." Ella kembali menunduk."APA? Istri apa? Mana Daru, DARU!" Anneke berteriak mencari anak lelakinya."Bayu, kamu ke sekolah sekarang ya," bisik Ella pada Bayu, agar Bayu tidak mendengar keributan besar antara ibu mertua dan suaminya.Anneke masih berteriak hingga Daru menampakkan dirinya menuruni anak tangga."Kenapa harus
Magbasa pa
82. Titik Terendah
Sebenarnya, hari itu pasti akan tiba juga. Hari yang selama ini menjelma bagai momok yang menakutkan. Akal sehatnya yang dihantui ketakutan menghadapi prediksi masa depan yang belum tentu jadi miliknya. Daru kembali membaca surat pemanggilan kepolisian itu untuk ketiga kalinya. Malam itu, ia duduk di balik meja kerjanya. Andai saja surat pemanggilan kepolisian itu tak ada, makan malam tadi pasti sangat sempurna. Istri muda yang cantik dan sedang mengandung buah cintanya. Anak tampan yang menyukai ibu sambungnya. Daru melipat surat pemanggilan itu dan kembali memasukkannya ke dalam amplop. Pasal 263 KUHP, soal pemalsuan dokumen dengan ancaman hukuman paling lama enam tahun penjara. Pasal 55 KUHP, soal turut serta melakukan tindak pidana. Ditambah lagi dengan pasal 56 KUHP, soal memberi bantuan atas tindak kejahatan. Daru menarik napas panjang dan dalam. Semua
Magbasa pa
83. Penantian Ella
“Mas ... kenapa nggak bisa pulang? Mas tadi ngomong pemanggilan itu cuma sebentar. Sekarang, Mas bilang nggak pulang. Aku cuma berdua bareng Bayu. Mas harus pulang,” raung Ella. Lututnya sudah lemas saat menjawab telepon dari Daru tadi. Tadinya, ia berharap tak mendapat kabar apa pun. Ia hanya ingin Daru cepat pulang. Ia merasa tak sanggup kalau harus menerima update berita yang menyesakkan dada. Licik sekali, pikirnya. Apa orang tua Renya tak bisa membiarkan Daru hidup tenang? Dendam apa yang ingin dibalas pria tua itu? Kenapa budi bantuan yang diberikan orang tua Renya harus mendapat balasan dari Daru? Daru berulang kali mengatakan hal yang sama. Sabar, tunggu, aku pasti pulang. Perasaan Ella semakin gelisah. Ia mendengar nada suara Daru tidak baik-baik saja. Pria itu juga sama khawatirnya. Pukul dua siang, Bayu pulang sekolah seperti biasa. Bocah SD itu sama sekali tak mengetahui persoalan ayahnya. Ella me
Magbasa pa
84. Ella Yang Sebenarnya
“Kenapa? Apa status suami saya? Tersangka atau tahanan? Tahanan saja masih punya hak untuk menemui keluarganya. Apa hak kalian menahan suami saya sampai begini? Di mana ruangannya? Kalian bawa ke mana dia?! Saya mau ketemu!!” Suara Ella menggelegar di ruangan itu. Beberapa pegawai dan masyarakat sipil yang berada di ruangan seketika menatapnya. Sebagian menontonnya terang-terangan. Sebagian lagi hanya menoleh sekilas, lalu melanjutkan pekerjaan. Sepertinya keributan memang sudah biasa terjadi di sana. “Ini kantor polisi,” ucap petugas tadi dengan suara rendah. Ia lalu melanjutkan pekerjaannya. Mengetikkan sesuatu di layar komputer tanpa menggubris wanita yang mulai meneteskan air mata di depannya. “Kalian bisa dilaporkan melakukan pelanggaran hak azasi. Siapa yang meminta kalian melakukan hal kotor seperti ini? Si tua bangka Bramantya? Iya?” sengit Ella dengan sorot mata menyala.
Magbasa pa
85. Kejutan Tidak Terduga
Sayup-sayup terdengar suara Ella di telinga Daru, dengan cepat dia beranjak dari duduknya dan mencengkeram tralis besi yang menghalangi dirinya dengan dunia luar. “Pak, maaf itu suara istri saya,” ucap Daru yang yakin mendengar suara Ella berteriak histeris di luar. Dia yakin seratus persen itu suara Ella. Lelaki yang sedang duduk di meja hanya mengalihkan pandangannya dari koran, “Suara apa?” Rasanya Dari ingin berteriak keras dan memaki lelaki yang sedang menjaganya itu, apakah pendengarannya bermasalah sampai-sampai tidak mendengar suara wanita berteriak di luar sana. “Itu … suara di luar, Bapak nggak dengar?” “Dengar,” jawab Lelaki itu santai.  “Itu suara istri saya, Pak. Bisa tolong dilihat?” pinta Daru, hatinya pedih mendengar suara Ella berteriak-teriak sepert
Magbasa pa
86. Puncak Pertemuan
"Maksud Anda?" "Saya ayah kandung Ella," ujar lelaki itu lagi. "Tap—" "Saya datang kesini, karena anak saya membutuhkan bantuan saya untuk membebaskan kamu." "Tapi, Ella tidak pernah bilang kalau Anda—" "Karena Ella memang tidak pernah tahu."  Lelaki berwajah tegas itu menghela nafasnya kembali memandang ke depan, begitu pun Daru. Daru tidah habis pikir bagaimana bisa sosok yang berada di sebelahnya adalah ayah mertuanya. Bahkan, lelaki itu membantunya bebas bersyarat untuk kasus yang dia hadapi. "Kita langsung menuju ke kediaman Ibu Diana, Pak," ujar Pak Chalid pada supir pribadinya. Mobil itu melaju membawa mereka ke kediaman sederhana milik Ibu Diana, selama di perjalanan hanya ada suasana canggung antara keduanya. Sementara Daru, masih sibuk dengan pikirannya yang menyatukan kepingan demi kepingan kejadian dari awal dia di bebaskan tadi.  Salah satu pejabat di negeri ini yang tidak bisa di pandang
Magbasa pa
87. Mengenang Masa Lalu
“Aku tahu Mas, aku bukan kesalahan untuk hidup kamu,” ucap Diana sambil berusaha memberikan senyumannya yang paling manis yang Diana miliki.Mata Ella membulat saat melihat senyuman Diana dan wajah Diana yang tersipu-sipu, seingatnya Ibunya tidak seperti ini. Diana yang Ella tahu adalah seorang wanita yang keras dan jarang tersenyum apa lagi memberikan pujian. Bisa dihitung dengan sebelah jarinya berapa kali Diana memuji hasil kerja keras Ella.“Bu ....” Ella memanggil Diana dengan nada suara bingung dan keinginan tahuan yang besar mengenai siapa lelaki di hadapannya ini, lelaki yang mengatakan bahwa dia ayahnya. Ayah yang tidak pernah Ella tahu wujudnya itu tiba-tiba datang begitu saja dan membantu menyelesaikan masalah Ella dan Daru dengan sangat mudah. Sesungguhnya Ella seolah mengenal wajah karismatik itu, entah di mana dia pernah melihat wajah itu.“Ella, jangan dulu terlalu banyak bertanya, Nak, Ibu yakin Ayahmu ini lelah sete
Magbasa pa
88. Kebersamaan Ini
"Jadi masak apa, Bu?" tanya Ella menghampiri Ibu Diana di dapur."Ibu cuma ada iga sapi di kulkas, kentang, wortel, daun seledri dan daun bawang, kita bikin sop iga sapi aja, La ... Ayah kamu minta di buatin omelette katanya, nanti biar Ibu yang bikin, kamu bantu Ibu kupas bawang ya," ujar Ibu Diana mengeluarkan sayur dan iga dari dalam kulkas."Ini bawang merah dan putih, kamu kupas lalu masukin ke dalam blender kasih lada sedikit," ujar Ibu Diana lagi, wanita itu mulai mengupas kulit kentang dan wortel."Begini Bu?" tanya Ella setelah menghaluskan bumbu. Senyum Ella mengembang melihat ibu Diana yang begitu bersemangat memasak untuk seseorang yang selama ini ia tunggu bertahun-tahun dan akhirnya datang dengan cara yang tak pernah ia sangka-sangka."La ... kenapa senyum-senyum?" tanya Ibu Diana."Hah?" "Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Ibu Diana mengulang pertanyaannya."Oh ... aku seneng liat Ibu bahagia," ujar Ella. "Dari d
Magbasa pa
89. Kisah Cinta itu Belum Usai
Setelah makan malam yang diselimuti oleh tawa dan kehangatan sebuah keluarga yang utuh, Chalid meminta Daru untuk menemaninya ke balkon depan. Chalid ingin berbincang dengan menantunya itu, lelaki yang akan menjaga putrinya hingga akhir hayatnya."Daru," panggil Chalid sembari menepuk bahu Daru pelan.Daru terdiam saat merasakan tepukkan di bahunya, sebuah tepukkan pelan namun memiliki berjuta makna. Ada rasa hangat, wibawa dan
Magbasa pa
90. Kisah Lalu
Wajah Diana memerah, sudut bibirnya mengembang. Getaran cinta itu memang masih ada bahkan di saat umur mereka yang hampir memasuki usia senja. "Kamu yakin gak pulang, Mas?" tanya Diana pada Chalid. "Aku bisa tidur di sofa atau tidur bersama Bayu di kamar tamu," jawab Chalid santai  "Tapi ajudan-ajudan kamu?" "Mereka akan pulang di saat waktunya memang harus pulang." Diana mengangguk, lalu beranjak ingin meninggalkan Bayu dan Chalid di ruangan itu. "Aku ambilkan bantal dan selimut untuk kamu," ujar Diana saat Chalid meraih tangannya mencegah kepergian wanita itu. Chalid tersenyum, sepertinya masih terbuka kesempatan pada dirinya untuk kembali bersama Diana. Kenangan masa lalu menyelinap masuk di benak Chalid, seandainya dia bisa memutar waktu mungkin kejadian dua puluh dua tahun lalu tak terjadi. Chalid seorang perwira pada saat itu, pertemuannya dengan Diana yang tak di sangka membawanya pada sebuah asmara yang beg
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status