All Chapters of Pekik Ketakutan: Chapter 31 - Chapter 40
52 Chapters
BAB 29: Ketahuan
Di aula gedung serba guna puluhan orang sedang bersenggama di ranjang-ranjang yang dipisahkan hanya dengan pembatas portabel. Suara erangan memenuhi ruangan itu.Para prianya berusia sekitar 30-50 tahunan. Sementara yang perempuan sebagian Jessica kenali sebagai siswi sekolah SMAN 696. Bahkan banyak yang merupakan anggota laskar rohani.“Hai Dul, kenapa masuk?” sapa seorang wanita cantik ber-blouse merah, rok hitam, dan bersarung tangan putih, mirip baju seragam hotel.  “Ngg… buang air,” jawab Jessica pendek. Ia berharap tidak ada pertanyaan lain yang bisa menimbulkan kecurigaan.Untung tak lama kemudian masuk seorang pria necis bersama seorang usher
Read more
BAB 30: Tuuuuuuut!
Selagi menunggu Jessica menjalankan rencana, Beni menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Linda. Perlahan pantatnya beranjak sedikit demi sedikit, mengakuisisi teritori baru,  hampir bertetangga dengan bokong Linda. Linda merasa tidak nyaman, perasaannya campur aduk, antara dag dig dug dan curiga. Ia menggeser posisi duduknya, tapi Beni terus mepet.  “Lin, gue boleh ngomong sesuatu gak?” tanya Beni.“Apa sih?” respon Linda sembari memutar bahunya dan memunggungi Beni.“Gue….Gue su…”“Alah!” Linda langsung memotong. “Jangan katakan apa pun yang tidak lo sungguh-sungguh.”“Gue su…”
Read more
BAB 31: Jessica Ambruk
“Bukannya kita mau pulang?” tanya Linda agak bingung. “Iya, kita ikutin sebentar saja,” jawab Jessica sekenanya. Melihat hantu bayi itu bikin gatal rasa penasarannya. Serasa ada bentol di punggung yang tak sampai tergaruk tangan.  Linda dan Beni saling berpandang-pandangan. Akhirnya mereka memutuskan menunda kepulangan dan mengikuti si Njes yang berjalan memimpin di depan, membuntuti hantu bayi yang bergerak melayang entah hendak kemana. Meski keadaan di sekeliling minim cahaya, Jessica dapat melihat jelas sosok bayi  itu. Sebab ia melihatnya dengan mata batin. Bentuknya putih, seperti asap, agak transparan. Raut wajahnya blur. Akan tetapi orang masih dapat mengenali, bahwa ada mata, hidung, dan mulutnya. Sesekali terdengar gema suara memanggil, “Mama…?” Imut seperti bayi-bayi yang baru belajar bicara.
Read more
BAB 32: Ruangan dalam Ruangan
Jessica tumbang. Beni dan Linda terkejut. Mereka refleks segera menopang kedua lengannya. Di saat yang sama Beni menyadari sesuatu, “Lin...mulutmu…”Linda melirik ke bawah. Asap putih. Saking tegangnya ia tak menyadari hawa dingin yang perlahan merayapinya. Sekejap mata kemudian sebuah petir menyambar dada Linda, melemparnya sekitar 4 meter ke belakang hingga terjengkang dan ngesot semeter lagi. Tentu saja Beni panik, tanpa berpegangan tangan dengan Jessica, Linda bisa celaka.“Linda, cepat kemari!” teriak Beni. Linda bangun tergesa, memegang dadanya yang nyeri. Adrenalin terpompa ke darah. Jantungnya berdebar-debar. Nafasnya memendek.  Kalau tidak gerak cepat, sedetik ter
Read more
BAB 33: Aborsi
Bu Flo dan siswi itu meniti masuk ke dalam kolam, menuju ke tengah. Mereka berdiri berhadap-hadapan.“Mari kita berdoa sesuai dengan kepercayaan kita masing-masing. Semoga Sang Penguasa Jagat berkenan dengan bibit sperma para tamumu yang telah tertanam di rahimmu. Semoga Ia memberikanmu kesuburan bagi rahimmu untuk menerima rahmat anugerah.”Mereka berdua memejamkan mata. Saat itulah kolam mulai beriak dan muncul angin entah dari mana.“Anjrit!” seru Jessica, mengisut“Kenapa?” tanya Beni.“Pegangannya Bu Flo. Tiba-tiba nongol. Auranya serem banget.”“Pegangan apa?”“Peg
Read more
BAB 34: Gawat!
Siswi itu mulai menggeram. “Arrrrrh!” Bibirnya atasnya terangkat seperti anjing yang sedang memamerkan gigi-giginya. Matanya berhenti berkedip. Gerak-gerik tubuhnya gelisah dan aneh. Lalu ia berlari, menggunakan tangan dan kaki menaiki anak tangga. “Jess, gue kok gak bisa gerak,” kata Linda mendadak. Jessica menerawang ada sesuatu kekuatan yang mengunci tubuh Linda. Jessica segera mengibaskan tangannya dan membuka kuncian itu. Bu Flo kaget. Bukan sembarang orang bisa mematahkan ilmunya. Jessica ini walau terlihat agak lemah, tapi jelas sumber kekuatannya tidak biasa. “Kita harus apa Jess?” tanya Beni sambil memasang badan. “Lo dah rekam semuanya kan?” “Sudah!” “Sekarang kita
Read more
BAB 35: Ratu Anggini
Ini adalah cerita asal usul Setan Kebaya Merah. Menurut mitos yang beredar setan itu dulunya adalah seorang ratu yang bernama Ratu Anggini yang hidup beberapa ribu tahun yang lalu. Sebelum Indonesia menjadi seperti sekarang. Tiga ribu tahun yang lalu nusantara terpecah menjadi ratusan kerajaan kecil, sedang dan besar. Periode makhluk Tuhan paling sempurna saling berperang untuk merampas tanah dan menjarah sesama. Hormon testosteron berlebih membuat kaum prianya lebih brutal dari binatang. Mereka haus mengorek hayat dari tubuh lawan-lawannya, seperti tiga hari tanpa air di Gurun Sahara yang terik. Nyawa bagai tak ada harga, padahal sampah saja masih bisa jadi uang. Membunuh selazim bernafas. Hukum rimba berlaku, yang lebih kuat menguasai yang lebih lemah. Di antara gelombang lautan testosteron, berd
Read more
Bab 36: Perang
Sumber alam Kerajaan Serdiapada melimpah. Tanahnya subur. Sesubur wanita beranak sebelas. Sawah-sawah tak henti-hentinya menguning. Lumbung-lumbung padi selalu terisi penuh sepanjang tahun. Hasil tambang, emas, perak dan logam lainnya mengalir seperti sungai tak habis tergali. Tangan para raja berhati Tuca jadi gatal ingin menguasainya. Segatal gigitan segerombolan tungau di sela-sela jari. Tuccha, golongan manusia yang selalu merugikan orang lain, senang mengambil hak orang lain. Raja Borate dari negeri Jayabapura sudah lama melirik negeri Serdiapada. Hatinya birahi ingin menggauli negeri itu, maka datanglah ia bersama pasukannya mengepung kota itu.Sang raja mengirimkan ultimatum kepada Ratu Anggini. Menyerah dalam waktu tiga rembulan atau Serdiapada akan serata tanah dan penduduknya akan bernasib mengerikan. Raja Borate juga meminta kesediaan sang ratu, menjadi selirnya sebagai tanda itikad baik. Sungguh suatu bentuk pelecehan. Dengan kata lain Ra
Read more
BAB 37: Terdesak
Keesokan pagi Raja Borate mengatur pertukaran tawanan. Ratu Anggini setuju menukar Jenderal Bima dengan seluruh prajuritnya yang tertangkap.Mereka melakukan pertukaran di luar tembok kota. Pasukan dari kedua kubu saling berhadapan dengan anak panah siap terbang dari busur meregang. Masing-masing berjaga-jaga bila ada pihak yang berbuat curang. Untung, proses pertukaran berjalan lancar. Ratu Anggini merasa senang mendapatkan tangan kanannya kembali. Demikian juga dengan Raja Borate. Namun ia senang bukan karena kembalinya para prajurit, melainkan ia telah mempersiapkan rencana licik. Pada malam hari saat semua penduduk Kerajaan Serdiapada sedang terlelap. Raja Borate duduk di atas kudanya memandang ke kota Serdiapada dari atas bukit bersama pasukannya. Ia sedang menanti sesuatu. Tak lama kemudian terlihat sebuah titik kuning yang kecil di sudut istana. Dari satu titik bertambah jadi dua. Dari dua jadi tiga, kemudian terus be
Read more
BAB 38: Pengkhianatan
Orang yang dimaksud Raja Borate menampakkan dirinya. Ternyata dia tak lain dan tak bukan adalah Jenderal Bima.Bima? Ratu Anggini tidak dapat mempercayainya.  Ia sangat kecewa. Jenderal Bima adalah orang yang selama ini paling setia kepada kerajaan. Ia juga cakap dalam melaksanakan tugas. Oleh karenanya ia menjadi tangan kanan sang ratu. Mengapa ia berkhianat? “Anjing kau Jenderal Bima!” maki para petinggi istana. Mereka menyumpah dan mengutukinya. Jenderal Bima menunduk. Alasan yang ia miliki terlalu egois untuk ia katakan. “Ha… ha… ha… Memang benar kata orang. Cinta itu buta. Demi kau, dia rela menukarkan dunia. Dia yang menawarkan kepadaku Serdiapada, sebagai ganti kau, Ratu Anggini untuknya.”“Tidak tahu malu!” maki petinggi istana lagi. Tidak tahu malu? Sebagai seorang jenderal ia sangat malu. Ia telah berkhianat terhadap negerinya. Tetapi sem
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status