Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 101 - Bab 110
271 Bab
101-TUBUH
Hihihihihihi... Hihihihihihi... Sosok wanita yang sedang tertawa itu adalah kuntilanak, dari tadi duduk di warung dan menunduk dengan rambutnya yang menutupi wajahnya hanya tertawa melihat Bapak berbicara seperti itu kepada Pak Ardi. Namun Bapak dan Pak Ardi seperti sudah tidak memperdulikan kuntilanak yang sedang duduk itu, karena mereka tahu bahwa wanita itu bukanlah manusia seperti mereka berdua. “Si Bapak eta mah, geus bolak-balik ngaliwatan gerbang. Unggal kaluar ti Gunung Sepuh anu nuturkeun teh beuki loba, teuing kumaha lamun engke pas paehna, dipotongan meureun awakna jang di bagi-bagi. (Si Bapak itu, sudah bolak-balik melewati gerbang. Tiap keluar dari Gunung Sepuh yang ngikutin tambah banyak, tidak tahu gimana nanti setelah mati, mungkin dipotong-potong bad
Baca selengkapnya
102-KEPALA
Trak Trak Trak Langit, warung, rumah, jalan, pohon berubah seperti retakan-retakan tipis yang melayang di udara. Dan secara bertahap retakan itu semakin membesar dan membesar hingga mengelilingi Bapak dan Pak Ardi yang ada di sana. Retakan-retakan itu seketika runtuh, menjadi serpihan-serpihan kecil seperti kaca yang dipecahkan oleh benda keras, dan pecahan-pecahanya itu jatuh ke tanah dan seketika menghilang ketika pecahan itu menyentuh tanah. Pak Ardi sungguh kaget atas apa yang dilakukan Bapak, dan dia melihat seluruh tempat di sekitarnya seketika berubah. Suasananya kini nampak tambah menyeramkan, Kampung Sepuh mendadak berubah menjadi Kampung yang lain. Dan hal itu adalah hal yang baru saja dilihat pertama kali oleh Pak Ardi. Rumah-rumah yang berdiri di kampung seketika menjadi rumah-rumah yang tampak kosong, dengan dinding yang terbuat dari kayu dan bilik, juga dengan cahaya obor yang menyala di depan rumah. Dan t
Baca selengkapnya
103-KOPI
“Bapak, Bapak? Kok sinyalnya ga jelas pak. Hiks hiks. ” “Bapak cepat pulang Pak! ” Pak Ardi tampak kaget atas apa yang dibicarakan Agus lewat telepon yang berdering sesaat setelah dia dan Bapak keluar dari Gunung Sepuh. Tangan Pak Ardi bergetar hebat, keringat dingin muncul di wajahnya. Meskipun terdengar suara Agus yang sedang memanggil-manggil dirinya di telepon, dia tidak bisa berkata-kata, telepon yang digenggamnya pun terjatuh begitu saja dan wajah Pak Ardi pun terlihat sangat syok menahan kesedihan yang dia rasakan sekarang. Orang tuanya yang selama ini dia bantu setelah di PHK dari tempat kerjanya, dan selalu menjadi penyemangat Pak Ardi untuk menggapai cita-citanya kini sudah tidak bernyawa. Apalagi posisi dirinya saat ini tidak berada di dekat orang tuanya. Bapak hanya terdiam melihat Pak Ardi, dia juga menyesali apa yang dia perbuat. Bapak sepertinya kalah cepat dengan makhluk-makhluk di Gunung Sepuh yang lebih dulu mengikat orang tu
Baca selengkapnya
104-LUKA BAKAR
Sebuah ruangan kecil berukuran 3 x 3 meter dengan lampu yang menyala sangat redup, terlihat beberapa benda pusaka yang berjajar sangat rapi di sudut ruangan itu. Juga banyak ornamen-ornamen yang menyeramkan menggantung di dinding dan langit-langit ruangan yang memberikan kesan mistis yang mendalam bagi siapa pun yang datang ke ruangan tersebut.Didalamnya hanya terdapat Mbah Walang yang sedang duduk bersila, bersamaan dengan barang-barang yang ada di depannya. Sebuah tempat berwarna emas dengan bara api di dalamnya, juga kembang tujuh rupa yang tersebar di seluruh ruangan itu, serta benda-benda tajam yang dibungkus oleh kain kafan berwarna putih yang sudah kotor.Mbah Walang tampaknya kali ini sedang serius, matanya terpejam juga tangannya yang lihai yang sedang terlihat menabur abu ke dalam dupa yang menyala itu. Sehingga muncul sebuah asap yang mengepul di da
Baca selengkapnya
105-HANTAMAN
Aku berada di posisi yang sangat tidak diuntungkan. Di dalam warung ada Pak Ardi yang kini kondisinya tidak sadarkan diri, dengan darah yang terlihat membekas di sekitar mulutnya.Dan aku juga melihat di depan warung, ada Sima dengan kondisi yang penuh luka di sekujur tubuhnya, bulu-bulu putih yang ada padanya kini memerah. Menandakan, banyaknya luka yang diterima olehnya.Juga di beberapa bagian, terdapat luka bakar yang membekas di sekujur tubuhnya.Nafasnya juga kini terengah-engah, sepertinya Sima sudah bertarung habis-habisan dengan banaspati yang ada di depannya, dan beberapa serangan dari banaspati itu nampaknya terkena Pak Ardi yang tidak tahu apa-apa. Sehingga menyebabkan dirinya muntah darah seperti itu.Sima sepertinya tidak memperdulikan aku dan Pak Ardi yang berada di dalam warung, dia seperti ini semata-mata menjaga Ibu dari gangguan santet yang mungkin saja akan menjadi target oleh banaspati itu.Sebuah pengorbanan yang besar sebagai
Baca selengkapnya
106-BIRU
Buta atau dalam bahasa sanskerta disebut Bhuta, adalah sebutan bagi para makhluk yang mempunyai tubuh raksasa yang sangat besar, buta digambarkan sebagai makhluk penculik anak kecil dalam cerita-cerita rakyat, dan buta juga digambarkan sebagai makhluk yang jahat di dalam pewayangan.Buta dalam filosofi sunda adalah seseorang yang gelap mata atas semua kejahatan yang dilakukannya, dia tidak melihat apa yang terjadi di dalam lingkunganya, dan semua yang dia lakukan hanyalah untuk kesenangan dia semata. Tidak peduli dengan orang lain yang menderita.Namun apa yang kulihat adalah buta yang sebenarnya bukan seorang manusia yang jahat sehingga menjadi gelap mata, buta yang tinggi besar melebihi pepohonan yang tinggi yang berada di depan warung. Sebuah raksasa, yang hanya dengan satu hempasan tangannya saja, mungkin
Baca selengkapnya
107-HADIAH
Braaakkk Kala menabrak pepohonan yang berada di seberang jalanan dan tersungkur di semak-semak yang berada di sana. Aku yang belum mengerti atas apa yang terjadi pada tubuhku hanya bisa terdiam. Aku tidak tahu kenapa Kala bisa terpental seperti itu, padahal aku tidak menyentuhnya sama sekali. Yang kulihat hanyalah sebuah cahaya biru dari badanku yang menjalar ke arah tangan dan kemudian menghilang secara sekejap, namun sesaat cahaya itu menghilang tiba-tiba setelah Kala terpental dan tersungkur di semak-semak di seberang warung. Namun aku tidak terlalu lama memikirkan hal itu, aku langsung berlari ke arah Sima yang tersungkur dengan luka bakar di sekujur tubuhnya, asap hitam yang mengepul di dalam tubuhnya terlihat jelas dan bau gosong dari luka bakar yang menjalar ke seluruh badannya tercium olehku pada saat itu. Aku mencoba untuk mengangkatnya dan membawa ke dekat warung, namun rasa panas dari badannya masih terasa. Sehingga aku kesulitan un
Baca selengkapnya
108-KOBARAN API
Ruangan kecil yang menjadi tempat Mbah Walang melakukan ritual santet kini tidak tampak rapi lagi, semua barang-barang dan ornamen yang ada di sana berserakan kemana-mana. Bunga tujuh rupa yang berserakan juga tiba-tiba layu dan terbakar dengan sendirinya. Dan terlihat sebuah lubang besar menganga di ruangan itu. Seperti ada yang berusaha masuk ke dalam ruangan dan mendobrak dinding sehingga hancur. Namun tampaknya Mbah Walang tidak terlihat kembali di sana, yang terlihat hanyalah tetesan darah yang menetes keluar ruangan. Ruangan itu bukanlah sebuah ruangan yang berada di dalam rumah. Tapi ruangan khusus yang Mbah Walang buat di tengah-tengah hutan bambu yang jauh dari permukiman penduduk tempat dia tinggal. Sehingga segala aktivitas p
Baca selengkapnya
109-DOKTER
Aki Karma yang tampak panik seketika langsung turun dari mobil yang dia kendarai pada pagi itu, dan ternyata seseorang yang menstop mobil Aki Karma adalah Pak Ardi. Dengan bajunya yang lusuh dan penuh darah dia berlari mencari bantuan kepada warga, dan orang yang pertama kali dia temui adalah Aki Karma dengan mobilnya yang memasuki Kampung Sepuh pada pagi itu. “Pak Ardi kenapa? Kenapa penuh darah seperti itu? ” Kata Aki Karma yang kaget melihat Pak Ardi yang penuh darah di bajunya. “Ujang Ki, Ujang. Kumpulkan para warga di kampung, Kita harus bantu Ujang segera! ” Kata Pak Ardi yang tampak panik. “Tunggu, tunggu sebentar, aku coba parkirin mobil terlebih dahulu di tanah lapang seberang ruma
Baca selengkapnya
110-OTORITAS
Semua warga yang berada dalam kerumunan tersebut tampak kaget, atas apa yang dikatakan Pak Ardi pada pagi itu. Ekspresi para warga terlihat tidak percaya, dan juga banyak warga yang berbisik kepada warga di sebelahnya dan membicarakan tentang Pak Ardi yang berada di depannya. Aki Karma hanya bisa terdiam ketika Pak Ardi berbicara tentang hal itu, para warga mungkin menyangka bahwa Pak Ardi melakukan ritual di Gunung Sepuh yang mengakibatkan aku yang tidak sadarkan diri. “Tapi...." Seketika Pak Ardi kembali berbicara, dia mencoba menarik perhatian dari para warga yang sedang berkerumun di sana. “Apa yang terjadi kemarin malam, akan saya beritahu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
28
DMCA.com Protection Status