Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 111 - Bab 120
271 Bab
111-BERCERITA
KringKringKringTiba-tiba telepon berbunyi dari saku celana Pak Ardi yang sedang duduk di depan warung yang ditemani Aki Karma. Aki Karma pun mempersilahkan Pak Ardi untuk mengangkat telepon itu terlebih dahulu di tengah-tengah obrolan yang sedang berlangsung dari mereka berdua.“Pak, Pak, halo Pak. Nyambung gak Pak? ”Terdengar suara Agus yang berteriak-teriak di dalam telepon yang terdengar keras di speaker HP Pak Ardi.“Kresek, kresek Gus. Tapi kedengeran meskipun tidak jelas, gimana gus? Sudah bawa temanmu yang Dokter itu?” Kata Pak Ardi sembari duduk dan merokok di depan wa
Baca selengkapnya
112-TERSESAT
Pak Caca sebenarnya tidak suka dengan semua warga yang tinggal di Kampung Sepuh, atas semua rumor yang beredar di masyarakat luas tentang keangkeran Gunung Sepuh dengan segala ritual yang terjadi di dalam nya, serta peraturan tentang kampung yang tidak boleh berkegiatan di malam hari. Karena atas rumor negatif yang sudah tersebar itulah. membuatnya sebagai namanya sebagai Kepala Desa tercoreng di depan para Kepala Desa yang lain, karena Kepala Desa yang lain beranggapan bahwa dirinya memelihara dan mengelola suatu tempat yang dipakai untuk sesuatu yang diluar dari ajaran yang mereka anut. Namun apa daya, Pak Caca sendiri ketakutan ketika berhadapan dengan orang-orang di Kampung Sepuh, karena dia juga takut apabila dia warga Kampung Sepuh tidak menyukainya, dan tiba-tiba mengirim ses
Baca selengkapnya
113-TERHIPNOTIS
Persawahan di sore hari sangatlah berbeda dengan persawahan di siang hari, dengan jarang manusia yang melewati jalanan setapak itu. Kecuali para petani yang bekerja disana, selebihnya hanya ada sawah dan kebun yang membentang luas yang membelah dua kampung yang berjauhan. Hati Oha pada saat itu sangat tidak karuan, bagaimana tidak. Dia terlalu asyik bermain bola bersama teman-temanya yang berada di persawahan Kampung Parigi, sehingga pada sore hari tiba, dia baru pulang ke rumahnya ketika malam tiba. Dia sering kali diceritakan tentang angkernya Kampung Sepuh ketika gelap oleh Bapaknya, Pak Asep, dan setiap kali dia bermain di Kampung Parigi, dia harus segera pulang dan sampai ke Kampung Sepuh sebelum hari gelap. Karena dia tidak mau ketika di jalan bertemu dengan makhluk-makhluk yang biasanya berkeliaran di sek
Baca selengkapnya
114-JAGA MALAM
“Pak Oha main bola dengan teman-teman di Kampung Parigi ya,” Kata Oha sambil berlari mengambil sandal ke arah luar. “Iya hati-hati, jangan pulang terlalu malam,” Kata Pak Asep yang terlihat sedang merokok di depan rumah pada siang itu. *** Kembali beberapa jam sebelum Oha bertemu dengan wanita di persawahan ketika sore hari tiba. Saat ini Kampung Sepuh sedang ramai, karena aku masih tidak sadarkan diri. Meskipun matahari sudah berada tepat di atas kepala. Kali ini di depan sudah ada Pak Caca yang datang dengan motor dinasnya menemui Pak Ardi yang kali ini menunggu hasil dari pemeriksaan Dokter yang anaknya bawa dari kota. Seorang Dokter yang menjadi Dokter pribadi keluarga mereka, sekaligus teman dari Agus. Karena umurny
Baca selengkapnya
115-300.000,-
Keramaian di sekitar rumah dan warung tempat aku tinggal yang terjadi tadi siang, kini tidak tampak lagi. Para warga kini pulang ke rumahnya masing-masing, setelah tadi berkumpul kembali di sore hari atas permintaan Pak Ardi. Setelah mengetahui keadaanku saat ini dari seorang dokter yang dipanggil khusus oleh Pak ardi, membuat para warga dan Ibu pun saat ini sedikit lebih tenang.  Karena menurutnya, tidak ada yang salah denganku pada saat itu, namun aku masih belum sadarkan diri akibat kehabisan energi dan kelelahan yang sangat parah, sehingga aku seakan-akan sedang tertidur dan Ibu hanya tinggal menungguku untuk bangun. Pak Ardi juga menjelaskan tentang apa yang terjadi pada malam itu. Semua kejadian
Baca selengkapnya
116-MEMASAK
Malam semakin larut, sepi dan sunyi menemani Mang Darman dan Mang Rusdi yang masih tetap berjaga di dalam warung itu. Mereka sebenarnya takut, namun karena ada tawaran yang menggiurkan dari Pak Ardi. Mereka mencoba menghilangkan ketakutan mereka demi beberapa lembaran uang merah dan uang biru yang mereka dapatkan di esok hari. Mang Rusdi sedang asyik duduk di depan warung, dengan ditemani secangkir kopi dan rokok yang menemaninya pada malam itu. Juga radio tua yang sengaja dia bawa dari rumah sebagai hiburan untuk mengusir sepi. Dengan suara lagu dangdut yang tidak terlalu jelas terdengar, namun hal itu bisa menjadi hiburan satu-satunya untuk mengusir sepi ketika mereka berjaga. Mengingat Kampung Sepuh ada
Baca selengkapnya
117-PERMEN
Mang Rusdi terlihat panik dengan berlari ke arah belakang warung dengan terburu-buru, tumpahan ampas kopi dan mie rebus yang terlihat kotor di bajunya, bahkan radio yang menyala kini terlihat padam karena kena tumpahan air mie yang berada dekat dengan radio it. Namun sepertinya Mang Rusdi tidak peduli. Dia terus berlari dengan rasa takut yang sangat terlihat dari wajahnya yang nampak panik ke ruangan belakang menghampiri Mang Darman yang berada di sana. Ruangan belakang adalah ruangan kecil di belakang warung. Sebuah ruangan kecil yang memanjang, tempat menyimpan barang dagangan yang ditumpuk memanjang. Di sebelah kiri terdapat kamar mandi kecil dan di sebelahnya terdapat ruangan kecil tanpa pintu yang di dalamnya terdapat kompor kecil, panci untuk memasak air dan beberapa alat makan serta gelas. Biasanya tempat
Baca selengkapnya
118-GOSONG
Bau sesuatu yang terbakar kini tercium jelas oleh Mang Rusdi dan Mang Darman, baru saja mereka berdua melangkahkan kaki ke arah warung, kini mereka harus mencium bau sesuatu yang terbakar. Sesuatu yang mereka percaya bahwa apabila tercium sesuatu yang gosong, berarti ada makhluk yang menyeramkan lain yang sedang memata-matai mereka. “Mang, kayaknya bakalan muncul pocong atau genderuwo sepertinya kali ini Mang,” Kata Mang Darman yang kali ini memegang baju Mang Rusdi karena ketakutan. “Hush gak boleh gitu, ketemu tuyul aja kita seperti ini. Apalagi muncul dua makhluk itu,” Kata Mang Rusdi yang mencoba menahan Mang Darman agar tidak berbicara sembarangan tentang para makhluk yang suka datang ke warung. Mereka berjalan perlahan ke luar warung, mencoba melihat keadaan sekitar warung karena terlihat sepi, tidak
Baca selengkapnya
119-UANG
“Mang, Mang naha jadi mati lampu gini? ” Kata Mang Darman yang panik karena seluruh lampu di warung menjadi gelap gulita. Rasa sunyi dan sepi menyelimuti mereka yang baru pertama kali merasakan menjaga warung di Kampung Sepuh pada malam hari, Mang Rusdi yang tidak tahu apa-apa ikutan panik. Karena dia takut, akibat kompor yang terus-terusan menyala tadi, mengakibatkan ada kabel yang terbakar di dekat kompor yang membuat konslet. “Duh gimana ini?” Kata Mang Rusdi yang masih berdiri di dekat kompor yang baru saja dia matikan. "Coba Mang Darman, pinjam HP nya. Biasanya kan di HP suka ada senternya, soalnya aku gak bawa HP malam ini, cuman bawa radio doang,” Kata Mang Rusdi yang berteriak ke Mang Darman dalam kegelapan malam di warung itu. “Aduh Mang, HP ku mah masih HP
Baca selengkapnya
120-KELELAWAR
“Eh!” Mang Darman dan Mang Rusdi menengok secara bersamaan ke depan warung. Dan terlihat sesosok wanita berdiri di depan etalase warung sembari tersenyum hangat kepada mereka berdua. Sosok wanita Ibu-ibu muda, dengan wajah yang tampak masih cantik dan kulitnya putih. Serta memakai kebaya yang sederhana juga sebuah topi caping yang dikalungkan di belakang leher. Meskipun pada saat itu warung dalam keadaan gelap gulita akibat listrik yang mati, namun kecantikanya masih terlihat meskipun hanya diterangi oleh cahaya lilin yang disimpan di atas etalase. Wanita itu tampak tersenyum kepada Mang Rusdi dan Mang Darman, dan secara tak sadar Mang Darman membalas senyuman dari wanita tersebut.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
28
DMCA.com Protection Status