All Chapters of Tertawan Dua Suami: Chapter 151 - Chapter 160
167 Chapters
151. Kubilang Buka Kakimu.
Satu tetes air jatuh dari sudut mata Juni di tengah kebekuan tubuhnya. Seluruh pakaiannya raib tak bersisa. Dengan kasar Saga mendaratkan tangannya di sekujur tubuh Juni, tak mengacuhkan rintihan kesakitan Juni saat ia meremas buah dada wanita itu dengan keras."Kubilang buka kakimu." Juni merapatkan kakinya alih-alih menuruti perintah mutlak Saga. Ia gigit bibirnya untuk menahan lebih banyak air mata yang menderas keluar."Buka. BUKA!!"Juni tersentak. Menahan gelombang ketakutan yang menyerangnya."Bukankah kau berpikir aku hanya menganggapmu sebagai perempuan yang enak untuk ditiduri? Jika kau mengeraskan tubuh seperti ini, maka kau tidak akan terasa enak lagi."Tubuh Juni gemetar. Rasa terhina itu menghantam dadanya telak. Saga tak menghiraukan, ia melancarkan serangan pada buah dada Juni, melumat dengan bibirnya lalu sebelah tangannya meremas lebih keras."Ah ...." Juni merintih kesakitan. Perutnya
Read more
152. Aku Lebih Baik Pergi
Sial! Juni pingsan. Saga segera mengangkat tubuh Juni dan membaringkannya ke atas ranjang, lalu memandang wajah yang teramat pucat itu. Ada banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya. Sekali lagi, dia bertindak gegabah. Sekali lagi, dia hanya melampiaskan amarah dan tak memikirkan apa-apa.Diliriknya perut Juni. Apakah baik-baik saja?Dengan cepat Saga keluar kamar untuk memanggil Lenna, lalu kembali dan memindahkan Juni ke kamar mereka. Lenna datang sesaat setelah Saga membaringkan tubuh Juni di atas tempat tidur mereka."Dia pingsan. Periksa apakah dirinya dan kandungannya baik-baik saja.""Baik, Tuan. Perlukah saya memanggil dokter Elliot?"Saga menghela napas. "Tidak perlu."Saga mengamati Lenna yang memeriksa perut Juni dan denyut nadinya. "Saya rasa Nyonya sedang kelelahan dan tertekan."Lenna tidak punya pengalaman di bidang kedokteran, tapi dia tahu kondisi saat kehamilan se
Read more
153. Apa Cuma Saga yang Berhak Marah?!
Tanaka Benjiro menunduk gelisah di meja kerjanya. Berbagai laporan masuk ke telinganya. Data perusahaan yang bocor, investor yang berlarian dan perusahaan lain yang menolak kerja sama, bahkan para koleganya yang menarik kontrak kerja sama.Perusahaannya di ujung tanduk. Baru saja dia mendapatkan pesan peringatan dari Atlanta. Isinya singkat, padat, tapi mampu membuat Tanaka gemetar.'Lepaskan Estigo.' begitu katanya.Tanaka mengembuskan napas keras-keras. Tampaknya masalah ini belum selesai. Atlanta baru saja memulai perang dengannya, lebih tepatnya dengan Rafael. Sepertinya keputusannya mengizinkan Rafael pulang sangatlah salah.Padahal Rafael sudah tak lagi berurusan dengan mantan istrinya. Apalagi yang Atlanta inginkan?Sepertinya Tanaka harus menyelesaikan masalah ini dengn cara berhadapan langsung dengan Saga Atlanta.***Usia kandungan Juni sudah memasuki bulan ke-5. Selama itu pula, Saga berusaha memperhatikan wanita itu. Namun
Read more
154. Sisi Bodoh Saga
Juni sedikit terperanjat saat mendengar suara benda terjatuh yang cukup keras. Itu bukan Saga 'kan? Sesaat kemudian sebuah tangan meraihnya. "Hey. Jangan bergerak dulu." Juni menghela napas lega. Ia sangat takut jika dirinya terpeleset dan terjatuh. Untunglah Saga sudah memeluknya erat."Kenapa lampunya bisa mati?" tanya Juni. Suaranya sedikit bergetar."Entahlah. Pengawal pasti akan memeriksanya. Kemari." Saga menarik tangan Juni dan membawanya entah ke mana, lalu tahu-tahu mengangkat tubuh Juni dengan enteng kemudian mendudukkannya di atas meja.Saga melakukannya dengan sangat mudah. Padahal Juni sedang hamil besar, apalagi dalam keadaan gelap gulita seperti ini. Seberapa besar kekuatan lelaki itu?"Diam di sini. Sebentar lagi pengawal akan memperbaikinya." Saga memeluk Juni yang sedang duduk di meja makan, berdiri memposisikan diri di antara paha Juni. Membungkus tubuh Juni dengan tubuhnya yang hangat."Saga?" panggil J
Read more
155. Pertemuan Saga dan Rafael
Rafael akhirnya tiba di bandara. Setelah diskusi panjang dengan Tuan Tanaka dan perdebatan yang cukup keras dengan Nazura, akhirnya dia sampai ke negara ini. Nazura pasti sedang merajuk saat ini. Meskipun Rafael tak mengatakan yang sebenarnya—bahwa dia akan meninggalkan gadis itu untuk waktu yang lama atau mungkin untuk selamanya."Kakak ingin ke luar negeri? Aku harus ikut!" rengek Nazura dalam bahasa Jepang saat Rafael bilang ingin melakukan perjalanan dinas ke luar negeri. Dia tidak mengatakan jika dirinya akan pulang ke negaranya."Ini tentang pekerjaan, Nazu. Kau tak bisa ikut, aku akan pulang setelah menyelesaikannya." Rafael tahu dirinya adalah laki-laki yang sangat jahat, memberikan harapan dan janji yang tidak bisa dia tepati."Aku 'kan sudah bilang, Kakak tidak boleh pergi jauh dariku. Setelah—" Nazura menunduk secara tiba-tiba, tatapannya menerawang dan setitik luka besar di hatinya kembali menganga. "Ada apa, Nazu?" tanya Raf
Read more
156. Melenyapkan Selingkuhanmu
Juni termenung di dalam mobil bersama Lenna di sampingnya. Matanya menerawang pada pertemuan beberapa menit yang lalu dengan Rafael. Diliriknya Lenna. Apakah Lenna akan melaporkan perihal tadi kepada Saga? Ada banyak saksi mata. Juni tak bisa menghindarinya. Ia mengembuskan napas cukup keras sampai Lenna bertanya, "Ada yang sakit?""Tidak. Aku hanya memikirkan soal tadi.""Anda tidak perlu memikirkannya sejauh itu. Tak ada satu pun yang akan melaporkannya kepada Tuan Besar. Kening Juni mengerut. Ia menolehkan kepala sepenuhnya kepada Lenna. "Kenapa begitu? Kalau kalian tidak memberitahu Saga, kalian bisa dihukum olehnya. Hukuman Saga tidak seringan itu, Lenna."Raut wajah Lenna tetap datar. "Saya tahu. Tapi, rasanya tak pantas jika Tuan Besar melampiaskan amarahnya kepada Anda yang sedang hamil besar. Sangat berisiko."Ternyata Lenna juga memikirkan itu. Haruskah Juni merasa lega sekarang? Atau mungkin perkataan Rafael-lah
Read more
157. 'Kecelakaan'
Saga benar-benar menepati perkataannya. Ia mengurung Juni di dalam kamar selama dua hari. Besok adalah hari di mana lelaki itu berjanji akan membunuh Rafael.Saga bahkan tidak masuk sama sekali ke kamar ini. Membiarkan Juni sendirian dan sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya.  Hanya beberapa pelayan yang datang membawakan makanan lalu pergi begitu saja, tak menoleh meskipun Juni memanggil mereka.Juni harus apa? Dia tidak bisa membiarkan Rafael dibunuh, terlebih di tangan Saga. Lenna sama sekali tidak muncul selama dua hari ini. Saga memang berniat mengurungnya sampai dia berhasil membunuh Rafael.Dada Juni berdebar di luar batas. Dia harus mencari cara untuk keluar dari sini. Bahkan tak ada alat untuknya bisa menghubungi Rafael. "Kumohon pergilah, jangan menungguku. Pergi dengan cepat," gumamnya sambil memandang taman dan kolam renang dari balik jendela besar yang sudah dipasangi terali. Sudah pasti untuk mencegah Juni ka
Read more
158. Berharga (end)
"Pelurunya meleset. Kita salah sasaran." Seseorang yang memegang senapan jarak jauh itu membeku. "Pelurunya mengenai Tuan Besar." "APA? APA MAKSUDMU?" "Sepertinya Tuan melindungi seorang perempuan yang sedang bersama target kita." Si penembak gelisah. Dalam matanya ada ketakutan dan kekhawatiran. Seorang pengawal yang tampaknya menjadi pemimpin meninju udara. "Sialan! Cepat bereskan semua ini! Jangan sampai ada yang mencium jejak-jejak kita. Bersiaplah. Kita akan ikut mengawal Tuan Besar ke rumah sakit." *** "Kumohon ... kumohon selamatkan dia, Tuhan ...." Juni menengadah menatap langit-langit rumah sakit, berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan sambil berurai air mata.  Dia menunggu sebuah nyawa yang tengah diselamatkan di dalam sana. Kondisi Saga sangat kritis dan perlu dioperasi untuk mengangkat serpihan peluru yang dikhawatirkan masih tersisa dan akan merusak organ dan jaringan tubuhnya. Dia terkena tembakan di bagi
Read more
Epilog
Saga mengerjap, lalu terpana. Melihat perut Juni yang bergerak-gerak, seolah bayi di dalam sana meronta-ronta ingin keluar. Ia menendang dan bergerak mencari perhatian Saga saat lelaki itu menempelkan telinganya di atas perut Juni. "Dia sangat aktif." Saga terkesima saat kembali menatap Juni. "Banyak gerak sekali."Juni memulas senyum. Saga terlihat seperti anak kecil yang mendapat mainan baru. "Sama sepertimu."Sebelah alis Saga terangkat lalu menatap Juni dengan senyum jail. "Maksudmu banyak gerak di ranjang?"Tak ayal perkataannya membuat wajah Juni merona. Meski belum terlalu pulih sepenuhnya, tapi Saga masih sangat aktif di atas ranjang.Tubuh lelaki itu mendekat, menyiapkan gestur untuk menindih tubuh Juni."Anak kita sedang bergerak-gerak di dalam, dan kau mau melakukan itu?!" Juni melotot. Keningnya berkerut kesal. "Baiklah. Aku akan menunggu nanti malam."Juni memutar bola mata. "Bukankah hari
Read more
Tapi, setidaknya ...
RAFAEL adalah seorang anak yang tumbuh di panti asuhan. Tak ada orang tua, hanya ibu panti dan teman-teman yang senasib dengannya. Baginya tidak dianggap manusia dan diremehkan seperti sampah adalah hal yang biasa. Orang-orang di dunia luar menginjaknya dan meludahinya. Setiap hari ia harus mengorbankan semua kekuatan fisiknya untuk bekerja. Dirinya hanya dipenuhi keringat bau terik matahari. Kemiskinan menggerogotinya dan melenyapkan semua harga dirinya. Tapi, setidaknya ... Rafael pernah mengecap kasih sayang dan hidup aman, walau hanya di bawah atap panti asuhan.SAGA adalah anak yang beruntung. Lahir dan besar di keluarga kaya dan terpandang. Hidup di rumah yang megah dan memiliki orang tua yang lengkap. Ada banyak pelayan dan pengawal yang melayaninya. Tapi, seperti sebuah kotak berisi mayat tikus yang busuk namun dibungkus dengan kertas berlapis emas dan hiasan pita yang cantik. Hidup Saga seperti di neraka. Setiap malam ia h
Read more
PREV
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status